Sepuluh

123 21 0
                                    

Bab sepuluh.

Cluj-Napoca, Rumania.

06.53, 72:57:28 tersisa.

Setelah Dewan Senat yang Agung selesai menanyai Mikhail, staf klinik yang mendampinginya mendorong kursi roda pria itu keluar dari balairung. Sang agen masih membutuhkan waktu berjam-jam sebelum pulih benar. Melihat balutan penyangga serta gips pada kakinya, Erik tidak berani membayangkan kondisi Issai Aloi yang menerima serangan lebih parah dibanding Mikhail.

"Agen Conrad." Dewan Pengawas Yasmin mengulurkan tangan kirinya, menunjuk bilik setengah badan di tengah balairung sidang. "Silakan maju."

Conrad bangkit dari kursinya dan berjalan ke depan. Gumam terima kasih staf klinik dari ambang pintu menarik perhatian Erik. Dia menoleh, mendapati tiga orang vampir—satu perempuan, dua laki-laki—berpapasan dengan Mikhail dan menahan pintu terbuka untuk pendampingnya.

Salah satu dari tiga vampir itu mengenakan jaket cokelat muda yang mampu membuat agen UECS mana pun menyingkir jauh-jauh dari penggunanya. Tiga orang agen Provos telah tiba, dan seorang di antaranya mengepit map berkas di bawah ketiaknya.

Berkas Erik.

Mata Erik bertemu dengan mata agen Provos yang berjalan paling depan dan secara spontan Erik mengalihkan pandangan. Sialan. Dia tidak mengira Provos akan dilibatkan. Namun setelah dipikir lagi, justru aneh jika Provos tidak dilibatkan.

Divisi mereka ada dengan tujuan menghancurkan karier agen-agen UECS, secara konstan menunggu salah langkah atau pelanggaran yang bisa mereka caplok. Hilangnya Dani menorehkan luka mendalam pada karier Erik. Persis seperti hiu-hiu yang lapar, Provos mengendus darahnya, siap menyantap Penjejak itu hingga bersih tak bersisa.

"Klaus, Marge, Uganna," sapa Dewan Perurusan Internal Khünbish. Ekspresi merengutnya yang biasa tampak lebih lembut ketika melihat ketiga agen Provos itu, hampir seperti seorang ayah yang bangga pada anak-anaknya. "Kalian terlambat."

"Mohon maaf sebesar-besarnya, anggota Dewan Senat yang Agung." Klaus yang tadi bertemu mata dengan Erik menunduk, suaranya benar-benar terdengar menyesal. "Marge bersikeras mengecek ulang berkas-berkas dan bukti yang kami bawa."

"Wah, maaf kalau aku tidak mau ada yang ketinggalan." Agen Provos yang perempuan mendelik. "Kamu berani membayangkan di tengah sidang kita baru sadar ada bagian yang terlewat, apalagi kalau bagian itu vital memengaruhi keputusan akhir? Silakan saja. Aku sih—"

"Hem, hem."

Kalimat Marge terpotong di tengah. Di meja Dewan, Yasmin menaikkan alis. Dua kursi di sampingnya, Dewan Penjejak Ivan tampak bosan. "Agen-agen sekalian," kata Yasmin, "jika kalian lebih tertarik dengan debat remeh kalian, silakan tinggalkan berkas itu agar aku yang mengurusnya."

Marge menunduk malu. "Mohon maaf, Yang Mulia."

"Silakan duduk."

Tanpa suara ketiga agen Provos tersebut meluncur ke kursi di barisan tengah. Erik yang duduk di baris kedua dari depan dapat merasakan tatapan salah satu dari mereka, membakar tengkuknya tajam. Dia tidak tahu siapa, dan dia terlalu tegang untuk menoleh untuk mengecek.

"Nah, kalau kita semua sudah siap melanjutkan sidang ini ...." Yasmin melayangkan lirik tajam pada agen-agen Provos yang baru datang. "Agen, identitasmu."

Conrad berdeham keras sebelum menjawab. "Ainsley Conrad, Divisi 1; Penjejak. Unit GB-355."

"Alasan keberadaanmu di sini."

"Instruktur calon agen Divisi 1, spesialisasi kompulsi."

Jemari sekretaris sidang yang menggantikan Viktor bergerak cepat mengetikkan jawaban Conrad di komputer jinjingnya.

[ID] Dani Landon | Novel: HiatusWhere stories live. Discover now