Chapter 1 - He's Back

942 40 5
                                    

*Sofia POV*

"Kak... Apa kau lihat lipstick ku??" Teriak adikku dari lantai atas. Aku sedang mempersiapkan sarapan untuk kami mengingat ibu dan ayah sudah berangkat bekerja pagi-pagi sekali.

"Aku tidak melihatnya. Lagipula aku sudah beberapa kali mengingatkanmu untuk jangan menaruh barang sembarangan" balasku berteriak sambil membalik-balikkan sosis yang sedang ku goreng.

"Aku mengerti kak. Tidak perlu mengingatkanku setiap saat. Aku hanya lupa menaruhnya dimana. Boleh aku meminjam milikmu??" Tanyanya. Aku menggelengkan kepala. Anak satu ini memang selalu ada saja alasannya.

"Asalkan kau tidak menaruhnya sembarangan" balasku berteriak lagi. Walau aku tidak melihatnya aku tau dia sedang memutar bola matanya. Aku jadi terkikik sendiri.

"Wahh kau masak apa pagi ini??" Tanyanya ketika dia sudah sampai didapur.

"Hanya sosis goreng dan telur. Aku harap kau tidak keberatan. Hanya ini yang tersisa di kulkas. Ku rasa ibu lupa kalau persediaan makanan sudah hampir habis. Aku akan membelinya nanti siang."

"Aku selalu suka apapun yang kau masak. Semua bahan makanan yang ada di tanganmu walaupun simple pasti selalu terasa enak. Kau harusnya menjadi seorang chef." Puji adikku. Aku terkekeh. Tumben sekali dia memujiku.

"Kau jangan bercanda, Rose"

"Aku tidak bercanda. Aku mengatakan sebenarnya. Aku akui bahwa aku memang senang mengerjaimu, tapi kali ini aku mengatakannya jujur dari dalam hati" aku tertawa mendengarnya.

"Sudah jangan banyak bercanda. Cepat habiskan sarapanmu dan akan ku antar kau ke kampus." Rosie mengangguk dan menghabiskan sarapannya.

=============================

"Eh kak, aku dengar-dengar katanya Marc akan kembali ke Spanyol." Rosie membuka percakapan.

Apa yang baru saja dia katakan?? Marc?? Marc Marquez? Sahabatku? Maksudku mantan sahabatku.

"Marc??" Jawabku pura-pura tidak mengerti.

"Iya Marc.. Marc Marquez. Sahabatmu itu"

Aku bahkan tidak tahu apakah dia masih menganggapku sahabatnya atau tidak.

"Jangan sebut nama itu dihadapanku Rose. Aku tidak mau mendengarnya" jawabku ketus.

Marc dan aku adalah sahabat baik. Dan semuanya berubah ketika dia lebih memilih untuk menjadi pembalap dan meninggalkan aku. Bukannya aku ingin menghalangi mimpinya menjadi seorang pembalap. Aku akan selalu mendukungnya apapun keputusannya. Tapi memutuskan kontak denganku selama beberapa tahun terakhir membuatku marah dan kecewa. Dia berjanji tidak akan lupa untuk meneleponku atau hanya sekedar mengirim kan pesan singkat. Tapi dia mengingkarinya. Dia sama sekali tidak pernah memberikan kabar kepadaku. Aku mencoba meneleponnya atau mengirimkan pesan singkat padanya tapi tidak ada satupun yang dia balas. Dan aku menyerah. Mungkin semua ketenaran dan kesuksesan yang dia miliki sekarang lebih berarti. Dan aku juga sadar itu. Aku tidak mau jadi penghalang baginya dan karirnya.

"Ada sesuatu yang perlu kau tahu kak" kata Rosie. Aku menangkap nada tidak enak dari perkataannya.

"Apa??"

"Ibu dan ayah mengundang Marc dan keluarganya untuk makan malam besok"

Aku membelalakan mataku. Terkejut. "WHAAAATTTTT????"

No no no... This can't be happening

"Katakan padaku bahwa kau bercanda. Tolong katakan Rose"

"Aku TIDAK bercanda" katanya dengan menegaskan kata 'tidak' dan sekarang aku yakin dia tidak bercanda.

Oh my god. Aku tidak siap untuk bertemu dengannya. Tidak besok, tidak lusa, tidak minggu depan, bulan depan, tahun depan, tidak selamanya. Aku tidak akan pernah siap.

Aku tidak mau munafik untuk bilang aku tidak pernah menontonnya di televisi. Jika aku memiliki kesempatan, aku akan menontonnya. Walaupun harus bersembunyi karena aku tidak mau orang tuaku dan adikku tahu. Mereka pasti akan menggodaku.

Aku suka melihatnya di televisi, melihatnya saat sedang bertarung di lintasan. Dan bagian favoriteku saat dia berhasil menjajaki podium di posisi satu. Dia memang tidak berubah. Tetap seperti anak kecil walaupun umurnya sekarang sudah menginjak 23 tahun.

Tapi untuk bertemu dan bertatap muka langsung dengannya besok... Jujur aku tidak mau. Lagipula dia juga pasti sudah melupakanku. Jadi untuk apa aku ikut acara makan malam itu?. Aku harus bisa mencari alasan untuk besok malam. Ya aku harus mencari cara untuk tidak mengikuti acara besok.

Closer (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now