Chapter 6

52.7K 7.4K 389
                                    

Selamat weekend semuanya. Sorry sudah menghilang selama beberapa hari. Kerjaan kantor sedang banyak. Are you guys still waiting for this work?

Show your existence by clicking the star button and leaving bunch of comments ;)

Ps : Sorry for the typos. Still fresh from the oven

Enjoy
*
*
*

Gue, Nana, Evelyn dan Robi memilih makan siang di kafetaria kantor. Gue memesan ayam kalasan, Robi pesan soto madura, Nana memilih makan pecel lele sementara Evelyn memesan semangkuk mie ayam.

Di Gayatri TV, tiga manusia random ini lah yang jadi teman akrab gue. Kurang lebih gue sudah cerita hampir separoh hidup gue ke mereka. Nggak terlalu banyak, sih. Tapi mereka tahu gue anak tunggal, pernah jadi editor novel, punya nyokap yang sibuk menjodohkan gue dengan anak-anak kenalannya, dan memiliki satu geng pertemanan yang thankfully tetap akrab sejak kami duduk di bangku SMA.

Yang mereka tidak tahu tentang gue adalah apa pekerjaan kedua orang tua gue sebenarnya (males aja karena senator punya citra yang tidak begitu baik di masyarakat), dimana rumah orang tua gue (mereka tahu gue tinggal di apartemen) dan bagaimana hubungan asmara gue.

Untuk yang terakhir sih sebenarnya gue nggak yang ribet-ribet amat. Gue tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan satu orang laki-laki pun. Kalau sekedar dekat yang diindikasikan dengan sekali-dua kali ngedate sih pernah beberapa kali.

Ya nggak manusiawi banget dong gue kalau nggak pernah suka sama cowok. Sesekali gue yang tertarik, kadang ada beberapa yang ngedekatin gue duluan. Tapi ya sampai disitu aja. Gue males lanjut karena setelah satu-dua kali kencan, them seem to be very chatty.

"Berarti lo batal dong ngebujuk Pak Gandi buat dateng ke acaranya Mas Ganang. Gue kira dia bakal luluh karena lo yang minta."

Sejujurnya gue heran kenapa Nana bisa tahu gue diminta sama Mbak Anya untuk menghubungi Gandi soal jadi juri tamu itu. Padahal setahu gue, Mbak Anya bukan tipe orang yang suka mengumbar cerita.

"Gue tahu dari timnya Mas Ganang. Mereka kecewa banget. Padahal semenjak kemunculan arsitek cakep itu di Yang Muda Menginspirasi, rating program-program Gayatri TV meningkat pesat, lho. Penonton pada kepo kali ya kapan Pak Gandi nongol lagi," Nana melanjukan spekulasinya. Kami bertiga cuma diam mendengar.

"Dia bukan arsitek dengan modal tampang cakep dan punya banyak waktu wara-wiri di layar kaca demi popularitas, Na," sambung Robi. "Arsitek kelas dunia, lulusan kampus arsitektur terbaik sejagat raya, terlibat di proyek-proyek triliunan, nggak mungkin punya banyak waktu jeda. Mungkin semenit dia duduk sama kita setara seratus dolar untuk dia. Kapan dah gaji gue milyaran kayak Pak Gandi."

"Tahu dari mana lo gaji Pak Gandi milyaran?" Evelyn mulai terdengar antusias.

Gue jadi pendengar budiman aja deh.

"Dia gampang aja ngeluarin jutaan sehari untuk beli kopi ke kita-kita. Hampir dua minggu dia traktir kita, guys. Gue itung-itung hampir 35 juta duitnya abis, cuy. Itu 35 juta udah bisa berangkatin haji emak gue," ucap Robi yang membuat kami terbahak.

Sudah tahu kenapa gue bisa betah temenan sama mereka, kan? Robi, Nana dan Evelyn ini benar-benar teman nongkrong yang asik.

Lalu, gue melihat Pak Vino berjalan ke meja tempat kami makan. Dia melambai ke arah kami.

"Hai, semuanya. Boleh gabung, kan?" Pak Vino minta izin.

"Boleh banget dong, Pak," jawab Nana lalu pindah tempat duduk di sebelah Robi.

Over The Moon (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now