Enam

129 27 19
                                    

Bab enam

Kejang-kejang Dani berhenti tepat saat perhitungan mundurnya berhenti.

Selama sesaat dia hanya sanggup berbaring di atas tumpukan daun yang gugur, otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dani berusaha menggerakkan jemarinya, mengedip-ngedipkan mata seperti yang dia lakukan setiap kali mengalami sleep paralysis.

Secara instingtif Dani menekan dadanya, mencari detak jantung. Butuh delapan detik baginya untuk sadar jantung vampir tidak lagi berdetak. Dani mengulurkan tangan, menarik tubuhnya duduk.

Tembok fasilitas pelatihan Senat yang seharusnya menjulang tidak ada di tempatnya.

Bukan hanya temboknya. Gedungnya juga menghilang tanpa jejak. Hanya padang rumput di bawah langit malam yang ada.

Dani menyentuh pipinya. Masih dingin. Dia menarik kantung kunci di pergelangan tangannya. Kulit yang menebal karena luka bekas gigitan borgol masih ada di sana. Ini bukan mimpi. Sebuah subkompleks dalam kompleks raksasa milik organisasi vampir tertua dan satu-satunya: Hilang.

Kemudian Dani teringat setruman yang mengirim kejang-kejang ke sekujur tubuhnya. Mungkinkah itu sebuah sistem rahasia untuk menjaga agar tidak ada manusia yang masuk? Jika iya, seberapa besar kemungkinan sistem itu tersambung pada pusat kendali yang diawasi oleh Pengawas di Mansion, memberi tahu mereka sesuatu—seseorang—telah melompat melewatinya?

Besar sekali. Agen-agen Penjejak akan segera tiba jika agen-agen Pengawas menganggap hal itu patut diselidiki. Kalau begitu, hanya ada satu pilihan untuk Dani.

Dia mendorong tubuhnya berdiri dan berlari menembus hutan.

Poppy mengecek arloji mungil pada pergelangan tangannya yang kurus. Jarum pendek hampir sepenuhnya mencapai angka lima. Koper merahnya diseret di belakang selagi perempuan itu berjalan meninggalkan sayap hunian Mansion. Tidak seorang pun vampir yang dia lalui tampak menyadari salah satu eks-narapidana mereka yang paling berbahaya telah melarikan diri.

Sebentar lagi, Poppy pun akan menyusul gadis yang akan segera jadi buronan itu. Improvisasinya pada saat-saat terakhir tampaknya akan berbuah manis.

"Moshe."

Langkah Poppy berhenti di tengah koridor. Perlahan dia berbalik, membungkukkan badan di depan Ketua Dewan yang Agung. "Paduka."

"Keberatan ke ruanganku sebentar?"

Senyum Poppy tidak tergoyahkan. "Tentu."

Perempuan itu menggeret kopernya berbalik arah, mengikuti Ginzo yang berjalan tanpa menoleh.

Erik berjalan cepat meninggalkan klinik. Langkah-langkah lebarnya harus sekuat tenaga dia tahan agar tidak berubah menjadi derap berlari. Seorang staf yang lewat di depan koridor isolasi memberinya pemberitahuan yang terdengar bagi vonis kurungan penjara. Namun, dia melarang staf itu memberi tahu Mansion sebelum dia memastikan dengan mata kepalanya sendiri.

Erik berbelok tajam di ujung koridor dan salah satu mimpi terburuknya sejak tujuh bulan lalu menjadi kenyataan.

Kelima pintu ruang isolasi terbuka. Dani Johan tidak berada di dalam satu pun di antaranya.

"Agen," sapa staf yang menghubunginya.

Langkah Erik gontai menuju salah satu pintu yang terbuka lebih lebar dibanding pintu lainnya. "Ke mana Conrad?" tanyanya pelan, hampir seolah dia berbicara sendiri.

"Tidak ada siapa-siapa di sini waktu aku tiba, Agen," jawab si staf fasilitas. Dia berjalan ke samping Erik, ikut melihat ke dalam ruang isolasi yang kosong dan terang benderang. "'Tapi aku ada di gimnasium waktu kau memerintahkan supaya Johan dibawa ke sini, jadi kuhubungi dirimu."

[ID] Dani Landon | Novel: HiatusΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα