The Last Chapter

3.2K 231 6
                                    

Aku tak bisa berhenti menangis. Justin tak kembali, ia bahkan tenggelam bersama kapal besar milik Zarloch itu. Kami semua sudah berada di sebuah pantai, semuanya sudah di evakuasi. Bahkan kini para agent TISA tahu rencana Zarloch dan akan memindahkan bom roket yang ia tanam di bawah laut itu secepatnya. Semuanya sudah terkendali, tak ada kekhawatiran lagi dibenakku, kecuali Justin. Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Apa ia akan selamat? Itu tidak mungkin tapi aku harus percaya itu.

"Jess, aku turut berduka. Tapi aku yakin ia takkan mati begitu saja. Aku yakin akan ada keajaiban."

Aku menatap Sacha, "Terima kasih."

"Justin adalah seorang mata-mata terhebat. Aku yakin ia selamat, sekarang ia sedang dalam perjalanan menemui kita." Carmen memelukku,

"Aku juga. Aku takkan berada disini jika bukan karenanya. Aku ingin berterima kasih padanya." Syla menatapku sambil memegang kakinya yang sudah di gips,

"Apa kau ikut kami ke kota? Kau harus, Jess."

"Sacha, bisakah kau tolong jaga Danny. Mungkin aku akan berada disini sejenak."

"Baiklah. Ayo, Danny."

Aku merebahkan badanku di pasir yang terasa sangat panas dan lembut. Aku harap Justin berada disini karna kau tahu? Pantai ini adalah pantai dimana Justin menyatakan jika aku adalah orang spesialnya. Pantai yang ibunya tunjukan padanya. Aku masih ingat bagaimana rasanya bercanda, bermain, dan menghabiskan waktu bersamanya disini. Tragedi The Meadows adalah dimana aku dengan Justin bertemu. Ketika aku baru saja selesai mengerjakan tugasku bersama Marine. Ada seorang laki-laki ber-hoodie yang bertanya-tanya hingga akhirnya ia menodongkan senjata. Pada saat itulah Justin datang dan menyelamatkanku, ia bahkan menembak laki-laki itu. Kemudian kami mengalami kejar-kejaran dengan mobil dan Justin membuat satu mobil melompat bebas di sebuah jembatan yang belum terselesaikan.

Aku menutup mataku, tersenyum memikirkan hal-hal yang terjadi pada saat aku menjadi buronan The Meadows. Merasakan angin-angin yang meniup rambutku. Aku tidak sepenuhnya tertidur. Hanya memikirkan hal-hal yang indah. Tapi aku tahu ia tak ada disini. Lagi. Tak lama kemudian aku mendengar suara-suara aneh, tapi mungkin itu hanya imajinasiku saja. Aku menghela. Kemudian merasa seseorang membelai rambutku. Ketika aku membuka mataku, Justin sudah berada tepat didepanku, mengamatiku, tersenyum. Aku bangkit dan menatapnya. Baju yang ia kenakan, bahkan rambutnya, semuanya basah.

"J-Justin?" aku mundur beberapa langkah darinya,

"Jess, ada apa? Terkejut melihatku disini? Apa yang sedang kau lakukan sendirian?" tanyanya,

"Apa ini benar-benar kau?"

"Kenapa? Kau terkejut? Apa kau berfikir aku tenggelam bersama kapal Zarloch?"

"Tapi kau ..."

"Ayo, aku akan memperlihatkanmu sesuatu." ia menggengam tanganku,

Dari sini, aku percaya dia adalah Justin. Dari caranya menarikku. Kami berjalan beberapa langkah ke belakang sebuah pohon. Mataku terbelalak ketika melihat sebuah kapal selam disana. Apa Justin memakai kapal selam ini untuk kembali?

"Untung saja aku tak melupakan kapal selamnya. Zarloch menarikku." ia tak melanjutkannya,

"Lalu?"

"Ia ingin aku mati bersamanya. Pemikiran yang bodoh. Aku hanya ingin mati bersamamu." ia mengecilkan suaranga ketika mengatakan bersamamu,

"Apa?" aku mencoba memastikan,

"Tidak." ia tertawa, "Aku berkelahi dengannya lagi, kemudian karena aku tak melihat pesawat-pesawat lagi, dan para anak buah Zarloch sudah habis. Aku mencari kapal selam ini. Aku tak akan mengetahuinya jika bukan karna informasi Chester."

"Oh ya, mereka sudah kembali ke kota. Siapa tahu kau menanyakannya." aku tertawa kecil,

"Bagaimana denganmu?"

"Aku? Aku ..."

"Kau berharap aku kembali, kan?"

"Tidak! Aku hanya bersantai." aku malu,

"Tapi kenapa matamu terlihat seperti kau baru saja menangis?"

Aku menghela dan tersenyum padanya, "Baiklah, kau menang. Aku memang menginginkanmu kembali tadi."

Ia mendekatiku, dan akhirnya menciumku. Perasaan ini masih belum hilang. Padahal aku sudah bisa menghitung berapa kali ia menciumku dari sejak pertama kali ia melakukannya untuk membuatku tenang. Ia menyimpan tangannya dibelakang kepalaku, membuatku lebih dekat dengannya. Akhirnya aku melepasnya.

"Ayo kita reka ulang masa-masa saat aku pertama kali membawamu kesini." bisiknya,

TAMAT

Undercover OperationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang