¦Part 5¦

10.1K 1.3K 144
                                    

Gerald kembali datang ke sekolah putrinya alias TKP percobaan pembunuhan alias SMA Argosaka. Mungkin ia harus mengerahkan tenaga lebih banyak untuk mencari bukti tentang kasus percobaan pembunuhan terbaru ini.

Tempat yang pertama kali Gerald tuju adalah gudang kebersihan alias TKP. Tak banyak polisi yang tersisa. Sebagian memang kembali ke kantor dan sebagian lagi masih menjaga area sekolah secara menyebar.

Gerald segera meneliti gudang itu. Ia sendirian di dalam sana. Gerald segera menggunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin. Matanya jadi lebih awas. Dan, tunggu! Apa itu?

***

Arthur membuka handphonenya yang sedari tadi bergetar-getar tak sabaran. Awalnya, ia hendak tidak memedulikan handphonenya itu. Namun, ia memutuskan untuk mengecek terlebih dahulu.

Ternyata keputusan Arthur tak salah. Ia sekarang sedang berbicara serius dengan orang di seberang telepon. Rupanya itu Pak Gerald.

"Siapa, Ar?" tanya Shana yang sedari tadi terdiam di dekat Arthur. Sepertinya gadis itu juga penasaran dengan pembicaraan Arthur.

"Bokap lo." jawab Arthur singkat. Ia kemudian memasukkan handphonenya ke saku celana.

"Jadi ayah bilang apa?" tanya Shana lagi. Shana cukup peka untuk melihat perubahan pada raut wajah Arthur.

"Kita kecolongan. Senjata untuk melukai korban kemungkinan sempat disembunyikan di tingkap gudang itu. Saat Pak Gerald mengecek ke tingkap, senjata itu udah nggak ada di sana." jelas Arthur. Laki-laki itu tampak mengusap wajahnya.

"Kok ayah bisa menyimpulkan kalau senjata untuk melukai korban disembunyikan di tingkap?" Shana ikutan cemas. Ternyata mereka tidak jeli sama sekali.

"Ada noda di bagian tingkap eternit gudang. Kemungkinan itu adalah noda darah korban yang menempel di senjata." Arthur mengulangi penjelasan Gerald tadi di telepon.

Shana mengangguk-angguk paham. Sesaat ia sempat merutuki keteledoran yang ia lakukan. Namun, ia kemudian memilih terdiam dan kembali memutar otaknya.

"Kalau gitu, pelaku baru saja kembali ke gudang pada saat kita keluar dan sebelum ayah datang?!" ucap Shana antara pernyataan dan pertanyaan karena sejujurnya ia juga asal menyimpulkan.

"Mungkin. Karena sekarang masih jam pelajaran, kita bisa cari tahu siapa aja siswa yang nggak ada di kelas saat ini. Kita berpencar dan tanya pada guru yang tengah mengajar sekarang!" Arthur memberi perintah.

"Oke, kita bagi tugas. Gue akan ke kelas sepuluh dan sebelas, sedangkan lo ke kelas dua belas," lanjut Shana.

"Lo ke kelas sepuluh aja. Gue yang ke kelas sebelas sama dua belas. Gue kan lebih cepet geraknya," ujar Arthur yang tampak kurang setuju dengan pembagian tugas itu.

"Oke, deh!" tanpa banyak bicara lagi Shana segera berlari ke kelas-kelas yang dimaksud. Semoga saja usahanya kali ini membuahkan hasil.

Arthur pun begitu. Cowok itu dengan cepat memasuki satu kelas dan pergi ke kelas lain untuk mencari tahu siswa-siswi yang tidak berada di kelas saat ini.

***

Hasilnya, ada beberapa anak yang tidak masuk kelas pada jam pelajaran ini. Dari kelas sepuluh, Shana mendapati ada dua orang siswa yang tidak hadir saat ini.

"Gue dapet dua nama anak kelas sepuluh yang nggak hadir di jam pelajaran ini. Dua-duanya cewek." Shana berujar sambil mengingat-ingat.

"Siapa nama kedua siswi itu?" tanya Arthur.

"Yang satu namanya Vivian. Dia nggak masuk sekolah sejak pagi karena sakit. Dia udah izin sejak hari Jumat kemarin. Yang satunya lagi namanya Erlina. Dia juga sakit di UKS sejak jam pertama." jawab Shana.

BOOK 2 MISSION SERIES: MISSION IN TRIVIA (Pindah ke Innovel) Where stories live. Discover now