BAB III (B)

452 37 7
                                    


Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya biar Author semangat buat ngelanjutinnya.


 Di seberang sana Alvin mencengkram kuat ponselnya kemudian membantingnya ke lantai karena emosi. Ponselnya pecah. Alvin mengacak rambutnya frustasi. Buru-buru Alvin meraih kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya. Alvin menuruni tangga. Key yang sedang berada di ruang tengah menghampirinya.

"Kakak mau kemana malam-malam begini?" tanya Key.

"Apa pedulimu, hah?" balas Alvin sinis kemudian melanjutkan langkahnya tetapi Key menahannya.

"Aku peduli," ungkap Key.

Alvin menghempaskan tangan Key.

"Oh ya? kupikir kamu adalah orang yang paling pandai bersandiwara seolah tidak pernah terjadi apa-apa," sindir Alvin. Key menatap Alvin.

Alvin tak berucap lagi kemudian melangkahkan kakinya cepat menuju garasi mobil. Key mengejarnya. Alvin masuk ke dalam mobilnya begitu pula dengan Key.

"Keluar, key!" titah Alvin dingin.

"Ngga. Aku ikut kemanapun Kakak pergi," ucap key bersikeras.

"Kamu tuli atau apasih. Aku ingin sendiri!" bentak Alvin. Key terdiam.

"Kalo Kakak merasa sendiri lalu aku apa? Mati? Iya?" balas Key setengah berteriak. Alvin memandang Key terkejut.

"Selama ini aku hanya diam. Aku mengikuti alurku. Tapi apa kenyataan? Aku justru terbawa arus dan hanyut!" teriak Key. Ia benar-benar kesal sekarang.

"Berhenti bersikap seolah kakak itu punya luka lebih dalam dari aku. Disini, aku yang paling tersakiti. Kupikir kakak ga bodoh untuk menyadarinya!" Lanjut Key. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Key...." lirih Alvin.

Air matanya hampir menetes namun ia menahannya. Key buru-buru keluar meninggalkan mobil dan berlari menuju kamarnya. Key mengunci pintu kamarnya dan menangis di dalam. Kembali lagi ketika Key merasa sakit dan perasaan rindu itu datang lagi dan menambah sesak di dadanya. Key tidak mengerti tetapi saat ini Key merasa benar-benar rindu. Key memejamkan matanya sambil memegangi dadanya yang sesak. Air mata itu terus menetes membasahi pipi mulusnya.

Alvin memukul setir beberapa kali. Ia menyesali sikapnya yang menyakiti Key. Ia melihat lagi kemarahan Key yang ditujukan kepadanya. Itu begitu menyakitkan. Kepalanya seperti akan meledak. Alvin mengacak rambutnya frustasi.

*

Key mengenakan baju kaos berwarna putih dan skinny jeans. Rambutnya di kuncir kuda. Ia memakai sepatunya dengan terburu-buru. Tas tersampir di punggungnya. Tangannya memegang jaket.

"Key, mau kemana?" tanya Ibunya, Kania.

"Latihan dance, Ma. Aku pergi ya, Ma." jawab Key setengah berteriak.

"Iya. Pulangnya jangan kemalaman, ya!" sahut Kania.

Key berangkat menuju sekolahnya dengan naik taksi. Key memang mengikuti ekskul dance di sekolahnya. Ia latihan setiap jam 5 sore-8 malam. Setibanya ditempat latihan Key meletakkan tas dan jaketnya di pojok ruangan. Ia kemudian menyetel lagu Troublemaker. Key mulai mengayunkan tubuhnya mengikuti musik. Teman-temannya belum datang jadi Key bisa memutar musik sesukanya.

Setelah selesai Key duduk beristirahat dan meminum air putih yang dibawanya dari rumah. Keringat mulai membasahi badannya. Teman-temannya kemudian datang.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now