Lima

130 25 14
                                    

Bab lima



Hal pertama yang Dani cari begitu melangkahkan kaki ke dalam gimnasium adalah Issai.

Sebagian kecil dari delapan belas calon Penjejak yang terkumpul dalam gimnasium mengobrol dengan kelompoknya masing-masing. Sebagian besar lainnya meregangkan badan untuk kelas pelatihan fisik dini hari itu. Mata Dani dengan cepat menelusuri wajah-wajah yang mulai tampak familier.

Mengatakan "Issai tampak terkejut melihat Dani pulih" adalah sebuah eufemisme. Pria itu nyaris terlonjak, ekspresi kalem angkuhnya terlambat menutupi reaksi tersebut. Dia sedang berbicara dengan agen yang bertugas menjadi instruktur mereka saat Dani berjalan masuk, dan dia seketika melupakan obrolannya dengan sang agen.

Dani melempar senyum pada Issai, merasa lebih berkuasa dibanding sebelumnya. Dani Landon malam ini lebih kuat, lebih berani, lebih nekat.

Dani Landon malam ini akhirnya sanggup mengeksekusi rencananya untuk melarikan diri.

Dia tidak mengatakan apa-apa saat mengambil tempat di atas matras. Kedua kaki bersila, duduk manis menanti panggilan. Erik berjalan masuk tidak lama kemudian, hanya mengenakan kemeja hijau dengan dasi yang dilonggarkan di atas celana cokelat. Sebuah papan berjalan bertengger di satu tangannya. Mata agen itu bertemu dengan Dani sesaat.

Agen yang menjadi instruktur mereka pagi itu meninggalkan Issai dan bertepuk tangan, memerintahkan agar vampir-vampir dalam masa pelatihan itu duduk di pinggir matras.

"Ayo kita persingkat saja," katanya. "Bulan Desember sudah dekat. Waktu kalian tinggal lima pekan sebelum ujian akhir Level 1 dimulai. Jadi untuk memadatkan materi, hari ini kalian akan melakukan latih tanding, kombinasi kombat tangan kosong dengan pemulihan luka."

Agen instruktur itu mengacungkan sebuah pisau lipat. "Pisau ini terbuat dari campuran baja dan besi murni. Masing-masing dari kalian akan mendapat luka iris di lengan sedalam kurang-lebih tiga sentimeter. Kalian harus jatuhkan lawan kalian dalam waktu satu menit dalam keadaan terluka."

Beberapa vampir mengeluarkan suara uh pelan. Mereka semua tahu besi murni adalah satu-satunya materi yang cukup kuat untuk melukai mereka dari luar. Namun, hanya satu vampir yang benar-benar akrab dengan material itu.

Dani menyisir rambutnya ke belakang, menahan senyum sembari mengikat rambutnya di tengkuk. Latih tanding ini akan selesai dengan cepat.

"Oh, ya, kalian akan dinilai oleh Agen Erik." Jempol sang agen instruktur teracung pada Penjejak yang duduk di kursi di pinggir gimnasium. "Dan berdasarkan nilai kalian, mulai pekan depan kalian akan mendapat modifikasi latihan sesuai kelemahan dan kekuatan masing-masing. Oke, pasangan pertama." Sang agen membaca tulisan bertinta hitam pada telapak tangannya. "Aloi dan Johan."

Senyum Dani stagnan saat dia berdiri dan berjalan ke tengah matras. Beberapa vampir yang menonton perkelahiannya bergumam dan berbisik, baru menyadari ketiadaan luka pada tubuhnya. Senyum riang Dani terlihat lebih aneh lagi di wajah yang biasanya muram.

Issai berdiri. Matanya memicing pada lawan latih tandingnya, tahu ada sesuatu yang salah. Seolah Dani yang asli telah digantikan oleh kembaran identik dengan kepribadian yang jauh berbeda. Langkah Issai tampak yakin, tetapi dia tidak dapat menipu Dani.

Lengkung bibir Dani semakin lebar melihat kepanikan di mata Issai.

Agen instruktur mereka berdiri di antara keduanya, pisau lipat di tangannya terbuka. "Ulurkan lengan." Dani menahan kontak mata dengan Issai, patuh mengulurkan lengan kanannya.

Pandangan Issai terarah cepat pada angka tiga Romawi di lengan dalam Dani. Sebuah pengingat terlambat bahwa Issai akan melawan seorang pembantai yang sanggup membunuh seorang agen terlatih dan melukai beberapa agen lainnya.

[ID] Dani Landon | Novel: HiatusWhere stories live. Discover now