Chapter 4 - Awkward Moment

422 35 5
                                    

Hei hei hei.. saya kembali lagi di Chapter 4!! hohoho sebelum membaca silahkan di klik tombol votenya dulu yaa :)

Selamat membacaaaaaaa...

========================================================

Hari ini aku, ibuku, tante Roser dan Marc, kami pergi berbelanja untuk rencana pernikahan kami. Kali ini kami sudah berada di toko cincin. Ya, kami akan membeli cincin pernikahan. Perjalanan ini sangat membosankan. Sedari tadi ibu kami yang terlihat banyak bicara. Aku dan Marc hanya mengangguk saja pada apa yang mereka tawarkan.

Ngomong-ngomong tentang aku dan Marc, kami masih belum berbicara satu patah katapun sejak kejadian malam lalu. Orang tua kami menyuruh kami untuk berbicara baik-baik. Tapi Marc, dia tidak ada usaha sedikitpun untuk mau berbicara denganku. Masa aku yang harus angkat suara deluan? Harusnya lelaki deluan bukan?? Lagipula ini bukan sepenuhnya salahku. So kami masih tetap pada ego kami masing-masing.

Aku memikirkan bagaimana kehidupan rumah tangga ku dengan Marc setelah kami menikah nanti. Apakah dia akan tetap mengacuhkanku seperti ini? Satu tahun itu bukan waktu yang sebentar. Dan aku tidak tahu apakah aku akan sanggup untuk menjalaninya.

"Sofia, apa kau mendengarkanku??" ibuku menyadarkanku dari lamunanku. Aku mengerjap ketika dia mengguncang tubuhku.

"Ya, ada apa bu?"

"Aku sedari tadi bertanya padamu, kau suka cincin yang mana?" tanyanya.

"Apa saja, terserah ibu saja" kataku acuh. Aku memang tidak tertarik dengan acara memilih cincin ini. Kecuali jika aku menikah dengan orang yang aku cintai dan kami memang benar-benar ingin menikah, bukan karena terpaksa begini mungkin aku akan sangat excited untuk hal seperti ini. Tapi dengan Marc.... jangankan yang namanya cinta, bicara saja tidak mau.. ergh

"Marc, bagaimana denganmu??" ibuku sepertinya menyerah menanyaiku. Baguslah.

"Itu bagus." jawabnya singkat. Tuh udah liatkan, jawabnya saja sesingkat itu dan dia berbicara hanya seperlunya saja. Benar-benar lelaki menyebalkan.

"Baiklah, kami ambil cincin yang ini"

Setelah kami selesai membeli cincin, ibu-ibu kami memilih untuk pergi melihat-lihat gaun yang akan mereka kenakan di acara pernikahan kami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kami selesai membeli cincin, ibu-ibu kami memilih untuk pergi melihat-lihat gaun yang akan mereka kenakan di acara pernikahan kami. Dan aku ternganga saat tante Roser berkata kepada Marc, "Marc, sekarang kau dan Sofia pergi ke butik langganan mom untuk fitting gaun pernikahan Sofia. Kau temani dia memilih gaun yang pantas untuknya." Marc dengan enteng menangguk tanpa protes sedikitpun. Terkadang aku bingung dengan kelakuan lelaki satu ini. Apa dia benar-benar pasrah di nikahkan denganku??

"Ayo" kata pertama yang Marc ucapkan terhadapku. Akupun pamit kepada ibuku dan tante Roser. Mereka bilang jangan lupa untuk memfoto gaun yang aku coba. Mereka ingin melihatnya katanya. Ergh..

Aku dan Marc sudah berada didalam mobil dan Marc menyalakan mesinnya dan mobil kami mulai bergerak keluar dari parkiran Mall. Sepanjang perjalanan kami hanya diam, tanpa ada suara sedikitpun. Aku berusaha untuk meredam kesunyian dengan cara menyalakan radio, mendengarkan lagu sambil memejamkan mata kurasa akan menyenangkan dilakukan pada saat-saat seperti ini.

