Gandi Partners

19K 2.5K 553
                                    

Ini bukan extra part. Tapi terserah juga sih kalau mau menganggap demikian hehe.

Buat Gandi lover garis keras, you'll like this.

Ps : Ada arsitek narsis asal Jogja juga di sini.

Enjoy
*
*
*

"Yang pertama mediocre, yang kedua big no, yang ketiga frustrating. I hate to say this. And the rest is...Oh My God. Itu beneran hasil desain sarjana arsitektur? Bukan anak TK?"

Wajah sahabat sekaligus partner-ku dalam mendirikan Gandi Partners langsung lesu begitu aku mengomeli belasan portofolio yang dia sodorkan di meja kerjaku.

Gandi Partners adalah biro arsitektur yang kubangun bersama Gerald di Indonesia setelah aku resign dari Atkins.

Astaga. Jangan ingatkan aku lagi tentang Atkins dan rekan-rekan kerjaku di sana yang extra-ordinary. Yang ada aku bisa semakin emosi.

"You banyak maunya, Siregar. Ini salah. Itu salah. Kalau cari yang bisa reach standard kamu, yang ada kita nggak akan punya junior architect lagi."

"Katanya penduduk Indonesia ada dua ratus juta lebih. Masa kamu nggak bisa nemuin yang qualified. We only need one fcking person. Nggak bisa, Ge?" tekanku sampai harus mengumpat.

Gerald mencibir. "You're one sweet person. But when it comes to work, you are ANNOYING."

Aku tersenyum. Bukan bermuka dua, hanya aku berusaha untuk bersikap seprofesional mungkin.

Saat bekerja, aku memperlakukannya sebagai employee. Salah ditegur dan diberi arahan, kalau benar ya diapresiasi. Di luar itu, aku akan bersikap se-easy going mungkin. I mean, I'm not going to be judgemental.

"Masih ada beberapa portofolio yang sedang di-screening. Besok kamu cek. I really hope we can find the one. Seriously, cuma nyari satu junior architect aja sampai butuh waktu setengah tahun."

"I'll be waiting," jawabku lalu mengecek email yang baru masuk.

"Would you join us for lunch? Me and Hera?"

Hera is my personal assistant. Berisik tetapi cekatan.

"Nope. Aku nggak mau ganggu kamu yang lagi pdkt," jawabku sambil tersenyum jail.

Gerald keluar dari ruanganku tanpa permisi. Pria setengah bule ini memang bukan arsitek terbaik yang aku kenal, tapi kami berada di frekuensi dan visi yang sama.

Dia bahkan tidak ambil pusing soal nama biro ini. Katanya selain karena memang kemampuanku di atas dia, namaku lebih komersil.

Dalam hati aku berkata, emang iya sih.

Besides, he has money. Aku butuh investment dia untuk mendirikan biro arsitektur ini.

Sebuah panggilan video call masuk ke ponselku.

My sexy lioness. Itu nama kontak istriku di phonebook ponsel.

"Hi, Sayang," aku menyapanya dengan senyum secerah mentari pagi.

"Hai," balasnya ikut tersenyum.

Istriku-Ajeng-terlihat ratusan kali lipat lebih seksi dengan pipi yang makin chubby dan tubuh yang semakin berisi.

Over The Moon (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang