MSB // 25

13K 1.4K 243
                                    

Sandra terlihat sedikit gugup. Mungkin sangat gugup. Ia sedang berada di green cafe, menunggu kedatangan Alan.

Kemarin Sandra mengirimkan pesan pada Alan untuk menemuinya di sini. Sandra bertekad ingin mengutarakan perasaannya pada Alan.

Apapun pendapat Alan tentangnya nanti ia akan berusaha untuk tidak peduli. Sandra tidak akan mengharapkan apa-apa, ia tahu Alan milik Melany. Mereka pasangan dewasa yang serasi.

Sandra meneguk coklat hangat keduanya sejak kedatangannya. Tangannya menempel di dadanya. Sesekali ia menarik napas kemudian menghembuskannya pelan.

"Hai," sapa Alan yang baru saja datang dan mengambil tempat di depan Sandra.

"Oh, hai." balas Sandra terkejut.

"Sudah lama?" tanya Alan.

"Lumayan. Maaf ya, udah ngajak ketemuan kakak di sini. Kakak nggak lagi sibuk kan?" tanya Sandra khawatir kalau ia sudah mengganggu pekerjaan Alan.

Alan tertawa pelan. "Nggak perlu minta maaf. Kamu bebas kok hubungi kakak kapan aja kamu mau." kata Alan.

"Kakak mau pesen makanan? Kopi mungkin?" Sandra menawari Alan untuk memesan makanan.

"Kakak kopi aja." ucap Alan sembari melambaikan tangannya memanggil pelayan cafe.

"Sejak kapan kamu suka coklat hangat?" Alan melirik gelas milik Sandra.

"Nggak tahu." ucap Sandra sambil mengedikkan bahunya.

"Selamat sore, mau pesan apa mas?" tanya pelayan cafe.

"Kopi satu, kentang gorengnya satu." ucap Alan.

"Mohon menunggu." ucap pelayan itu.

"Kamu sudah makan siang?" tanya Alan.

"Sudah kak." jawab Sandra.

"Kuliahmu baik-baik saja?" tanya Alan.

"Baik." ucap Sandra.

"Sampai jam berapa kamu di pestanya Kirani?"

"Cukup lama. Om dan tante menanyakan banyak hal tentang ayah dan ibu di Jogya." ucap Sandra.

"Setelah dari pesta...kamu kemana?" tanya Alan.

"Terima kasih." ucap Alan pada pelayan yang mengantarkan pesanannya.

Sandra mengernyit, "maksud kakak?" tanya Sandra tidak mengerti.

"Maksudku, mungkin kamu jalan-jalan dulu sama si Ari itu." kata Alan.

"Ari? Ario." kata Sandra membenarkan.

"Iya." jawab Alan singkat.

"Keenan mengantarku pulang. Setelah  itu dia langsung pergi. Padahal aku sudah memintanya untuk mampir, sekedar minum kopi." ucap Sandra.

Alan mendengus kesal. "Tidak baik seorang gadis menerima tamu laki-laki larut malam." katanya dingin.

"Iya kak." jawab Sandra pelan. Kedua tangannya mengerat kaosnya di bawah meja.

"Jadi, ada apa ngajak kakak ketemu?" tanya Alan setelah meneguk kopinya.

Sandra menelan ludahnya, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering.

"A.aku mau bicara sesuatu sama kakak." ucap Sandra.

"Bicara aja." ucap Alan menatap Sandra dengan lembut.

Sandra meraih coklat hangatnya yang sekarang sudah menjadi dingin itu, kemudian menengguknya sampai habis. Dadanya berdetak sangat kencang.

Alan memperhatikan semua itu. Alan bisa melihat kegugupan Sandra.
Memangnya apa yang ingin Sandra bicarakan? batin Alan.

Sandra menarik napasnya pelan. Kemudian ia membulatkan tekadnya. Ia akan mengutarakan isi hatinya pada Alan. Bukan berharap agar Alan memilihnya, Melanylah pilihannya.

Sandra berniat, setelah mengutarakan perasaannya pada Alan, ia akan mencoba membuka diri pada Keenan.

"A.aku.sayang sama kakak." ucap Sandra gugup.

Alan menurunkan gelas kopinya setelah meneguk isinya. "Aku juga sayang kamu San, kamu sudah kakak anggap sebagai adik kakak sendiri."

Deg.

Jantung Sandra kembali berdebar kencang.

"Tapi bukan rasa sayang itu yang kurasakan. A.aku mencintai kakak." ucap Sandra.

"Apa maksud ucapanmu? Kamu mencintaiku?" tanya Alan pada Sandra, ia terkejut dengan pernyataan  tiba-tiba dari Sandra.

"Iya Kak. Aku cinta sama Kakak." kata Sandra mengakui perasaannya dengan gugup.

"Aku cinta Kakak sejak dulu, bahkan sampai saat ini perasaan itu masih ada kak" jelas Sandra yang sudah lebih seger dari biasanya.

Alan tertawa mendengar pengakuan Sandra. Ia tak menyangka dan tak percaya kalau Sandra memiliki perasaan khusus padanya.

Ia berpikir bahwa perasaan Sandra ini hanya sebatas kagum. Dan Alan yakin Sandra sedang salah mengartikan kebersamaannya selama ini. Itu hanya perasaan antara seorang adik dengan kakaknya. Tidak lebih.

"Dengar, kamu nggak tahu apa yang kamu katakan. Cinta yang kamu ungkapkan sekarang bukanlah cinta. Kamu hanya terbawa perasaan pada cinta monyetmu saat kamu masih kecil San." kata Alan mencoba menyadarkan Sandra akan perasaannya.

Perasaan Sandra hancur melihat sikap Alan terhadap pengakuan cintanya. Dadanya terasa sesak. Matanya sudah panas. Sandra berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk bisa bicara lagi tanpa harus mengalihkan pandangannya.

Jangan terlihat lemah Sandra batinnya menguatkan dirinya sendiri.

Sandra menghela nafasnya pelan kemudian berkata. "Kalau Kakak tidak mencintaiku tidak apa-apa. Tapi jangan pernah mengatakan kalau cintaku hanya cinta monyet di saat Kakak tidak tahu apa-apa tentangku."

Sandra meraih tasnya di atas meja. "Maaf, sudah membuang waktu Kakak percuma." Sandra menunduk sedikit kemudian melangkah pergi dari sana.

Air matanya jatuh di kedua pelupuk matanya yang sendu. Menyiratkan kesedihan dan kekecewaan yang dalam di sana.

Alan termangu di tempatnya. Entah kenapa hatinya terasa sakit melihat kepedihan yang terlihat jelas di wajah Sandra.

Apakah Sandra begitu mencintainya?

Apakah benar dia tidak memiliki perasaan apa-apa pada Sandra?

Kalau dia tidak memiliki perasaan semacam itu, lalu kenapa sekarang hatinya terasa sakit dan kosong.

🐄🐄🐄

Aku cinta abang Alaaaannnnn???

I Love You_My Stupid Boy (COMPLETE)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