Undercover Operation #18

2.6K 196 0
                                    

Justin's POV

"2 jam lagi! Kita harus bergegas!" Teriak Max yang dihadang dua anak buah Zarloch, merera berkelahi,

"Tidak, Max, kita ..."

"Justin!"

Max mendorong salah satu anak buah yang akan menembakku dengan pistolnya ke ruang pipa. Ya, kami berada di dekat ruangan itu, aku dan Max baru saja mengambil kunci-kunci transportasi yang akan kami gunakan untuk keluar dari sini. Tiba-tiba anak buah Zarloch itu tak sengaja menembak pipa yang ada disana sehingga membuat pipa itu meledak, bahkan ruangan itu sudah hancur. Masih ada api yang berkobaran disana. Suara sirine masih berbunyi sangat kencang.

"Kita harus bertemu dengan yang lainnya, aku tahu mereka berada dimana."

"Max, pemicu bomnya ..."

Ia memotong perkataanku, "Oh, itu sudah ada ditangan Sacha. Kita menemukannya di pusat kendali, dimana monitor-monitor CCTV juga berada disana."

"Jadi apa itu tombol yang berada di ruang Zarloch?"

"Itu hanya sebuah tombol yang akan membunyikan sirine seperti ini, seperti tombol peringatan." jelasnya sambil berlari, "Maafkan aku."

Kami akhirnya sampai di lorong B dan melihat semuanya sudah tidak ada, bahkan lorong A, C, D, E pun sudah kosong. Aku yakin mereka sudah mengeluarkan semuanya dari sel masing-masing. Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi ke ruang dimana semua transportasi disimpan. Tak lama kemudian, lampu mulai meredup, sirine pun berhenti menyala. Apa kapal ini kehabisan bahan bakar?

Max berhenti dan melihat lampu-lampu yang sudah padam, "Generatornya."

"Kenapa?"

"Kapal ini akan tenggelam jika generatornya rusak. Kita harus suruh mereka secepatnya tinggalkan kapal ini. Ayo!"

Kami berlari lagi untuk mencari mereka. Akhirnya, aku bisa melihat sekumpulan orang-orang dengan Jesslyn, Carmen, Sacha, Jack, dan Danny, disana di dalam sebuah ruangan yang besar. Aku menghampiri mereka yang seperti sudah ketakutan. Aku memeluk Jesslyn.

"Kita harus pergi tinggalkan kapal ini sekarang! Apa ada yang bisa menerbangkan pesawat itu?!" aku menunjuk MGT-Plane,

"Aku!" tak kusangka, Chester yang mengatakan itu,

"Baiklah, dengar, pesawat ini hanya mampu menampung 500 orang. Itu yang kau katakan, Chester. Apakah orang-orang disini berjumlah lebih dari 500?"

"Justin, aku pernah melihat data-data yang masuk, terdapat 1500 orang disini."

Aku menatap Jack setelah ia mengatakan itu, "Tidak mungkin, dimana pesawat yang lain?"

"Arah utara, dan satu lagi berada di arah selatan."

"Baiklah. Chester, cari siapapun yang bisa mengendarai pesawat. Ini penting. Dan mana Syla?"

Mereka tampak terkejut ketika aku menanyakannya, apa mereka melupakan Syla? Kami tak bisa pergi tanpanya. Dia anak yang baik. Sacha, Carmen, dan Jesslyn mulai berdiskusi tanpa aku. Wajah mereka terlihat panik. Sacha juga mengacak-acak rambutnya tanda frustasi.

"Aku akan mencarinya!" aku berbalik untuk meninggalkan mereka,

"Justin, aku ikut denganmu!" kata Sacha,

"Tidak! Kau jaga mereka semua. Aku janji akan kembali."

"Tapi Syla adalah tanggung jawabku!"

"Anggap saja ini adalah tanda terima kasih karna kau melakukan semuanya dengan baik. Kau masih membawa pemicu bomnya?"

"Ya."

"Berikan itu pada Josh, tanya siapa Josh pada Carmen atau Jesslyn. Aku harus pergi."

"Justin!" aku menoleh dan Jesslyn memelukku, "Hati-hati."

Jesslyn's POV

Sudah beberapa menit Justin pergi untuk mencari Syla. Betapa bodohnya kami tak menyadari Syla tertinggal dari awal. Chester sudah menemukan 2 pilot yang akan menerbangkan pesawat lain, semuanya sudah tampak terkendali, bahkan kami sudah berada di pesawat, bagian sayap pesawat ini adalah sebuah pintu besar. Kami belum menutupnya, masih menunggu Justin dan Syla.

"Aku harap mereka kembali." gumamku,

Sacha merangkulku, "Justin adalah pribadi yang hebat, aku tahu ia akan berhasil."

Aku menatapnya, "Terima kasih."

"Sampaikan terima kasihku pada Justin jika ia berhasil." Sacha meninggalkanku dan pergi ke cockpit pesawat,

Tak lama kemudian, suara ledakan yang hebat terdengar jauh didalam Kapal Zarloch. Semua orang mulai panik dan saling berpelukan, banyak yang berteriak kami harus pergi sekarang, tapi Chester tak sama sekali menjalankan pesawat ini. Aku yakin ia berhutang budi pada Justin saat ini. Tiba-tiba aku melihat Justin sedang menggendong Syla yang pingsan. Ia mendekati pesawat kami, Chester mulai menyalakan mesin pesawat.

"Ayo Justin! Kau pasti bisa! Ayo!" aku mengulurkan tanganku, begitupun teman-temanku,

"Hati-hati dengan Syla. Kakinya tadi terjepit."

Ia menyimpan Syla di pesawat, Sacha mulai memundurkannya agar ia tidak jatuh. Aku mengulurkan tanganku, Justin mencoba untuk menggapainya tetapi ia tak bisa. Justin terus mencoba meraih tanganku. Kapal ini seperti akan tenggelam karena semakin lama, kapal ini semakin turun dari permukaan. Ketika Justin hampir memegang tanganku, seseorang menariknya dan pesawat yang kita tumpangi sudah pergi dari kapal itu.

Undercover OperationWhere stories live. Discover now