¦Part 1¦

15.8K 1.9K 360
                                    

"Masuk dulu sini. Gue mau ambil handphone di kamar." Shana membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Arthur masuk.

Setelah Arthur duduk di ruang keluarga rumah Shana, Shana segera berlari menuju ke kamarnya. Ia meraih handphonenya dan segera kembali ke ruang keluarga.

"Dapet nggak?" tanya Arthur.

Shana menganggukkan kepala. Semakin besar kemungkinan peristiwa setahun yang lalu kembali terjadi. Itu artinya Shana dan Arthur harus bersiap untuk menghadapi teror-teror baru seperti yang tertulis di pesan singkat itu.

From: 0812538840**
Kamu sudah beristirahat terlalu lama. Saatnya untuk kamu kembali siap mengahadapiku. Banyak kejutan yang akan aku berikan. Selamat bermain kembali dalam permainanku.

Shana bergidik ngeri membaca pesan singkat itu. Astaga, ini benar-benar buruk. Shana tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi bisa dipastikan bahwa hal-hal buruk sudah menanti.

***

Shana dan Arthur, keduanya masih duduk termenung di ruang keluarga kediaman Shana. Mereka berdua memang sudah sangat akrab.

Arthur adalah anak buah ayahnya Shana. Ayahnya Shana adalah seorang detektif kepolisian. Jadi bisa dibayangkan kedudukan Arthur disini sebagai apa. Walau bukan bagian dari kepolisian, Arthur sering menyumbangkan otak dan tenaganya untuk menangani berbagai macam kasus.

Tak heran juga melihat Arthur yang begini santainya mengunjungi seorang gadis di waktu tak wajar. Shana memang sudah terbiasa menampung Arthur di rumahnya untuk beberapa alasan. Bukannya Arthur tak punya rumah atau apa, namun kalau ada hal-hal mendesak seperti ini mereka memang sepakat untuk langsung bergerak.

Arthur dan Shana sama-sama bukan orang biasa yang bisa diremehkan. Setahun yang lalu, keduanya berhasil menghadapi para pembunuh yang menewaskan beberapa murid SMA Argosaka. Walaupun tak dimungkiri bahwa baik Arthur maupun Shana juga terluka akibat kejadian itu, namun setidaknya Arthur dan Shana bisa mengirim orang-orang yang bersalah untuk diadili.

Masalahnya adalah sekarang ini ada satu orang yang sepertinya berpotensi untuk membuat kekacauan seperti yang setahun lalu terjadi. Alhasil, mau tak mau, Shana dan Arthur harus menghadapi orang itu yang kemungkinan besar adalah Pak Ilham.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Shana setelah bosan merenung.

"Sha, lo belum ganti baju sejak pulang dari pertunjukan orkestra gue tadi?" Arthur tampak memindai Shana dari ujung rambut hingga ujung kaki dan bukannya menjawab pertanyaan Shana.

Shana masih menggunakan dress dan riasan yang sama seperti saat tadi ia datang menonton pertunjukan orkestra Arthur.

"Iya, tadi belum sempat aja ganti baju." Shana yang merasa tak nyaman dipandangi begitu sehingga membuat alasan dengan cepat. Ia bahkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oke, balik ke topik. Gue ada rencana tapi belum matang dan karena Akbar, Verrel, Agatha juga dapet SMS yang sama, kita harus ajak mereka juga." kata Arthur mengalihkan topik.

"Tapi gue takut kejadian setahun lalu terulang lagi. Gue belum bisa lupa soal kak Kara yang ternyata adalah bagian dari para pembunuh itu. Sekarang ini, gue nggak bisa percaya gitu aja sama orang." ujar Shana.

"Jadi lo juga nggak percaya sama mereka bertiga?" tanya Arthur dengan dahi berkerut.

Yah, memang benar bahwa Agatha adalah sahabat Shana. Verrel dan Akbar juga adalah bagian dari tim Arthur setahun yang lalu. Tapi semua bisa berkebalikan, kan?

"Jadi gimana? Mereka juga dapet SMS nya. Gue yakin sih mereka akan bertanya-tanya ke kita. Buktinya tadi Verrel langsung telepon gue begitu dapet SMS itu. Agatha dan Akbar juga langsung nge-chat gue." Arthur berusaha membuat Shana paham.

BOOK 2 MISSION SERIES: MISSION IN TRIVIA (Pindah ke Innovel) Where stories live. Discover now