05 - Beach

19 7 2
                                    

Sudah satu minggu berlalu, tidak di sangka jika akhirnya Shireen menerima Harsa semudah itu, tapi Shireen tidak pernah menyesal, karena Harsa benar-benar memperlakukan Shireen dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah satu minggu berlalu, tidak di sangka jika akhirnya Shireen menerima Harsa semudah itu, tapi Shireen tidak pernah menyesal, karena Harsa benar-benar memperlakukan Shireen dengan baik.

"Kak" Shireen melirik Harsa yang sibuk dengan makanannya.

"Kenapa?"

"Kak Harsa beneran gak ada niat terselubung kan? temen aku kemaren dapet love bombing dari kakak tingkatnya." Ucap Shireen tiba-tiba.

Harsa meminum segelas air, apakah Harsa akan ketahuan, ah tidak mungkin, selama ini aman-aman saja.

"Gak mungkin ya kan?" Shireen berdecak. "Masa ada yang bilang ke aku, kalo kak Harsa bakal love bombing juga" Lanjut Shireen membuat Harsa bingung harus menjawab apa, karena teman-teman Shireen memang benar.

"Enggak dong" Harsa menarik ujung bibirnya, kita belum tahu apa yang Harsa inginkan dari Shireen, jadi perempuan itu tidak boleh tahu sebelum Harsa mendapatkannya.

Shireen berkemas saat merasakan sesuatu yang tidak asing di tubuhnya, mulutnya sedikit terbuka, tapi Shireen tahan karena ada Harsa di hadapannya. "Kak aku pulang ya"

Harsa mengerutkan dahi. "Kenapa? aku gak bisa anterin kalo sekarang, tiba-tiba banget? aku suruh Galan aja ya?" Harsa hendak menelpon. Tapi Shireen menggeleng cepat.

"Kak Naren.. jemput aku kok" Bohongnya, padahal Shireen tidak tahu dimana Naren.

Harsa membuang nafas, entah mengapa ada rasa tidak suka saat Naren selalu berguna bagi Shireen.

"Oke hati-hati ya?"

Shireen mengangguk, perempuan itu berjalan rusuh untuk meninggalkan Harsa. Saat tubuh Shireen hampir jatuh, seseorang sudah memegang kedua bahunya.

Melihat hal itu, langkah Harsa terhenti "Shit!"

Harsa benar-benar tidak suka melihat Naren yang selalu mengambil kesempatan. Harsa segera berlalu dari sana, tidak ingin semakin terbalut emosi.

"Kak" Satu tangan Shireen mencengkram dadanya yang terasa sakit, sedangkan tangan lainnya menggengam tangan Naren.

"Aku gendong ya?"

Belum mendapat persetujuan pun, Shireen sudah di gendong oleh Naren, untung tidak banyak orang di sana.

Naren membawa Shireen ke dalam mobil miliknya. Lelaki itu menenangkan Shireen yang masih memegangi dadanya, memberikan beberapa butir obat untuk di minum.

"Kamu besok kontrol kan? sama aku aja" Katanya. Naren benar-benar khawatir, karena tidak dapat terus di samping Shireen. "Kasih tau Harsa aja, ya?"

Shireen menggeleng cepat. "Kak Harsa gak boleh tahu, kalo dia nanti gak nerima aku gimana?"

"Tapi kamu gak akan bisa terus sembunyiin penyakit kamu dari dia Shireen. Kalo pun Harsa gak nerima kamu, masih ada aku di sini" Naren terus menatap manik Shireen, pandangannya seakan terus terkunci di sana.

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now