Ketika aku hendak menyalakan radionya, tiba-tiba tanganku menyentuh tangan Marc yang sepertinya juga ingin menyalakan radionya. Aku sontak terkejut dan menarik tanganku kembali. Marc juga begitu. Rencanaku untuk menyalakan radionya pun gagal dan Marc tampaknya juga tidak jadi mau menyalakannya. Akhirnya kami diam dalam kesunyian lagi.

15 menit perjalanan dan akhirnya kami sampai di butik yang dimaksud. Ketika aku turun dari mobil, aku sudah melihat Marc dengan kacamata hitam yang dia pakai, dengan gaya coolnya dia berjalan deluan kearah pintu masuk, tanpa menungguku. Dia meninggalkanku. Oke fine. Aku juga tidak berharap dia akan menungguku.

Ketika masuk kedalam, aku sudah melihat Marc berbicara dengan salah satu karyawan di butik itu. Sekilas aku mendengar dia berkata "Tolong carikan gaun terbaik yang kalian punya untuk wanita yang sebentar lagi akan masuk. Dia adalah calon istriku, aku mau kalian berikan yang terbaik yang kalian miliki" katanya kepada karyawan itu. Aku sedikit tersenyum ketika dia bilang bahwa aku adalah calon istrinya. Setidaknya dia masih menganggapku ada.

3 menit aku menunggu tiba-tiba karyawan yang berbicara dengan Marc tadi datang menghampiriku.

"Ms. Hernandez??" tanyanya.

"Ya"

"Mari ikut saya" katanya dan aku menurut. Marc yang sedari tadi duduk disampingku sambil memainkan ponselnya pun ikut membutut dibelakangku.

"Ini gaun yang telah dipilihkan oleh Mr. Marquez untukmu. Aku rasa gaun ini akan indah dan pas berada ditubuhmu. Silahkan dicoba" Aku mengangguk. Dia membawaku kedalam ruang ganti, dan membantuku untuk mencoba gaun itu.

Aku berkaca melihat pantulan diriku dicermin dan aku suka dengan apa yang aku lihat. Gaun ini benar-benar indah.

"Ayo miss, silahkan keluar dan tunjukan pada calon suamimu" kata karyawan itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ayo miss, silahkan keluar dan tunjukan pada calon suamimu" kata karyawan itu. Really? Aku harus menunjukan padanya.. haruskahh?????

"Apakah aku harus? aku rasa dia tidak perlu melihatnya." kataku. Karyawan itu menyernyitkan keningnya. Merasa aneh mungkin.

"Maksudku aku ingin memberikannya kejutan. Aku ingin dia melihatnya di hari pernikahan kami" aku beralasan. Kurasa alasanku cukup masuk akal. Karyawan itu mengangguk mengerti.

"Baiklah. Ku bantu anda melepaskan gaun ini" katanya.

"Tunggu dulu, bisa kah kau fotokan aku menggunakan gaun ini? aku ingin memperlihatkannya kepada orang tuaku dan calon mertua ku" kataku. 

"Tentu saja" katanya. Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas dan memberikan kepadanya. Dia memotretku kemudian membantuku keluar dari gaun ini.

Setelah selesai aku keluar dari ruang ganti dan Marc terlihat bingung karena aku keluar tanpa menggunakan gaun itu.

"Maaf Mr. Marquez, calon istri ada tidak mau memperlihatkan gaun yang dia pakai kepada anda. Dia bilang ingin memberikan ada kejutan. Tapi saya jamin, anda akan senang. Calon istri anda terlihat sangat cantik dan menawan menggunakan gaun itu. Saya yakin anda akan terpesona. Anda adalah lelaki yang beruntung mendapatkan istri seperti dia." katanya kepada Marc. Aku terbelalak mendengarnya. Marc hanya tersenyum mendengar perkataan wanita paruh baya itu. Well. itu senyuman pertama yang terpampang dibibirnya.

Closer (DISCONTINUED)Where stories live. Discover now