MSB // 4

18K 1.4K 59
                                    

Hari yang cukup melelahkan untuk  Alan. Setelah meeting dengan beberapa klien, ia akhirnya bisa duduk di kursi kerjanya.

Jam menunjukkan pukul 06.00 sore, jam kerja selesai satu jam yang lalu, namun ia masih berada di kantornya.

Alan sedang memperhatikan kembali file yang di kirim oleh Adit seminggu yang lalu.

Data tentang Sofia Aruna. Seorang gadis yang sudah mencuri hati sahabatnya sekaligus saudaranya, Adrian.

Data-data yang tertera dalam file itu belum menunjukkan adanya perkembangan. Alan bahkan sempat berpikir kalau gadis itu berasal dari keluarga mafia atau gengster.  Ini benar-benar sangat sulit ternyata. Kesulitan yang selama ini belum pernah di hadapinya.

Apalagi untuk seorang Adit Nainggolan, salah satu sahabat terbaiknya. Adit membuka biro jasa detektif swasta yang terkenal dengan nama Black Shadow.

Dari sekian data yang di kirimkan sahabatnya itu, Alan terpaku pada satu nama dan sebuah foto yang membuat matanya tidak bisa berpaling.

Sandra Amillia Dian

Berasal dari sebuah keluarga terpandang di Jogya, kuliah di Fakultas Sastra Indonesia di universitas yang sama dengan Sofia.

Tangannya terulur memegang foto gadis itu. Wajah cerianya dengan senyum lebar dan kedua lesung pipi yang menambah kecantikannya.

Alan tersenyum kecil. Mengingat bagaimana gadis kecil ini dulu selalu mengikutinya bermain. Meski ia bermain bola atau bahkan layangan.

Gadis itu selalu mengikutinya. Meski Kak Angie selalu mengajaknya bermain boneka atau permainan perempuan lainnya ia selalu menolak.

Pipi chubbynya selalu membuat Alan gemas kemudian mencubitnya dan berhasil membuat Sandra kecil menangis.

Alan tertawa mengingat semua itu. Apalagi kalau ia sedang menikmati chitatonya. Keripik kentang yang tidak pernah absen dalam satu hari hidupnya.

Sandra kecil sangat senang bermain bersamanya. Mengikutinya kemana saja. Menuruti perintahnya dengan cepat. Tapi kalau sudah masalah chitatonya, Sandra kecil tidak akan pernah mau berbagi.

Pikiran Alan pun kembali pada pertemuan mereka kemarin. Peretemuan yang sama sekali tidak di duganya tapi juga di inginkannya.

Alan meraih ponselnya dan mulai mengetik pesan.

To : San Millia

Hi, lagi ngapain?

Sent

From : San Millia

Masih di jalan Kak. Macet.

Alan mengerutkan dahinya. Jam enam sore masih di jalan gumamnya pelan, kemudian ia kembali mengetik sebuah pesan.

To : San Millia

Jalan mana? Naik apa? Sama siapa?

Sent

Selang beberapa lama suara notifikasi linenya berbunyi dengan cepat menandakan beberapa pesan masuk. Alan segera membaca line Sandra.

From : San Millia

Mau pulang Kak.

Tadi dari kampus.

Sendirian.

Sandra nyetir dulu ya. By

Alan tersenyum kecil.

To : San Millia

I Love You_My Stupid Boy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang