Kafe

56 0 0
                                    

"Ibu! ibu! Lihat! Pria itu transparan!" Teriak seorang anak kecil saat melewati salah satu bangku di kafe pinggir kota.

"Heh,... liat apa sih kamu?" Tarik ibunya

"Iitu bu, pria itu" kata anaknya masih penasaran sambil menunjuk nunjuk.

Ibunya mengikuti arah pandang anaknya dan hanya mendapati seorang wanita muda yang duduk sendiri di bangku kafe.

"Sudah jangan menghayal terus, ayo" tarik ibunya menghiraukan.

"Tidak ibu, aku tidak menghayal..." suara anak itu semakin mengecil bersamaan dengan menjauhnya mereka dari lokasi tersebut.

Duduk disana airin yang sedang menikmati kopinya dan sebuah buku terbuka dimeja, mendongeng si pembaca.

Airin sesekali melirik kesosok didepannya, lalu kembali menunduk ke bukunya.

Pria itu, ya, sosok bayangan hitam yang selalu mengikutinya, kini mulai semakin berani.

Terlihat dimata airin, pria itu duduk tepat di bangku depan airin, ia duduk dengan santai melihat ke kanan dengan menopang dagu.

'Dia itu apa?' Benak airin masih sulit mempercayai pemandangan di depannya.

Wujud pria itu semakin lama semakin jelas, walau masih samar, tapi kini wujudnya tak lagi hanya warna hitam dan abu.

Pria itu lalu menoleh melihat kearah airin.

Cahaya mata itu,. Satu-satunya hal yang belum berubah dari saat airin pertama melihatnya.

'Warna coklat keemasan'

Pria itu menyunggingkan senyumnya, 'atau mungkin meringis' tak jelas karena garis bibirnya membaur dengan garis pinggir trotoar.

Airin tersenyum, dan hanya menahan tawa dengan bayangan yang terlintas dikepalanya.

Airin segera menundukan wajah, mengarahkan senyumnya ke buku bacaan di mejanya,. Berharap tak ada yang menyadari bahwa ia sempat terlihat seperti orang gila.

Pria itu kembali mengarahkan pandangannya kearah lain.

.....

3 hari sebelumnya

Airin kini sudah terbiasa dengan kondisinya saat ini, dan ternyata tidak melihat hal-hal yang menyeramkan dapat membuat dirinya lebih nyaman.

Hal yang tidak disadarinya selama ini, karena kebiasaan terasa bagaikan candu.

Dan kini bahkan keberadaan pria itu lebih sulit dirasakan oleh airin, entah mungkin terlalu terbiasa atau lupa. Karena pria itu hampir tak pernah menampakan diri.

Airin baru saja bangun dan turun menuju ruang tamu, namun langkahnya terhenti.

Setelah begitu lama tak pernah melihat mahluk supranatural, kini airin melihatnya lagi.

Tapi rasanya wujud itu tak asing.

Tampak samar dimatanya seorang pria berbaju biru tua dan celana putih yang dengan santainya duduk disofa depan tv, tempat airin biasa beristirahat.

Wujud itu tak bergeming, bahkan saat airin melanjutkan langkahnya.

Bahkan wujud itu tak menghilang saat airin duduk di sofa seberangnya.

Airin masih memperhatikan, rasanya sudah lama sekali, sampai-sampai hatinya sudah tak setegar dulu.

Airin mengambil remote di meja dan mulai menyalakan tv,. Sudah kembali terbiasa, airin pun kedapur membuat coklat hangat yang selalu dibuatnya.

Milik Saya SeorangWhere stories live. Discover now