clue

477 58 12
                                    

 Vino memakirkan mobilnya, namun tidak langsung turun melainkan terdiam sebentar menatap café di depannya. Pikirannya sedang kacau, tentang hasil presentasinya yang digantung. Beruntung Deva bisa mengerti dan tidak mempermasalahkan hasil kerjanya. Tentang sang adik yang di hari ketiga ini yang juga masih belum sadarkan diri. Tentang maminya, yang akhirnya mau makan setelah dipaksa, Gracia yang belakangan sering terlihat murung, dan terakhir tentang telepon dari Dyo yang ingin bertemu dengannya di café ini.

 Pemuda itu menghela napas panjang, berharap ada hal baik yang dia dapatkan. Setidaknya tentang cewek yang sangat ingin ditemui Shania. Haah...andai saja tidak sesulit ini, keluarganya tidak akan kacau seperti ini.

 Memakai kacamata dan topi baseball kesayangannya, Vino pun turun dari mobil dan masuk ke dalam café. Mata tajamnya mengedar ke seluruh meja yang tidak terlalu ramai pagi ini.

 "Vino! Sini!"

 Kepalanya menoleh ke kiri, ke arah suara yang memanggil namanya. Mendapati sang sahabat melambai padanya. Menghela napas pendek, dia pun melangkah ke sana. Tatapanya fokus pada dua orang lainnya yang berada di meja tempat Dyo duduk. Ia mengenali Nobi, namun tidak dengan yang satunya lagi. Karena tidak fokus berjalan, tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

Brukh

 "E-eehh!"

 "Ah."

 Vino refleks melingkarkan sebelah tangannya di pinggang orang yang ia tabrak dan sebelahnya lagi memegang lengan orang itu. Menahannya agar tidak jatuh. Entah apa yang dipikirkan Vino, dia malah terbengong melihat orang yang ditabraknya adalah seorang cewek.

 "Cantik..." gumamnya tanpa sadar.

 Cewek yang kena tabrak pun kaget, kemudian segera melepaskan rangkulan pemuda asing itu di tubuhnya.

 "A-aah maaf-maaf. Aku tidak fokus berjalan dan secara tidak sengaja malah menabrakmu," ujar Vino, entah kenapa malah salah tingkah sendiri.

 Sementara si cewek malah tampak kesal sendiri. Dia hanya bergumam pelan dan segera berbalik pergi dari hadapan Vino. Tanpa mengatakan sepatah kata pun pada pemuda yang telah menabraknya.

 Vino malah mematung di tempat setelah ditinggal begitu saja.

 "Padahal gue udah minta maaf juga, hufft..."

 Tatapannya terus mengikuti si cewek yang ternyata menghampiri teman-temannya di meja lain. Cewek itu tak bicara apa pun, mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang tertuju padanya. Mengambil tasnya, lalu segera beranjak dari meja itu meninggalkan teman-temannya yang menatapnya heran.

 "Vin!"

 "Uwaa-aahh sialan lo! Ngagetin gue aja!" sewot Vino sambil mengusap dada. Kaget sendiri.

 "Eh bego, gue dari tadi udah nunggu sambil manggil nama lo, tapi lo nya gak nyahut. Lo kenapa malah bengong di sini, hah?" Dyo tidak kalah sewotnya, memukul pundak Vino gemas.

 "Ha? Eh...gak, itu eh, gue tadi gak sengaja nabrak cewek-uh udahan, ah. Lo ngapain nyuruh gue ke sini?" Vino rada gugup, tapi segera mengalihkan topik.

 "Nabrak cewek? Lah...udahlah, penting ini. Sini, ikut gue."

 Dyo menarik Vino ke arah meja yang ia tinggalkan tadi untuk menjemput sahabatnya itu. "Guys, ini Vino. Vin, lo udah tau Nobi dan itu temannya, Gaby."

 "Eh, lo..." respon cewek yang menjadi teman Nobi itu sesaat setelah bertatapan dengan Vino.

 Vino mengerutkan kening, mencoba mengingat. Entah kenapa ia merasa pernah bertemu dengan cewek itu, tapi dimana?

It's your lightWhere stories live. Discover now