BAB V (A)

320 24 4
                                    




Sepulangnya Devan dari Jakarta,  Reka langsung menagih janji Devan yang akan mengajaknya jalan-jalan. Awalnya Devan menolak tetapi ia tidak tega pada Reka yang terus memintanya.

"Ayolah... Kan kaka udah janji sama Reka," bujuk Reka dengan memelas.

"Iya. Nanti," jawab Devan.

"Nanti itu kapan sih ka? Kaka udah sering loh janji ke aku terus lupa begitu aja," protes Reka. Devan tertawa.

"Memangnya kamu mau kemana sih?" Tanya Devan.

"Trans Studio!" seru Reka. "Coba aja kalo ka Revan ada, pasti dia langsung mengiyakan."

"Itukan Revan bukan Devan," protes Devan.

"Kenyataannya sih kaka selalu kalah sama ka Revan," ejek Reka.

"Iye dah. Ia makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan." sahut Devan malas. "Besok kita berangkat ke Trans studio."

"Yeeee!" Reka bersorak senang.

Reka terus saja menarik Devan kesana kemari di Trans Studio. Reka mengajak Devan naik wahana ini dan itu. Devan sampai kelelahan mengatasinya. Karena terlalu senang tidak sengaja Reka bertabrakan dengan seorang gadis. Ya,yang menabrak Reka adalah Key.

Menyadari akan hal itu, Key menajamkan penglihatannya. Ia kemudian berjongkok untuk membantu orang tersebut berdiri.

"Kamu gapapa?" tanya Key khawatir.

"Reka, Are you okay?" tanya seorang pria pada orang yang ditabrak Key.

Key memandangi wajah orang yang ditabraknya. Reka memandangi balik wajah Key. Mereka sama-sama kaget.

"Key?" panggil pria tersebut. Key menolehkan pandangannya.

Key menatap pria yang memanggilnya. Dengan cepat Key berdiri dan mundur beberapa langkah.

"Key-" suara pria tersebut terdengar tertahan.

"Kakak...." lirih Reka tidak percaya.

Dengan cepat Key membalikkan badannya. Matanya berkaca-kaca. Tangannya gemetar. Saat Key hendak melangkah,sebuah tangan menahannya. Buru-buru Key menghempaskan tangan tersebut.

"Key, jangan pergi!" pintanya.

Key tersenyum kecut. Hatinya sakit melihat orang tersebut. Dia adalah Devan. Ara termangu melihat Devan dan Key.

"Key... lu ga mungkin ga ngenalin gue," ungkap Devan. Key berbalik dan menatap Devan tajam.

"Lalu?" desis Key.

"Reka kenal Ka Key." tutur Reka pelan.

"Bukannya lu benci gue?" sahut Key sinis pada Reka.

Reka menunduk. Devan mendekati Key sedangkan Key melangkah muncur menciptakan jarak diantara mereka.

"Key, kenapa?" tanya Devan yang bingung dengan sikap Key.

"Aku hanya gamau mengulangi takdir saja," jawab Key.

"Gue pikir setelah waktu yang cukup lama gue lalui jika gue bertemu sama lu, gue bisa memeluk lu tapi nyatanya, memandang gue saja lu gamau," ucap Devan. Matanya memancarkan sebuah luka.

"Ternyata ngeraih lu itu sulit. Kamu masih tak tersentuh seperti dulu," lanjut Devan. Reka memandang sedih Devan.

Key seolah menulikan telinga dan membutakan matanya. Ia benar-benar acuh terhadap Devan. Ara mendekati Key dan menyentuh bahunya pelan.

"Key, ada baiknya lu bicara baik-baik sama ka Devan. Kalian udah lama ga ketemu," saran Ara. Key menatap Ara tak suka.

"Gaada yang perlu dibicarakan lagi," sahut Key. "Gue pulang duluan ya."

Key berlari meninggalkan mereka tetapi Devan justru mengejarnya. Key terus berlari tetapi Devan berhasil meraihnya.

"Lepasin!" berontak Key.

"Key, dengerin gue!" pinta Devan tegas. Key diam.

"Oke gue ngaku gue sama Alvin salah. Ya walaupun kita gaada kerja sama atau apapun itu tetap saja ini salah kami, kan?" ungkap Devan.

Key menatap Devan bingung saat mendengar nama Alvin disebut.

"Ka Alvin?" Key tampak bingung.

"Apa yang udah dia lakukan?" lanjut Key.

Devan kaget. Genggamannya terlepas.

"Key, apa yang terjadi sama lu?" tanya Devan tak percaya.

"Hah?" Key bingung.

"Lu tau sendiri apa yang udah Alvin lakuin ke lu kemarin," tutur Devan.

"Apanya? Aku ga ingat," ungkap Key.

JEDERRRR

Devan bagai tersambar petir. Devan mencengkram kuat kedua bahu Key.

"Key, apa yang udah terjadi sama kamu setahun belakangan ini?" Selidik Devan.

"Aku... kecelakaan," jawab Key.

"Terus lu lupa gitu?" tanya Devan memastikan. Key menggeleng.


"Aku ingat kalian. Aku ingat temen-temenku," tutur Key. Devan memandang Key bingung.

"Lalu? Kamu ga mungkin lupa alasan kamu membenci seseorang, kan?" tanya Devan lagi.

Key diam. Kepalanya sudah terlalu pusing memikirkan hal itu. Banyak pertanyaan berputar di otaknya. Begitu pula dengan Devan. Ia bingung dengan Key. Apa yang telah terjadi pada Key. Mustahil jika Key membencinya tetapi tidak dengan Alvin. Lalu bagaimana dengan dia?

"Gue bingung harus ngomong apa. Kita mulai dari mana Key?" gusar Devan. Ia sudah cukup frustasi.

"Ceritain semuanya.. Mulai dari awal kita ketemu," pinta Key. Devan menarik nafas kasar kemudian menghembuskannya.

Flashback on

Seorang cewek dengan rambut hitam lurus sebahu sedang memesan coffee di sebuah kedai kopi. Setelah selesai ia kemudian memegang cup coffee pesanannya itu keluar. Tetapi seseorang menabraknya dan membuat coffenya tumpah ke bajunya.

"Sorry.. gue ga sengaja," tutur orang tersebut. Dia adalah Devan.

"Kalau jalan liat-liat dong," gerutu Key kesal.

"Sorry... gara-gara gue baju lu kotor." Devan merasa bersalah karena telah membuat baju cewek yang ada dihadapannya ini basah.

"Nih!" Devan menyerahnya hoodie yang tadi berada di tangannya.

"Buat apaan?" tanya Key bingung.

"Buat nutupin baju kotor lu. Tenang aja nih hoodie belum gue pake ko," jelas Devan.

"Oke," jawab Key kemudian pergi.

"Sorry, ya!" teriak Devan.

Sejak pertemuan yang tidak disengaja itulah takdir mereka di mulai. Pertemuan kedua terjadi secara tidak sengaja saat acara perayaan ulang tahun SMA Bina Bakti yang ke 21. Disana kebetulan Key dan temannya ikut lomba dance. Disanalah Devan dan Key berkenalan. Hari demi hari Devan terus mendekati Key.

Flashback Off

Key terdiam mendengar cerita Devan. Jujur, ia mengingatnya. Lalu bagian mana yang hilang.

"Sebenarnya pertemuan kita itu udah gue atur sejak awal," ucap Devan.

"Iya aku tau," sahut Key datar.



BERSAMBUNG

Tentang RasaWhere stories live. Discover now