Chapter 3 - Arranged Marriage

495 38 1
                                    

Aku menarik nafas lalu menghembuskannya lagi. Aku melakukan itu berulang kali berusaha menenangkan diriku tapi tidak berhasil. Aku benar-benar gugup. Aku benar-benar tidak sanggup untuk bertemu dengannya. Tuhan, please tolong aku!

"Hei, selamat datang dirumah kami........." ibuku menyambut mereka. Disana aku melihat tiga orang, Aunt Roser, uncle Julia dan Alex. Wait dimana Marc? pikirku diam-diam. Apakah dia tidak datang? syukurlah kalau begitu. Ucapku dalam hati.

"Hey, Martha. Sudah lama kita tidak berjumpa" kata aunt Roser yang langsung memeluk ibuku. Kemudian dia melirik ke arahku.

"Kau pasti Sofia, kau tambah cantik dari terakhir kali aku melihatmu. Kau sangat cocok dengan Marc." Pada awalnya aku tersipu akan pernyataannya, tapi setelah dia menyebut tentang Marc, aku langsung mematung. Apa maksud dari perkataannya tersebut??

"Terima kasih Aunt Roser" jawabku canggung.

"Well, ayo masuk. Tidak baik membiarkan tamu berdiri diluar. Ngomong-ngomong dimana Marc?" tanya ibuku.

"Dia sedang ada shooting iklan, mungkin sebentar lagi dia akan datang" jawab aunt Roser yang menghancurkan harapanku yang sedari tadi berharap dia tidak akan datang. Aku hanya dapat menghela nafas kasar.

Lima menit kemudian bel pintu berbunyi. Aku yakin itu pasti Marc.

"Sof, tolong kau bukakan pintunya. Mom masih harus memanaskan makanan ini". Sialan! Umpatku dalam hati. Rosie hanya terkikik melihatku. Well, dia dan ibuku sekongkol rupanya. Arghhh..

"Kenapa aku? kan ada Rosie" jawabku kesal.

"Karena dia tamu mu bukan tamu Rosie" jawab mom santai, membuatku semakin jengkel.

"But mom-" belum selesai aku bicara, mom sudah memotongku terlebih dahulu.

"Sudah ku bilang padamu, jangan pakai kata tapi kepadaku Sofia. Berdirilah, keluarkan senyum terbaikmu dan sambut tamu kita" Mom memerintah.

Aku berdecak kesal, lalu bangkit dari dudukku. Aku berjalan kearah pintu depan. Sebelum membukanya, aku memikirkan apa yang harus ku lakukan. Aku harus menyapanya atau hanya membiarkannya masuk tanpa mengatakan apapun? Aku tidak tahu harus melakukan apa. Bel pintu berbunyi lagi, membangunkanku dari lamunanku. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan, berharap bisa meredakan rasa gugupku tapi tetap tidak berhasil. Jantungku semakin berdegup kencang. Tanganku mulai meraih ganggang pintu dan klik, pintunya terbuka. Disana tampak seorang laki-laki, memakai kaus putih dengan kemeja berwarna biru jeans yang dibiarkan terbuka. Sedang berdiri sambil memasukan tangannya kedalam saku celananya. Aku terperanga sebentar memandangnya. Aku masih tidak tahu apa yang harus ku lakukan. Aku berusaha mengeluarkan kata-kata tapi tidak bisa. Mulutku seperti ada lemnya, menempel kuat. Mataku beralih ke wajahnya, dia bahkan lebih tampan jika dilihat secara langsung seperti ini. Duh, apa sih yang aku pikirkan? Aku kan membencinya, tidak seharusnya aku memikirkan seperti itu.

"Kau mau mengajakku masuk atau hanya berdiam disini sampai besok pagi??" dia mau tidak mau membuka suara. Aku hanya membuka lebar pintunya tanpa berbicara sepatah katapun. Memberi isyarat untuk menyuruhnya masuk. Setelah dia masuk aku menutup pintunya dan dia langsung nyelonong masuk kedalam tanpa menungguku. Oke, selain dia semakin tampan, dia juga semakin songong sekarang. Dia pun tidak menanyakan kabarku atau hanya sekedar menyapaku. Dia sudah benar-benar tidak mengingatku ternyata.

"Mari kita mulai acara makan malamnya, makanannya sudah mulai dingin karena menunggumu Marc" kata Aunt Roser.

"Sofia apa yang kau lakukan disitu, cepat kemari dan duduklah" Aunt Roser memanggilku. Aku hanya mengangguk pelan. Setelah aku sampai didapur, mereka semua sudah duduk dengan rapi dimeja makan, aku meneguk ludahku dengan keras. Hanya ada satu tempat tersisa dan itu disebelah Marc. Sialan.

Closer (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now