Undercover Operation #17

2.5K 193 1
                                    

Justin's POV

Apa yang kulakukan sekarang adalah menunggu kode yang diketukan oleh Max dan Jack. Aku masih berada di ruang pembuangan robot. Terkadang bermain dengan bahan-bahan robot itu. Jujur, ruang transparanku lebih baik daripada ruang pembuangan robot. Aku menghadap ke utara, menunggu 3 ketukan untuk menyatakan bahwa misi kini sudah dimulai. Aku berdiri, menyalakan alat pendengarku kemudian mulai berputar-putar untuk mencari suara. Akhirnya aku mendengarnya. Suara ketukan 6 kali dan mungkin itu berasal dari salah satu anggotaku.

Aku berlari keluar menyusuri lorong demi lorong untuk pergi ke tempat dimana suara itu berada. Akhirnya aku sampai di lorong B. Ketika aku masuk, sudah ada hampir semua anggotaku disini. Akhirnya Max memberikanku peta yang mungkin ia ambil dari basement pada saat aku tertangkap.

"Kita harus mengambil pemicu bom di ruangan Zarloch. California tidak akan aman 5 jam lagi."

"5 jam lagi?!" tanyaku pada Jack,

"Kapal yang kita tumpangi sudah mencapai batas yang ditentukan sehingga aman untuk Zarloch mem-bom pulau itu." jelas Max,

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" kutanya,

"Kita harus bergerak cepat dan mengakali CCTV, sejak Zarloch menemukan pipa-pipa terarah ke ruang rapat, kita dicurigai." Max melirik jam tangannya,

"Baiklah. Jesslyn, Carmen, Dany, Syla. Kalian bisa tunggu disini? Aku punya ide, tugas kalian membuka semua pintu di semua lorong jika kuberi tanda. Carmen, nyalakan alat pendengarmu selalu."

"Kenapa kita tidak pernah dilibatkan dengan apa yang kalian kerjakan?!" tanya Carmen,

"Aku sudah melibatkan kalian. Aku tak mau kalian mengikuti misi berbahaya. Karna aku tak mau kalian terluka. Chester dan Sacha, kalian ikut aku."

Kami meninggalkan Jesslyn, Carmen, Dany, dan Syla di lorong B. Sebelumnya aku memberikan CensoricKnock atau yang dulu kami sebut gelang pembuka pintu kepada Carmen. Hanya jika sewaktu-waktu Zarloch menangkap kami aku hanya harus mengeluarkan semua anak-anak dari sel mereka dan menyelamatkan diri. 5 jam lagi bukan waktu yang lama. Kami harus bergegas, bergerak cepat tapi teliti.

"Sebelum kita ke markas Zarloch, ayo kita tutup gudang senjata rapat-rapat. Hanya untuk berjaga-jaga." usul Jack,

"Kau harus menutupnya dari dalam. Untuk melakukan itu kita perlu ke ruangan pipa dan mencari ventilasi ruangan itu." Kata Max,

"Baiklah, kita akan membagi tugas. Chester ikut aku, kau perlu menarik tali agar aku bisa memanjat ke ventilasi lagi. Sacha, kau pintar memanipulasi sistem, kan?" tanya Jack,

"Ya."

"Apa kau bisa memanipulasi gambar monitor CCTV dengan video yang sudah kubuat?" Jack memberikan sebuah flashdisk,

"Ya, akan kucoba."

"Max, temani dia." suruh Jack,

"Baiklah. Kalian hati-hati."

Mereka pergi meninggalkanku sendiri, aku melanjutkan perjalanan ke ruang Zarloch yang pernah kudatangi untuk mengambil peta. Aku berjalan seperti biasa walaupun ada kamera CCTV yang merekam. Aku tak peduli. Sacha pasti akan melakukan yang terbaik. Aku tahu itu. Akhirnya aku sampai disini. Aku masuk, dan tidak ada orang disini. Aku pergi menuju meja-meja untuk mencari pemicu bom.

