relieved

453 54 16
                                    

Boby masih terperangah akan apa yang baru saja terjadi. Menatap diam pintu yang ditutup di depan matanya. Semua terasa begitu cepat baginya. Proses bersalin yang pertama kali ini ia ikut serta, melihat dan ikut merasakan juga betapa perjuangan Shania melawan kesakitannya untuk melahirkan bayinya.

Disaat pikirannya melayang pada apa yang terjadi, laki-laki itu tak menyadari sebuah tangan mencengkram erat kerah bajunya dari belakang.

Srek

Bugh!

Tanpa sempat bisa ia melindungi diri, sebuah pukulan kuat membentur wajahnya, hingga tubuhnya terhuyung dan ambruk ke lantai rumah sakit.

"Arrgh!"

Boby mengerang kesakitan. Tak memberinya jeda untuk menyadari apa yang terjadi, kerah bajunya kembali dicengkram dan pukulan kedua pun dirasanya.

Bugh!

"Arrgh!"

"Berani sekali kau muncul di sini hah! Setelah apa yang kau perbuat pada putriku. Kemana saja kau, pengecut!?" Deva berteriak tepat di depan wajah laki-laki yang sudah menerima dua pukulan darinya itu.

Kemarahannya tak bisa ia tahan lagi. Apalagi setelah mendengar anaknya tak sadarkan diri setelah persalinannya. Dia takut. Pria yang memiliki dua putri ini ketakutan akan apa yang terjadi pada putri sulungnya.

"Kenapa kau muncul sekarang? Kenapa harus muncul lagi?! Kau pikir, dengan kau muncul di sini bisa mengobati semua kesakitan dan penderitaan yang dirasakannya! Apa kau pikir aku akan dengan mudah membiarkanmu mendekati putriku lagi, meskipun kau itu ayah kandung cucuku sekalipun, hah!?!"

Bugh!

Satu pukulan lagi melayang ke wajah Boby, tapi kali ini laki-laki itu tak mengeluarkan suara sedikitpun. Kacamata yang ia kenakan sudah retak, jatuh terbengkalai di lantai rumah sakit.

"Apa salah putriku hingga kau tega menelantarkannya setelah kau menodainya? Kau pikir anakku itu apa hah?!"

Bugh!

"Apa kau pikir-"

"Kinal berentii!!"

Tangan Deva mengantung, tertahan oleh teriakan yang amat dikenalnya. Kepalanya perlahan terangkat, mengarah pada seorang perempuan berdiri di lorong rumah sakit tak jauh darinya. Ekspresi tak percaya serta sedih perempuan itu seketika membuatnya sadar. Pandangannya tak sengaja jatuh pada gadis kecil yang berdiri di belakang tubuh perempuan itu. mengintip dengan ekspresi ketakutannya.

"Ve, Gracia...ugh," ternggorokannya tercekat kala menyadari apa yang telah ia lakukan. Cepat dilepasnya cengkramannya pada kerah baju laki-laki yang sudah ia pukuli itu. Membiarkannya jatuh terlentang di lantai rumah sakit. Sementara tubuhnya mulai gemetaran, bergerak mundur perlahan.

"Ap-apa yang kulakukan? Tidak, ini-gak arrghh!"

"Kinal!"

Veranda segera mengendong putrinya, berlari ke arah Vino yang sedari tadi hanya diam termenung bersama Dyo. Sepertinya mereka berdua masih kaget dengan tindakan tiba-tiba Deva yang langsung menghajar Boby yang baru saja keluar dari ruangan tempat Shania bersalin.

"Vino, jaga adekmu. Mami mau ngejar Papi dulu."

Vino seketika sadar dan sigap merengkuh tubuh gadis kecilnya. Ujung matanya mengikuti perempuan itu yang sudah berlari lagi mengejar suaminya. Dirinya tersentak kala tangan mungil Gracia mencengkram erat kerah bajunya. Tak lama suara tangis gadis kecil itu pun pecah.

"Gre...sshh, sayang," Vino memperat pelukannya. Hatinya bertambah sakit dengan keadaan yang semakin memburuk ini.

"Eh, Vin, lo mau kemana?" tanya Dyo tersadar saat Vino beranjak pergi dengan masih mendekap erat Gracia yang menangis kuat di pelukannya.

It's your lightWhere stories live. Discover now