2. Nefertian IV

119 10 8
                                    

Nefer IV duduk di sebuah kursi bersandaran tinggi; perabot aksesoris yang dicetuskan oleh Nefer Pertama sebagai Singgasana Nefertian. Sebuah proklamasi dan pengingat atas siapa yang berkuasa. Ratu di atas ratu, begitu Pram, Nefer II, pernah berkata pada Sovia. Di sekelilingnya adalah gadis-gadis dari berbagai kalangan usia—pelajar SMA hingga wanita karir. Cewek-Cewek Femme yang tangguh dan sanggup menjatuhkan lawan satu lawan satu dalam pertarungan tangan kosong maupun bersenjata. Para gadis yang mengenakan bekas oli dan memar di tangan mereka sebangga memulas mata dengan celak dan eyeliner sehitam pandangan lawan yang terkena bogem telak. Gadis-gadis berdarah panas yang hanya butuh satu percikan kecil untuk mendidih.

Mereka menggelegak.

Mereka haus darah.

Mereka menginginkan pembalasan, pelampiasan, tetapi Sovia tidak yakin apa yang akan Natascha lakukan jika berada di posisinya saat itu.

Di sampingnya berdiri Mutny; gadis itu tampak jauh lebih kuat pagi ini ketimbang malam tadi ketika ia nyaris tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Sovia dapat melihat perisai mati rasa yang Mutny dirikan, tetapi ia tidak berkomentar apa pun. Masing-masing individu memiliki cara mereka sendiri untuk berhadapan dengan duka dan Sovia tidak merasa ia memiliki hak untuk menilai.

"Femme!" teriak Mutny. Para Cewek Femme yang berdiri berkerumun baik di lantai dasar maupun balkon lantai atas gudang yang mereka jadikan rumah besar terdiam, memberikan Mutny perhatian penuh. Berpuluh-puluh pasang mata membakar Mutny tetapi alih-alih terintimidasi, gadis itu merasa lebih kuat. Ia memiliki saudari-saudari seperjuangan. Mereka merasakan lukanya. "Semalam," suara Mutny yang keras mengisi setiap sudut gudang tua itu. "Ada bajingan berengsek yang mengerem mobilnya mendadak di depan Natascha. Gara-gara dia, untuk kali kedua, kita kehilangan Nefertian kita. Polisi boleh bilang ini kecelakaan, tapi kita semua tahu yang sebenarnya, ya kan?"

Serempak Cewek Femme menjawab, "YA!"

"Mobil itu enggak menyeberang, enggak masuk ke lalu lintas, dia cuma keluar dan berhenti mendadak, bikin kagok Nefer Ketiga; bikin dia enggak punya pilihan selain banting setir. Di mana dia sekarang?"

Tidak ada yang menjawab. "Jadi arsip polisi," Mutny memuntahkan kata itu bagaikan racun. "Dia udah enggak bersama kita lagi sekarang, dan aku yakin pemalas-pemalas gendut itu enggak akan melakukan apa pun untuk mencari pelaku yang membunuh Nefer. Apa kalian pikir itu kecelakaan?"

Beberapa suara menjawab, "Enggak."

"Lima tahun yang lalu Nefer Kedua digantikan oleh Nefer Ketiga yang kini digantikan oleh Nefer Keempat. Apa kalian pikir itu semua terjadi karena kecelakaan?"

Lebih banyak suara yang menjawab, "Enggak!"

"Sekarang," Mutny bersiap menjatuhkan bomnya. "Apa kabel rem yang diputus adalah kecelakaan?"

Banyak orang terkesiap, lalu dengan penuh kemarahan, seluruh Cewek Femme berteriak, "ENGGAK!"

"Apa kita bakal membiarkan Nefer Keempat juga menjadi korban kecelakaan?"

"ENGGAK!"

Sovia merinding. "Kalau gitu," ujar Mutny, "biar kita tanya Nefer Keempat apa yang harus kita lakuin sekarang."

Mutny mundur, mengialkan pada Nefertian Keempat dengan tangannya untuk maju. Sovia memejamkan matanya sesaat, memikirkan apa yang harus dan akan ia katakan. Natascha telah menjadi pemimpin diplomatis selama beberapa tahun terakhir bagi para Cewek, mereka tidak akan semudah itu menerima Sovia yang kurang diplomatis. Dirinya adalah Cewek Femme sampai ke tulang; dengan gelegak darah sepanas mereka yang saat ini menanti ia berbicara. Dia tidak bisa menjadi apa pun selain mendominasi; mengukuhkan posisi.

[ID] H2H: Femme Fatale | Novel: HiatusWhere stories live. Discover now