9. Slither In

55 5 4
                                    

Nefer menggunakan baju kaus yang ia kenakan untuk mengelap air dari wajahnya sementara Rum memerhatikan dengan tertarik sekaligus terhibur. "Apa maksud kamu rumor itu benar?"

"Ooh, you knoow, Parappa bubar tahun satu-satu, Femme dan Greendogs gencat senjata, Femme enggak terlalu aktif, tahun satu-delapan Parappa jadian lagi."

Botol air dingin Nefer letakkan di atas konter dengan keras. "Rum," ujarnya dengan nada serius. "Jangan main-main." Ia mengambil langkah-langkah lebar menuju Cewek Dalam itu.

Dihampiri oleh pemimpinnya dengan agresif, Rum merengut pada ucapan Nefer. "Nefer, aku tahu aku suka berlagak bercanda dan childish, tapi aku enggak pernah main-main. Enggak pernah. Oh, dan, lukamu kece."

Nefer berdiri di hadapan Rum yang menaikkan tatapannya untuk bertemu mata dengannya. "Kamu sumpah kamu serius?"

Rum mengangkat tangan, ekspresinya, untuk pertama kali, serius. "Sumpah." Dan karena Rum adalah Rum, gadis itu menambahkan: "Untuk keduanya, by the way; soal berita itu dan lukamu. Serius, hidungmu keren. Siapa yang iganya patah?"

Nefer mengacak rambut pendeknya, berjalan memutari meja kopi dan menenggelamkan tubuh di sofa tidur dengan kepala ditopang kedua lengan di atas lutut. "Aku sama sekali enggak siap untuk omong kosong macam ini."

Tidak siap menghadapi Nefer, Rum bergeming di tengah ruangan. Nefer mempertahankan posisi tersebut selama beberapa saat sebelum menggosok wajah dengan kedua tangan dan mengangkat kepala. "Dari mana kamu tahu?"

"Oh," Rum duduk bersila di seberang meja kopi. "Aku nemu satu anak PLX yang rupanya berniat untuk nyerong dari PLX dan gabung sama Parappa baru ini. Aku dapat alamat dan waktu kopdar perdana mereka Selasa malam besok."

Nefer mengerutkan dahi. "Jadi belum pasti?"

"Sembilan puluh delapan persen," Rum mengedikkan bahu. "Aku bisa kasih kamu dua persen sisanya besok malam."

"Hm." Nefer menggosok rahangnya. "Kamu mau pergi ke sana?"

Mata Rum berbinar. "Iya." Gadis itu beringsut mendekat. "Boleh? Nefer, Nefer, boleh?"

Nefer menyipitkan mata. "Kenapa kamu semangat banget?"

"Ya ampyuun," ujar Rum dramatis. "Kamu kayak gak kenal aku aja. Maksudku, aku tahu sih kamu baru jadi Nefer selama ... seminggu kurang? Tapi pasti kamu udah tahu soal aku, kan?"

Pemimpin Femme itu agak kesal ketika mendapati dirinya terhibur oleh kepercayaan diri Rum. Sulit untuk merasa kesal pada gadis itu ketika ia hanya menyatakan fakta: Rum, baik sebagai Cewek Dalam maupun Cewek Femme biasa, memiliki reputasi yang seringkali membuat Natascha dan Mutny kewalahan mempertahankan gencatan senjata mereka. Mengapa Rum belum dicoret dari jajaran Cewek Dalam, Nefer tidak tahu. Yang pasti, jika kekacauan memiliki manifestasi dalam bentuk manusia, itu pasti Rum. Lecs mengajak pemimpin Lokitty berbicara, Han kemungkinan besar melakukan hal yang sama, lalu ada Rum yang muncul di depan pintu rumahnya dengan memar di sekujur tubuh tetapi bergerak seolah tidak ada yang terjadi padanya.

"Dari mana kamu tahu aku tinggal di sini?" tanya Nefer setelah beberapa saat tanpa suara.

"Oh, aku tanya Mutny." Rum mencengir. "Omong-omong soal Mutny, kok dia gak di sini? Ngapain ke Bandung pas Femme lagi genting?"

"Aku yang suruh," jawab Nefer pendek. Rum membulatkan mulutnya. "Sekarang, soal Parappa...."

Rum beringsut penuh semangat, rona wajahnya cerah seperti seorang anak yang menantikan permen. "Kasih aku alasan kenapa aku harus mengizinkan kamu pergi ke sana."

[ID] H2H: Femme Fatale | Novel: HiatusWhere stories live. Discover now