¦Part 6¦

10.3K 1.3K 151
                                    

Shana, Agatha, Arthur, dan Verrel berjalan mengendap-endap masuk ke area sekolah. Baru saja bel istirahat pertama berbunyi. Itu artinya saat ini banyak siswa yang berkeliaran di luar kelas. Apabila siswa-siswi itu melihat Shana, Agatha, Arthur, dan Verrel baru saja dari luar sekolah, tak pelak lagi keempat anak ini pasti dicurigai.

Akhirnya dengan susah payah, mereka berempat berhasil menyusup ke bagian gedung sekolah tanpa dicurigai murid lain. Walau begitu, beberapa pasang mata menatap ke arah Shana dengan pandangan takut dan terkesan menuduh.

"Apa lo liat-liat! Dasar adek kelas nggak tahu sopan santun. Pake nunjuk-nunjuk segala lagi. Lo kira kita nggak punya mata, hah?" Agatha berujar sengit saat ada segerombolan anak kelas sebelas yang saling berbicara sambil menunjuk-nunjuk ke arah Shana.

Segerombolan siswa-siswi itu langsung membuang muka seolah tak tahu apa-apa. Hampir saja Agatha menyembur anak-anak itu lagi, namun Verrel berhasil menahan Agatha.

"Udah, Tha. Makin lo nyolot gitu, mereka makin nggak seneng sama kita. Malah mereka bisa musuhin kita juga," ujar Verrel tenang.

"Yuk ke kelas aja." Shana kembali melangkah dan berjalan menuju kelasnya.

"Yah, gue nggak bisa ikutan dong. Kalian enak sekelas. Gue doang yang beda kelas." Verrel menggerutu saat ketiga temannya itu memutuskan kembali ke kelas.

"Lo kan sekelas sama Akbar!" tukas Agatha dengan nada jutek.

"Oh iya lupa," balas Verrel sambil menepuk dahinya. "Yaudah gue balik ke kelas dulu deh."

Shana dan Arthur mengangguk kemudian masuk ke dalam kelas. Agatha masih berdiri di depan pintu kelas sambil menonton punggung Verrel yang makin menjauh.

***

"Heh, dari mana aja lo?" Akbar langsung menghadang Verrel saat Verrel barusaja melangkah memasuki ruang kelas.

"Baru action, lah! Emangnya elo yang duduk-duduk aja di dalam kelas," jawab Verrel sembari berjalan melewati Akbar dan segera duduk di bangkunya.

"Lho, elo kok nggak ngajak gue?" Akbar bertanya lagi dengan nada super sewot.

"Sori, bro. Tadi kesempatan gue jalan berdua sama Agatha. Kalau gue ajak lo, nanti lo jadi orang ketiga di antara kami." Verrel nyengir lebar sekali.

Akbar memukul kepala Verrel pelan kemudian duduk di bangkunya—omong-omong, bangkunya ada di sebelah bangku Verrel. "Dasar ABG! Pikiran lo aneh banget sumpah, Rel. Gue kan cuma mau ikut membantu dalam kasus ini."

"Iya-iya, maaf. Ntar kalau ada acara ngumpulin bukti lagi, gue pasti ajak lo kok," ucap Verrel serius.

Akbar mengangguk. Ia kemudian meminta Verrel menceritakan hasil penyelidikannya bersama Shana, Arthur, dan Agatha tadi.

***

Agatha duduk di samping Shana dengan gelisah. Entah mengapa sedaritadi perasaannya tidak enak.

"Sha, menurut lo setelah ini akan ada korban lagi?" Agatha memasang tampang seriusnya.

Shana mengedikkan bahu untuk pertanyaan yang satu ini. Sebenarnya perasaan Shana mengatakan bahwa akan ada korban lagi. Namun alih-alih mengatakan hal itu pada Agatha, Shana memilih diam. Ia tidak mau sahabatnya itu membuat kehebohan.

"Kalau menurut gue sih akan ada korban lagi," bisik Agatha yang ternyata memiliki pemikiran sama dengan Shana.

"Menurut lo gitu?" Shana menatap Agatha dengan alis terangkat.

Agatha mengangguk mantap. Agatha masih cukup ingat dengan peristiwa pembunuhan berantai yang juga setahun lalu terjadi di SMA Argosaka. Mungkin kali ini juga akan begitu.

BOOK 2 MISSION SERIES: MISSION IN TRIVIA (Pindah ke Innovel) Where stories live. Discover now