19. The Reason

2.4K 95 0
                                    

19. The Reason

"Sepertinya kau terlihat mudah melupakannya"
"Ohh,Isabelle. Kau tidak tau saat aku mencoba melupakan laki-laki itu. Seperti perang batin rasanya. Memangnya ada apa kau bertanya seperti itu?"
"Tidak apa-apa. Hanya ingin tau,Elli" jawabku kataku seraya mengangkat alis.
"Apa itu terjadi dengan mu juga?" pertanyaan Ellizabeth membuatku ingin menangis.
"Emm-ti-tidak" kini aku berbohong pada kakakku.
"Ah,Isabelle. Apa susahnya terbuka dengan orang lain?" kini dia mulai menyindirku. Memang sih,akhir-akhir ini aku menjadi orang yang tertutup atau orang yang tidak mau membicarakan masalahnya dengan orang lain. Aku ingin sekali bercerita pada Ellizabeth tentangku dan Will. Baiklah,aku membungkam cerita ku.
"Baiklah,Ellizabeth. Iya,itu terjadi padaku juga"
"Dengan Will?"
"Iya,kau benar,aku sangat kecewa dengan ayah dan ibu"
"Mengapa begitu?"
"Aku tidak meminta kepada mereka aku ingin menikah"
"Oh,Isabelle. Kau belum mengetahui alur ceritanya"
"Apa maksudmu?"
"Sebenarnya,ayah dan ibu mengirim surat untuk meminta Kerajaan Crowle meminang mu jauh sebelum kau mengenal Will"
"Mengapa harus begitu?"
"Karena pada jaman dahulu. Nenek moyang kita yang bernama Charlotte Meredith,dia jatuh cinta dengan seorang pangeran yang bernama Christ Samantha. Begitu juga sebaliknya. Akhirnya mereka menikah tepat pada saat peraturan kerajaan dibuat. Maka ditetapkanlah seorang puteri harus menikah dengan pangeran dari kerajaan lain. Harus dari golongan bangsawan."
"Bagaimana sang puteri tidak mencintai sang pangeran yang akan dinikahinya?"
"Mau tidak mau harus menerimanya. Acara pernikahan akan tetap dilaksanakan"
"Tapi,aku tidak mengenal Nick!" kini aku menaikkan nada bicaraku.
"Maka dari itu,makan malam kali ini kalian dipertemukan. Kalian akan berkenalan satu sama lain. Dan juga,seorang puteri tidak menaikkan nada bicaranya" Elizabeth mengoreksi diriku.
"Mengapa ayah dan ibu mengirimkan surat itu kepada Kerajaan Crowle?"
"Karena,pada saat kau sendirian,ayah dan ibu kasihan padamu. Jadi,itulah alasan mengapa mereka mengirim surat kepada Kerajaan Crowle untuk meminangnya"
"Pantas saja,saat ibu memberitahu bahwa aku akan menikah,ibu berkata padaku 'Kerajaan Crowle membalas surat pada kerajaan kita bahwa sang pangeran ingin melamarmu'. Karena aku terlalu panik,hingga aku tidak mencerna baik-baik perkataan ibu" jawabku baru mengerti.
"Terkadang kita harus merelakan orang yang kita kita sayangi dan kita cintai. Karena itu jalan yang terbaik" sambung Ellizabeth.
"Baiklah. Astaga-"
"What? Ada apa Ellizabeth?" tanyaku bingung.
"Kau terlihat sangat cantik" puji Elizabeth.
"Okey,Princess. Saatnya kita menuju ruang makan"
"Owh,satu lagi. Menurutmu,gaun ini berapa beratnya?" tanyaku menyeret gaun ini.
"Kira-kira tiga kilogram"
Aku terbelalak mendengar jawaban Ellizabeth. Yang benar saja aku menyeret gaun dengan berat tiga kilogram? Kami berdua pun berjalan melewati koridor yang terbuka. Dan di sebelah kiri dan di sebelah kanan dihiasi taman dengan masing-masing ada kolam ikan. Aku melihat Josephine yang duduk di ayunan taman. Entah apa yang dipikirannya. Aku mendatanginya.
"Apa yang kau lakukan? Sebentar lagi acaranya akan dimulai!" Elizabeth memanggilku.
"Kau pergilah duluan,aku ada urusan" kataku membalikkan badan menghadap Elli.
"Ughh,baiklah. Tapi,tolong cepat!" pintanya.
Aku mengangguk dan kembali menyeret gaun sialan ini. Aku menghadap Josephine yang sedang melamun.


Hola,readers! Gimana liburannya? Gimana nih ceritanya,jangan diam aja ya,kasih juga dong vot and comment kalian :v

Mimin selalu tunggu.

Semoga tambah suka sama cerita ini,ya!

He's The Real PrinceWhere stories live. Discover now