little angle

777 80 30
                                    

Boby berjalan perlahan di antara beberapa box bayi yang disediakan bagi bayi-bayi yang membutuhkan perawatan khusus setelah dilahirkan. Pandangannya sejak masuk tadi tak pernah lepas tertuju pada satu box yang ia dekati. Ini kali pertama baginya akan bertemu dengan bayi mungil yang baru saja ia bantu persalinannya.

Masih teringat dengan jelas olehnya, bagaimana usaha keras Shania melawan rasa sakitnya untuk membawa bayi mungil itu lahir dengan selamat ke dunia ini. Membuatnya mau tak mau ikut membayangkan, apakah bundanya dulu juga berjuang melawan rasa sakit dan bahkan terancam tak selamat, untuk melahirkannya dan dia?

Boby sampai di box yang ditunjukkan suster, dimana tempat bayi Shania dirawat. Hatinya seketika meleleh memandangi wajah mungil bayi itu. Sangat cantik seperti ibunya. Memperhatikan lebih lanjut, gurat dari ayahnya pun cukup mendominasi rupanya.

Bayi yang sangat menawan.

"Hai little angel. Welcome to this world. Kamu bayi yang sangat kuat, bisa bertahan dan suara tangismu yang keras itu, seakan menantang dunia ini," Boby berucap pelan, mengagumi raut mungil yang menggeliat kecil.

Boby tersenyum senang, seakan ucapannya barusan didengar dan direspon.

"Yeah, kamu akan menjadi kebanggaan Ayah dan Ibumu. Aku tau itu. Hhmm hufftt...aku janji bakal jagain kamu, mengasuhmu, mendidikmu layaknya anak aku sendiri. Kamu bisa bergantung padaku, berbagi keluh kesahmu, tempatmu bersandar dan apa pun yang kamu mau. Aku janji akan memenuhinya."

Pandangan Boby berubah sendu, betapa hatinya sudah terpikat pada bayi mungil itu.

"Kamu adalah milikku. My little angel."

---

Deva tak sengaja membanting pintu ruangan kerja Sendy setelah ia masuk seenaknya, tanpa permisi.

"Dev, jan mentang-mentang lo temen gue lo bisa main masuk seenak jidat lo. Pake banting pintu gue segala lagi."

Omelan Sendy menyadarkan Deva yang malah terdiam berdiri di depan pintu yang ia banting barusan.

"Eh, hah? Lo ngomong apa barusan?" dengan polosnya Deva bertanya, membuat Sendy geram juga gemas pada pria yang sudah memiliki cucu itu.

"Lo, ya. Udah jadi kakek juga, tetep aja ngeselin. Ah, suster, bisa tolong kasih ini pada pihak admin?" pinta Sendy pada seorang suster di depan mejanya.

"Baik, Dok. Kalau begitu saya permisi."

Deva tersenyum canggung saat suster itu pergi melewatinya. Sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal, pria itu pun berjalan mendekati meja Sendy dan duduk di depannya.

“Sorry, gue ganggu ya hehehe."

Sendy hanya berdecak kecil, tapi akhirnya memaafkan tingkah kekanakan temannya itu.

"Lo mau ngomong apa? Soal Shania? Dia baik-baik aja, kan? Atau soal cucu gue? Tapi tadi kata lo mereka berdua baik-baik aja-"

"Lo kalo masih mau nyerocos mending ganti Vino aja deh. Jadi males gue ngejelasinnya," kesal Sendy memotong pertanyaan beruntung Deva.

Deva hanya nyengir, entah dia iseng atau apa. Setidaknya kekesalannya cukup berkurang karena Boby yang tetap bungkam saat kembali ditanya.

Sendy menghela napas pelan, rautnya berubah serius membuat Deva yang memperhatikannya, mau tak mau merasa cemas akan apa yang perempuan itu katakan.

“Kondisi cucu lo baik-baik aja. Bayi mungil itu lebih sehat dan kuat dari apa yang gue perkirakan sebelumnya. Jadi lo gak usah khawatir. Tapi tidak dengan ibunya."

"Huh? Maksud lo?" perasaan lega dan senang sempat memenuhi hatinya saat mendengar kondisi sang cucu cantiknya itu, tapi seketika berdebar cemas mendengar kalimat terakhir Sendy.

It's your lightWhere stories live. Discover now