-prolog-

1.3K 82 1
                                    

Seorang gadis tengah berjalan sendirian di sepanjang jalan yang lengang. Sudah jam sepuluh lewat, sih. Tapi dia terlihat tidak peduli dengan sekitarnya. Dengan headset terpasang, mendengarkan lagu untuk dirinya sendiri. Sesekali tubuhnya bergerak dalam irama, menyalurkan ekspresinya dalam gerakan-gerakan sederhana.

Angin malam seakan tak terasa seiring gerakan-gerakannya yang perlahan menjadi cepat, terus melangkah membelah gelap jalanan beraspal. Buliran keringat mulai membasahi wajah seriusnya.

Hingga saking tenggelamnya dalam irama dan gerakan, tanpa sengaja kakinya tersandung bahu jalan. Mendaratkan tubuhnya yang kurus di atas jalanan aspal yang keras.

Dug!

"Uwaaa sakiiittt!!" erangannya seketika menggema di kesunyian malam. Gadis itu malah berguling-guling, lagi-lagi tak peduli apakah dirinya bisa saja ditabrak kendaraan yang kebetulan lewat.

Capek berguling, dia pun tidur terlentang, menatap langit malam tanpa awan. Malam yang cerah dengan beberapa bintang di atas sana. Debaran jantung yang cepat serta napas yang masih memburu, gadis itu perlahan hanyut dalam angannya. Headsetnya dibiarkan tergeletak tak jauh dari tubuhnya.

"Cinta, huh..." gumamnya pelan. Tatapan tajamnya menutup. Menikmati kesendiran di kesunyian malam, beralaskan aspal keras nan dingin serta beratapkan langit malam yang cerah.

Entah darimana, seperti ada dorongan untuk membalik tubuhnya ke samping. Ketika membuka matanya kembali, tampak olehnya satu sosok gadis yang berdiri sendiri di tepi jembatan.

"Kayaknya gue kecapekan, deh... dan saking ngantuknya jadi halusinasi, heh..." ujarnya menutup dan membuka kembali matanya beberapa kali. Menghela napas berat, dia pun segera bangkit dari baringannya dengan wajah terkejut.

"Yaelah, itu nyata!" umpatnya kesal. "Haah...ngapain juga gue tiba-tiba ngeliat dia, sih!" mengacuhkan rasa sakit di pergelangan kakinya, gadis itu berlari secepat ia bisa.

Mungkin berkat motonya yang selalu membantu sesama, tubuh kurusnya berhasil merengkuh tubuh si gadis yang berusaha memanjat pagar jembatan. Dibawanya menjauh dari jembatan itu, tentunya dengan usaha yang tak sedikit melihat perlawanan dari gadis yang dipeluk. Apalagi tubuh gadis itu lebih tinggi dan berisi dari tubuh kurusnya. Hingga ia mau tak mau harus menindih tubuh gadis itu di rerumputan pinggir jalan.

"Lepasin gue!!" teriak gadis itu berusaha lepas dari tubuh gadis cungkring yang ternyata lebih kuat darinya.

"Lo kalo mau bunuh diri jangan di sini dong! Gue gak mau ngeliat cewek cantik gentayangan di jembatan yang tiap hari gue lewatin!" balas gadis kurus itu dengan suara keras.

"Lepasss! Lepasin gue! Lo siapa, sih! Kenapa lo ngehentiin gue?! Lepass..." gadis itu masih memberontak, mencoba menyingkirkan gadis yang 'menyelamatkannya' itu.

"Gak sebelum lo tenang," gadis itu tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya pada gadis di bawahnya. Memberikan tekanan lebih kuat untuk meredam penolakan dari gadis itu.

Sangat dekat.

Seketika dia terdiam saat tatapan tajam itu menjerat kesadarannya. Entah mengapa tubuhnya menjadi lemas, tak ada lagi perlawanan menyingkirkan tubuh asing itu dari atas tubuhnya. Mata mereka masih beradu pandang hingga buliran air mata membasahi pipi si gadis yang berniat mengakhiri hidupnya itu.

"Udah tenang?"

Tak mendapat jawaban, hanya tangisan yang perlahan menguat dan air mata yang mengucur semakin deras.

Helaan napas dikeluarkannya, gadis cungkring bermata tajam itu pun akhirnya melepaskan gadis yang tengah menangis itu. Berguling ke samping, berbaring saling bersebelahan.

It's your lightWhere stories live. Discover now