Chapter 2

60.7K 7.4K 190
                                    

Mari tutup minggu malam ini dengan cerita si tomboy nya Pandawa 5 ini.
Votes dan commentsnya tetap ditungguin. So feel free to give them :)
Enjoy
*
*
*

Gue sedang meeting untuk program Yang Muda Menginspirasi edisi yang akan datang. Semua tim terlibat dalam meeting. Dep Head Produksi, produser, asisten produser, kameramen, tim kreatif, reporter dan host.

Kami akan mewawancarai seorang arsitek asal Indonesia yang kini bekerja dibawah naungan WS Atkins plc, British multinational engineering, design, planning, architectural design, project management and consulting services company. Atkins sendiri bermarkas di London, Inggris.

Produser acara ini-Mbak Anya-memaparkan profil dari si arsitek yang akan kami wawancarai. Namanya Gandi Alfareza Siregar. Satu klan dengan si Iin ternyata. Lahir di Medan, namun lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri karena sejak SMA saja sudah di Singapore.

Gue jabarin education background si Gandi-Gandi ini ke kalian. Quite jaw-dropping.

-High School : Raffles Institute Singapore
-Bachelor Degree : Architecture, ETH Zurich
-Post Graduate : Architecture, University College London (UCL)

Bukan hanya itu yang membuat peserta rapat berdecak kagum. Pak Gandi ini sering terlibat di proyek-proyek yang bernilai di atas seratus juta Poundsterling. Sungguh angka yang menakjubkan mengingat usia Pak Gandi sendiri yang baru 34 tahun.

Fortunately, Atkins terlibat dalam pembangunan mega proyek sebuah mal kelas Internasional yang digadang-gadang akan lebih besar dari Grand Indonesia. Pak Gandi termasuk ke dalam tim tersebut. Berdasarkan informasi dari Robi-reporter di program Yang Muda Menginspirasi-Pak Gandi akan berada di Indonesia dalam waktu dekat dan dia sudah menghubungi asisten Pak Gandi untuk minta jadwal pertemuan.

Tapi, ada satu hal yang mengganggu mata gue sejak tadi. Foto-foto yang ditampilkan di layar proyektor tersebut membawa gue ke kejadian beberapa bulan silam di lapangan cricket kampus tempat gue menimba ilmu.

Demi Tuhan, dia mirip banget sama si casanova sialan itu. Senyumnya, postur tubuhnya, matanya. Tapi, gue menampik pemikiran gila itu karena rasa-rasanya nggak mungkin aja seorang arsitek genius seperti Pak Gandi ini bisa melakukan tindakan super bodoh seperti yang si brengsek itu lakukan.

"Ada satu fakta menarik. Pak Gandi memiliki saudara kembar. Namanya Ganda, kini bekerja di kantor kedutaan Indonesia untuk Malaysia di KL. Sama-sama cerdas. Hanya beda passion," terang Mbak Anya sambil menunjuk foto saudara kembar Pak Gandi.

Mungkin, orang yang gue temui itu saudara kembar si Pak Gandi ini. Ah, tapi tetap aja nggak mungkin. Kebetulan mirip aja dengan mereka sepertinya. Laki-laki dengan karier cemerlang seperti kembar Ganda-Gandi ini tidak akan mungkin sempat main-main di lapangan kriket sebuah universitas.

"Robi, sudah atur pertemuan dengan Pak Gandi, kan? Kapan tuh?" tanya Pak Vino begitu Mbak Anya menyelesaikan presentasi.

"Lusa, Pak. Namun, kita hanya bisa ketemu dengan asistennya. Pak Gandi sendiri sedang di Singapore untuk hand over sebuah proyek. Kabar baiknya, beliau bersedia kita interview. Kita hanya perlu mengatur jadwalnya dengan asisten beliau," jawab Robi padat.

"That's good. Berarti lusa yang berangkat lo dan Anya. Untuk host, kali ini Evelyn saja. Bisa kan?"

Evelyn mengangguk manis. Dia ini salah satu pencinta Pak Vino. Usaha terus sampai Pak Vino kasih lampu hijau.

"William akan dibantu Ajeng untuk susun materi," jelas Pak Vino lagi. William adalah Creative untuk program  ini. "Saya mau semuanya well-handled. The details will be explained by Anya. Meeting selesai."

Over The Moon (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now