Dunia yang berputar

58 0 0
                                    

Aku membuka mataku untuk melihat langit yang begitu terang.

Awan-awan putih yang mengambang.

Dan aku terbaring diatas sebuah aspal.

Atau mungkin bukan?

Entahlah, aku hampir tidak bisa merasakannya.

................

Aku melihat sekelilingku hanya untuk mendapatkan pemandangan kota hancur.

Aku yakin aku sedang berdiri diatas aspal dan serpihan bangunan bangunan ini.

Tapi mengapa aku tidak dapat merasakan apapun?

Aku tidak dapat melihat diriku sendiri, tangan, kaki, tubuh... aku tak dapat melihatnya,. Atau aku memang tidak memilikinya?

Bergerak, pemandanganku berubah. Tapi aku tidak tahu apa yang bergerak dari tubuhku.

Bangunan bangunan yang roboh, serpih serpihan yang hangus, jalanan yang rusak. Tempat ini hancur. Hangus.

Apa yang tersisa?

Angin... desis angin. Iya, suara?

Sepertinya aku tak dapat mengeluarkannya? Atau aku memang tidak bersuara?

Sebuah genangan air di pinggir reruntuhan menarik perhatianku, aku bergerak mendekatinya.

Hanya genangan air jernih dan awan menjadi bias dari air itu.

Aku,.... aku ini apa?

Bahkan,... apa aku ini benar ada?

..............

Kini aku hanya bergerak tak tentu arah.

Kemanapun aku pergi, hanya reruntuhan bangunan dan kota hancur yang aku lihat.

Apa aku bagian dari kota ini?

Aku sungguh tidak ingat.

Langit kembali gelap dan terang dengan bergulirnya waktu.

Tapi aku tak dapat merasakan apapun.

Apakah panas? Ataukan dingin? Lalu panas atau dingin,.... seperti apa rasanya?

Aku sungguh tak ingat.

Sepertinya waktu masih bergerak melihat keadaan langit terus berubah.

Aku tidak tau sudah berapa lama, aku hanya menjadi angin dan sosok tak berarti di tempat ini.

.............

Sebuah danau,. Airnya hijau.

Aku tak dapat melihat dasarnya.

Bahkan ketika aku berada didalamnya, danau ini masih tak bergemih sedikitpun.

Airnya keruh,. Aku tetap tak dapat melihat apapun ketika aku berada didalamnya.

Tak ada kehidupan. Ataukah ada? Apa aku hidup? Apa masih ada aku yang lainnya?

Lalu aku menatap berkeliling.

Gedung - gedung tua, besi - besi hancur,. Kini mereka ditumbuhi lumut.

Seperti apa itu kehidupan?

...............

Aku berdiam diatas sebuah jalanan yang rusak.

Saat malam tiba, tempat ini sangat gelap.

Hanya jika ada cahaya dari langit aku akan dapat melihat sesuatu.

Tapi malam ini sangat gelap, aku menatap kelangit.

'Hitam' 'hitam sekali'

Lalu sebuah tetesan air jatuh, menembus ke penglihatanku. Dan tetesan air lainnya membasahi tempat ini.

'Hujan?' (Iya, ini hujan kan?)

Nama-nama itu, dari mana aku pernah mendengarnya?

...............

Aku hanya melalui tempat ini, dengan bergerak tanpa arah.

Langit terus silih berganti tanpa henti.

Tidak tahu kapan awal. Tidak tahu kapan akhir.

Hanya perubahan-perubahan dari pemandangan di sekelilingku yang menjadi penghibur.

Pasti sudah lama sekali,...

Aku tidak tahu apa aku sendirian atau tidak.

Tak ada suara selain desisan angin.

Didunia ini tak ada yang menggubris keberadaanku,. Aku bahkan meragukan bahwa aku ini nyata.

............

Waktu terus bergerak,. Bangunan bangunan tua itu kini luluh lantah.

Dan aku semakin jauh dari lokasi tempat aku terbangun.

Pepohonan mulai tumbuh.

Tempatku berada kini bahkan dipenuhi dengan tanaman rambat.

Heran.

Apa yang membuatnya hancur?

Pertanyaanku akan mengambang, dan aku membiarkannya berlalu begitu saja.

Pohon kini telah tumbuh, mereka tumbuh lebat, besar dan merapat.

Semakin aku menjauh, semakin aku masuk ke dalam pepohonan.

.............

Di dalam hutan ini, aku lebih tak mengerti waktu.

Semakin dalam semakin gelap, sampai dimana aku tak melihat cahaya sedikitpun.

Aku yakin aku bergerak,

atau tidak? Dari mana aku tau,... jika batas ukurnya tidak ada.

Tapi keyakinanku terbukti saat aku mulai melihat cahaya jauh didepan.

Cahaya yang rasanya pernah kulihat.

Dulu sekali,..... tapi aku yakin pernah melihatnya.

...............

Iya benar.

Cahaya itu. Itu api.

Aku pernah melihatnya. Aku ingat namanya. Aku mendekati asal muasal cahaya itu.

Sebuah rumah yang hancur, rumah kayu tua. Kayunya terlihat kokoh. Dan cahaya itu berasal dari kayu yang ditancapkan di luar rumah.

Rasanya tak asing. Aku masuk kedalam rumah itu dan menemukan sebongkah kayu besar.

Aku langsung mundur.

Ingatanku pulih, Tidak! kurasa aku hanya tidak mau mengakuinya, aku memang tidak mau mengingatnya.

,.......Tapi aku telah kembali mengingat semuanya.

Kacau!. Aku telah jalan sejauh ini hanya untuk kembali.

Seperti ini,... aku tak akan pernah keluar.

................

Aku membuka mataku untuk melihat langit yang begitu terang.

~End~~

Milik Saya SeorangWhere stories live. Discover now