-welcome back-

785 65 0
                                    

  Alunan musik mengalun lembut di sebuah ruangan. Deretan kanvas putih yang masih kosong juga yang sudah terisi, berbagai macam gambar, kuas, pewarna dan berbagai macam peralatan serta bahan melukis memenuhi ruangan itu. Gorden yang bergoyang pelan dihembus angin serta pancaran sinar mentari pagi memberikan sedikit kesegaran dan kehangatan, memasuki ruangan putih itu.

  Seorang gadis tampak serius bermain dengan sebuah kuas di tangannya. Mengoleskan goresan demi goresan perpaduan warna pada selembar kanvas putih yang terpasang di hadapannya. Menciptakan berbagai corak serta guratan-guratan membentuk suatu objek yang belakangan ini menjadi fokus lukisannya.

  Sebuah potret seorang gadis yang entah sudah berapa lembar kanvas ia habiskan hanya untuk melukis potret gadis itu. Meski begitu, tak satu pun tiap lembar dari kanvas itu menghasilkan satu potret yang benar-benar selesai. Semua lukisan yang dibuatnya hanya sebatas lukisan abstrak yang benar-benar tidak melukiskan secara utuh rupa asli dari potret sang gadis. Entah kenapa dia tidak pernah 'menyelesaikan' lukisannya itu.

  Duk

  "Ah...aww, oh hm..hai, selamat pagi, akhirnya kamu bangun juga ya, hm..." ujar gadis itu setelah sebelumnya sedikit meringis terkejut, merasakan sebuah hentakan pelan dari dalam perutnya. Diletakkannya kuas itu di sebuah meja di sampingnya, kemudian dengan penuh kasih sayang dielusnya pelan perut besarnya.

  Duk

  Hentakan pelan lainnya, seakan menjawab sapaan selamat pagi dari sang Ibu. Gadis itu tersenyum dengan lebarnya merasakan pergerakan yang semakin hari semakin sering ia rasakan itu. Perasaannya berkali lipat menjadi lebih hidup seiring pertumbuhan kehidupan baru di perutnya itu.

  "Kamu semakin aktif di dalam sana, hm. Udah gak sabar ya mau ketemu Mama? Mama juga gak sabar mau ketemu kamu. Gak sabar banget! Hm..." gadis yang ternyata tengah mengandung itu terus mengelus-elus pelan perutnya, mengajaknya berbincang, menceritakan kegiatannya dari bangun tadi pagi hingga ia yang betah bermain dengan kuas, kanvas dan teman-temannya.

  Saking senang dan larutnya ia 'mengobrol' dengan sang calon bayi, dia bahkan melupakan kegiatan melukisnya. Hingga pintu yang terbuka pelan pun tak terdengar olehnya. Dari arah pintu yang terbuka menampilkan sesosok laki-laki yang mengedarkan pandangannya ke segala sudut ruangan hingga berhenti pada sosok gadis di balik kanvas yang berada di dekat jendela.

  Sebuah senyum simpul tergores di wajah sang laki-laki cungkring dengan parasnya yang elok. Mendapati gadis itu tengah sibuk bercengkrama dengan calon bayinya. Pemandangan yang sungguh menghangatkan hati. Entah sudah berapa lama ia belum lagi melihat betapa tenang dan senangnya gadisnya itu. Terakhir kali mungkin sebelum aku pergi dan juga 'kecelakaan' itu, huh, pikir laki-laki itu. Hatinya meringis kala mengingat ia mendapat kabar menyakitkan itu.

  Dia merasa sangat bersalah tidak berada di sampingnya. Menjaga dan menguatkannya di hari-hari yang berat itu. Apalagi sampai mendengar gadis itu mencoba untuk mengakhiri hidupnya.

  Tapi sekarang, lihatlah. Entah apa yang membuat gadis itu mempertahankan kehamilannya, dia masih penasaran. Tapi selain itu, dia sungguh sangat bersyukur karena gadis itu juga anaknya masih sehat dan terus bertumbuh dengan sangat baik. Tak sabar akan bergabungnya calon anggota baru. Menambah keramaian anggota keluarga mereka.

 Masih dengan senyuman terlihat di wajah tampannya yang putih bersih, hingga sorot matanya yang menyipit. Dengan perlahan laki-laki itu melangkah ke dalam, berjalan mendekati sang gadis yang masih belum menyadari keberadaannya.

  "Halo calon anggota yang baru! Maaf aku baru muncul sekarang..." sapa laki-laki itu sedikit bersemangat. Ulahnya itu tentu saja mengagetkan si gadis, dengan tiba-tiba mendapati seorang laki-laki yang bersimpuh di depannya dan mengelus pelan perut buncitnya. Meletakkan satu tangannya yang lain ke atas tangannya.

It's your lightWhere stories live. Discover now