Tujuh

127 21 1
                                    

Bab tujuh.

Mansion Senat, sesaat setelah kepergian Poppy.

"Agen," panggil Shafollé. Perempuan berkulit hitam itu menjulang di hadapan Erik, ekspresinya tidak memberi tahu Erik apa pun. "Paduka Ketua Dewan menunggumu."

Erik berjalan masuk dengan cepat. Di balik mejanya, ekspresi Ketua Dewan mustahil digambarkan selain dengan kata 'murka'. "Paduka, saya amat—"

"Johan melarikan diri?" Ginzo tidak perlu mengeraskan suara. Erik langsung ciut di hadapannya. "Mau menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi, Agen?"

Nada bicara Ginzo membuat Erik berpikir lencananya akan diambil saat itu juga. "Paduka. Pukul nol-empat-tiga-nol pagi ini Dani Johan menghadiri kelas pelatihan kombat tangan kosong dengan sembilan belas vampir lain. Agen Mikhail adalah instruktur kelas itu dan saya menyelia kelas. Pasangan latih tanding pertama adalah Issai Aloi dan Dani Johan. Hanya beberapa detik setelah latihan kombat dimulai, Johan menghajar Aloi hingga tidak sadarkan diri. Berdasarkan prosedur standar saya meminta Agen Conrad dan Agen Raoul untuk membawanya ke ruang isolasi sementara saya membawa Aloi ke klinik."

"Kau membawa Aloi ke klinik?" Erik mengangguk. "Kenapa bukan Conrad atau Raoul? Perlu kuingatkan, Agen, bahwa Johan, bukan Aloi, yang menjadi tanggung jawabmu?"

Jakun Erik bergerak naik-turun di lehernya. "Paduka, saya—"

"Bagaimana Johan bisa melarikan diri?"

Erik menggertakkan gigi. "Itulah yang belum saya ketahui, Paduka."

"Kalau begitu, cari tahu. Segera. Dan selagi kau mencari tahu, buat skuadron penjejak untuk mencarinya."

"Tentu, Pad—"

"Pergi. Jangan kembali sebelum kau yakin sudah menyusuri setiap senti kota ini. Begitu kau kembali, balairung adalah tujuan pertamamu."

Sidang. Erik seharusnya sudah menduga hal itu akan tiba, cepat atau lambat. Namun, dia tetap merasa takut dan terkejut mendengarnya. "Baik."

"Kau boleh pergi."

Tanpa satu kali pun menatap langsung pada Ketua Dewan, Erik berbalik dan pergi. "Shafollé," panggil Ginzo. "Di mana Yasmin?"

"Terakhir saya lihat, Dewan Pengawas Yasmin sedang menuju ruang Pengawas."

Ginzo mengangguk, meraih rompi yang dia sampirkan di samping kursi. "Aku mau kau pergi ke fasilitas pelatihan, cek area yang terakhir Dani Johan tempati."

"Ruang isolasi." Shafollé membukakan pintu untuk Ketua Dewan, menundukkan kepala meski tingginya tetap mengalahkan Ginzo.

"Dan," tambah Ginzo di ambang pintu, "cek aktivitas terakhir Poppy bat Moshe di sini, dan di fasilitas."

"Anda pikir dia terlibat?"

Ginzo berlalu, langkahnya geram. "Jangan pernah terlalu berhati-hati jika Moshe ada di dekatmu."

Guncangan mobil setelah melindas polisi tidur membangunkan Dani yang pingsan di kursi belakang.

Bahan suede pada langit-langit mobil menyambutnya. Bagian langit yang terlihat berwarna ungu pucat. Bias cahaya lampu yang terang menembus masuk dari jendela di kaki Dani.

Kepala Dani terasa berputar saat dia mendorong tubuhnya bangun. Lampu dari dalam gedung berdinding kaca seperti akuarium di samping mobil membuatnya menyipitkan mata. Segelintir orang dengan seragam berbeda-beda berlalu-lalang di dalamnya. Kemudian ada banyak tubuh bergelimpangan di lantai ataupun kursi.

Tangan Dani terangkat menyentuh sebuah titik di atas kulit yang menebal. Polisi ..., balkon ..., dan ....

"Pagi, Pecundang."

[ID] Dani Landon | Novel: HiatusWhere stories live. Discover now