BAB VII (A)

273 15 6
                                    

HAPPY READING💕







Senja itu jingga. Senja itu singkat. Senja selalu dinantikan dan selalu hadir. Seperti saat ini, Key sedang duduk sendirian di balkon villa sambil menikmati senja yang membawa damai. Air mata itu menetes membasahi pipi mulusnya. Sekarang Key mengerti dengan perasaannya sendiri. Perasaan menyiksa ini karena dirinya merindukan Revan. Namun, semuanya tidak menjadi jelas begitu saja. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam benak Key.

Devan menatap cukup lama kontak Key yang ada di ponselnya. Ia ingin menghubungi Key, tetapi ia kembali teringat pertemuannya dengan Key kemarin saat di trans studio. Devan masih ingat dengan jelas bagaimana cara Key menatapnya, sebuah tatapan kebencian. Reka memasuki kamar Devan kemudian duduk disamping Devan.

"Ka Devan..." panggil Reka pelan.

"Reka?" Devan terlihat kaget.

"Kaka masih mikirin kejadian kemarin?" tanya Reka hati-hati.

"Iya. Jujur kaka masih gak ngerti," jawab Devan seadanya.

"Kenapa kaka gak mencoba buat bicara berdua dengan ka Key?" saran Reka. Devan menggeleng.

"Kaka masih gak ngerti situasinya. Kalau kaka gegabah, yang ada malah Key makin benci sama kaka," jelas Devan. Matanya menerawang jauh.

Key telah kembali ke rumahnya. Key menyeret kopernya dengan malas menuju kamarnya. Key membuka pintu kamarnya, ia kemudian meletakkan kopernya dekat ranjang dan dengan cepat ia melemparkan diri keatas ranjang.

*


Setiap sore Revan selalu latihan basket di SMA Bina Bakti bersama dengan rekan satu timnya dan setiap kali Revan latihan, Key selalu menemaninya. Key duduk di pinggir lapangan sendirian sambil memperhatikan Revan dan teman-temannya yang sedang latihan di lapangan.

"Takut hilang ya pacarnya makanya dibawa kemanapun?"

Sebuah suara mengusik Key. Ia mendongak melihat pemilik suara itu. Berdirilah seorang cowo dengan memakai kaos putih dan celana pendek selutut berwarna coklat. Dia adalah Devan.

"Ka Devan ngapain disini?" tanya Key kaget.

Devan terkekeh kemudian duduk disamping Key.

"Harusnya gue yang nanya. Ini kan sekolah gue juga," tutur Devan. Key membuka mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Lu kesini pasti sama Revan?" tebak Devan. Key hanya mengangguk mengiyakan.

"Kaka sendiri kenapa kesini? Kaka bukan anak basket." Tanya Key.

"Pengen ketemu lu," jawab Devan enteng.

"Kaka emang gak tahu malu,ya." gerutu Key. Sedangkan Devan hanya mengedikkan kedua bahunya.

Fokus Revan terpecah saat melihat Key dan Devan yang sedang berbincang di pinggir lapangan. Mereka terlihat akrab. Revan mengepalkan tangannya. Ia kemudian berjalan menghampiri Key dan Devan. Melihat Revan berjalan kearahnya, Key langsung berdiri menyambutnya dengan memberikan botol air mineral. Tak lupa pula, Key mengelap keringat Revan dengan handuk. Devan yang melihat hal itu hanya mencebikkan bibirnya. Revan tersenyum puas melihat Devan yang kesal.

"Lu ngapain disini?" tanya Revan sinis.

"Ini kan sekolah gue juga," sahut Devan tak kalah sinis.

"Key, yuk!" Revan tiba-tiba menarik tangan Key.

Key kaget kemudian menahan Revan. Ia menoleh kearah Devan.

"Kita duluan, ka." Pamit Key pada Devan.

Tentang RasaWhere stories live. Discover now