"Sudah kuduga." aku berbalik mencari siapa yang mengatakan itu,

"Z-Zarloch?!"

"Ya, Justin. Ternyata kau orang bodoh yang melakukan hal-hal ini." dia tertawa,

Aku masih tak percaya ini, "Kau lebih bodoh dariku."

"Benarkah?" dia tertawa lagi, "Aku akan memberitahumu sesuatu, Justin. Sebenarnya aku yang membunuh pamanmu!"

Tenggorokanku seperti sedang tertahan sesuatu, aku tak bisa berkata-kata, "Kenapa?"

"Karena aku iri, Justin. Aku benci pamanmu! Dia selalu mendapatkan perhatian lebih dibanding aku."

"Dan apa alasanmu ingin mem-bom California?"

"Aku ingin membunuh semua orang yang dulu merendah-rendahkanku. Orang-orang bodoh!"

"Kenapa kau membawa semua anak yang IQ-nya diatas rata-rata?!"

"Karena orang-orang pintar tak seharusnya mati! Kalian akan menjadi budakku di pulau yang sudah kubeli kemarin."

Aku mundur dan menatap pemicu bom yang ternyata berada didekatku. Aku mengambilnya, "Untuk apa kau membutuhkan kami?"

Dia tak menjawab dan menatapku sinis, "Kau mengambil alat itu dariku?!"

Dia berlari dan memukulku hingga aku melepaskan pemicu bom nya. Aku mencoba untuk memukul balik, ia megang kerah bajuku dan memukul perutku 5 kali kemudian melemparku, aku yang sudah tak berdaya melihatnya akan menginjakku tapi aku masih bisa menghindar. Aku mencoba memukulnya tapi ia mendorongku. Zarloch berlari kearah pemicu bom itu kemudian menginjaknya. Terdengar suara sirine dari kapal ini.

"Kau bodoh! Kau orang yang sangat bodoh, Zarloch!! Aku akan membalaskan dendam pamanku!!!"

Aku berlari mengambil fire extinguisher. Menyemprotkan itu ke wajahnya kemudian memukulnya dengan alat pemadam api itu. Akhirnya ia tergeletak seperti tak bernyawa.

Carmen's POV

Suara sirine ini, apakah tanda-tanda dari Justin? Semua teman-temanku seperti Sacha, Chester, Max dan Jack sudah mendatangiku hanya untuk mengambil CensoricKnock untuk semua lorong. Aku tahu ada yang tak beres kali ini. Jadi aku akan mengeluarkan anak-anak dari lorong B.

"Baiklah, anak-anak, harap tenang! Aku akan mengeluarkan kalian dari sini dan..."

Jesslyn memotong perkataanku, "Ada yang akan masuk ke lorong ini, kau semangati mereka agar tidak takut dan berani melawan! Aku akan menahannya bersama Syla!"

"Baiklah. Apa kalian rindu keluarga kalian?!!" semuanya berkata 'ya', "Dengar, di luar ada para penjahat yang akan menyekap kita! Tapi mereka takkan berhasil jika kita berani!! Siapa yang ingin menjadi Iron Man, Batman, Superman dan pahlawan lainnya?!!"

"Akuuuuu!!!!" mereka serempak menjawabnya,

"Siapa yang akan melawan mereka hingga mereka terjatuh?!!"

"Akuuuu!!"

"Baiklah, dengarkan aku!" aku menatap tombol pembuka pintu diujung, "Kalian akan menyelamatkan ribuan orang. Kalian harus melawan!! Apa kalian mengerti?!!"

"Yaaaa!!"

"Baiklah, sekarang keluarlah!!!"

Aku menekan tombolnya, Jesslyn melepaskan pintunya hingga terbuka lebar, banyak anak buah Zarloch yang masuk ke lorong ini. Untung saja mereka tidak bersenjata. Para anak kecil menyerbu mereka habis-habisan hingga mereka tak berdaya.

Undercover OperationWhere stories live. Discover now