¦Part 7¦

10.3K 1.3K 141
                                    

Shana mengetuk-ngetukan ujung sepatunya ke lantai dengan bosan. Bukan hanya Shana sebenarnya yang merasa bosan luar biasa menunggu di sini, ada Agatha yang tampangnya siap kabur saat ada kesempatan.

Satu-satunya orang yang menikmati saat-saat seperti ini hanyalah Arthur seorang. Cowok itu dengan semangat mendatangi satu konter makanan ke konter lain yang ada di kantin itu.

Andai saja Shana dan Agatha boleh ikut dalam kegiatan Arthur, pastilah mereka berdua tidak akan sebosan ini. Namun dengan bengisnya, Arthur melarang kedua gadis itu turut serta dalam rencananya. Jadi apa gunanya Arthur mengajak mereka ke situ kalau akhirnya hanya Arthur yang bisa bertindak?

Yep! Arthur sedang melakukan interogasi kepada para penjaga kantin. Seorang diri pula. Pokoknya dengan keras kepala, Arthur tidak membolehkan Shana dan Agatha menguping. Arthur hanya bilang bahwa jika sudah ada hasil saja baru ia akan cerita. Sama sekali tidak menyenangkan.

"Arthur kenapa sih?" tanya Shana yang penasaran banget dengan sikap Arthur. "Dibantu kok nggak mau!"

"Sensi banget dia. Jangan-jangan sakit hati gara-gara omongan kita pas di jalan tadi?" Agatha membelalakkan mata, kaget.

"Ah mana mungkin. Kita kan cuma bercanda tadi," ujar Shana sambil nyengir.

"Lagi ngomongin gue?" suara Arthur menyeruak di antara Shana dan Agatha.

Secara bersamaan, Shana dan Agatha menoleh ke samping. Mereka bisa mendapati Arthur sudah berdiri di sana entah sejak kapan.

"Jadi gimana hasilnya?" Shana mengalihkan topik pembicaraan karena malu terpergok tengah mengerumpi. Apalagi topik pembicaraannya ada di depan mata.

"Riana dan Yoga memang ke sini tadi untuk mengambil teh hangat dan beberapa roti. Mereka langsung kembali setelah selesai mendapatkan pesanan." Arthur menjawab dengan jelas.

"Berarti mereka jujur dong?" Agatha menanggapi.

Arthur menggeleng. "Belum pasti. Kita harus temui Erlina. Tapi nggak di UKS saat ada Riana dan Yoga."

"Kenapa gitu?" tanya Shana dan Agatha bersamaan.

"Kalau ada Riana dan Yoga, kemungkinan besar Erlina nggak akan bisa ngomong dengan leluasa. Itu kan sama artinya dengan ngomongin seseorang di depan seseorang itu sendiri. Kaya yang kalian lakuin barusan." Arthur tersenyum miring dan berjalan keluar area kantin.

Shana dan Agatha hanya bisa melongo mendengar ucapan Arthur. Arthur memang pandai menyindir.

"Lho, bagus dong! Bukannya kalau ngomongin orang di belakang itu juga nggak baik?" Shana berujar dengan sewot sembari berusaha menyamai langkah Arthur. Ia tidak mau kalah begitu saja.

Arthur hanya mengedikkan bahunya sekilas. Ia berjalan cepat menuju tempat selanjutnya.

***

Arthur sudah duduk di hadapan seorang cowok yang diketahui bernama Jonathan. Rupanya Jonathan baru saja selesai mendapat pembekalan dari kepala sekolah. Jonathan akan dikirim ke Jepang sebagai bentuk pertukaran pelajar dalam waktu dekat ini.

Walau terkesan tidak nyambung banget, Arthur tetap harus memintai keterangan keberadaan Jonathan hari ini. Ini memang terkesan berlebihan karena kepala sekolah sendiri sudah memastikan bahwa Jonathan ada di kantornya sejak pagi.

Namun itu tak cukup. Arthur ternyata mendapati bahwa kepala sekolah itu pergi rapat selama satu jam. Itu artinya, Jonathan ada di ruang kepala sekolah sendirian dan tanpa pengawasan. Siapa yang bisa menjamin dia tidak berbuat yang aneh-aneh?

Terlebih saat ini tidak ada CCTV di ruangan kepala sekolah. Alhasil, Jonathan harus memiliki alibi yang jelas tentang keberadaannya.

"Jadi siapa yang bisa mengonfirmasi keberadaan lo di ruang kepala sekolah selama satu jam ditinggal kepsek itu rapat?" tanya Arthur to the point. Ya, itu memang gayanya.

BOOK 2 MISSION SERIES: MISSION IN TRIVIA (Pindah ke Innovel) Where stories live. Discover now