Satu hal yang dari hari ke hari begitu ku sesalkan
Kau adalah sosok impian yang datang dengan sukarela
Sempat berjuang begitu hebat
Namun aku yang terlalu menganggapku kuat
Siapa yang sanggup diterpa begitu banyak badai sepertimu
Harusnya aku sejak awal mengulurkan tangan dan membantumu menapaki jalan ini
Aku yang salah
Aku memahami, namun aku acuh
Aku yang selalu bersimpuh memohon kehadiran seseorang sepertimu pada Tuhan
Namun, aku juga yang pada akhirnya menyia - nyiakan
Jikalau ada sebuah sesal, maka sesalku adalah pernah membiarkanmu terluka sendiri
Jikalau ada yang harus disalahkan, maka hanya aku yang berhak menyalahkan
Dan yang bersalah adalah aku
'Munafik!'
Memang,
Aku bilang Tuhan tak pernah salah dan memintamu berhenti menyalahkan dirimu sendiri
Tapi, akhirnya aku yang menyalahkan diriku sendiri
Tuhan begitu Agung, Dia memberiku kesempatan merengkuh rapuhmu
Namun, aku yang acuh dan ragu
Aku yang orang kenal begitu ringan tangan, kali ini mengeras
Aku begitu mendamba namun juga cemas
Kali ini, jika kau berkenan
Jika kau masih mau berjuang, maka aku akan merengkuhmu
Aku akan memastikan kau tak tertatih sendiri
Mendekapmu sama saja mendekap sosok kesayangan
Orang yang begitu kusayangi adalah bagian terpenting dalam dirimu
YOU ARE READING
Merapikan Hati
PoetryUntaian kata yang tak pernah sampai pada pemiliknya, setumpuk asa yang pernah salah kugantungkan dan secercah cahaya yang perlahan menyinariku dalam gelapnya hatiku yang kian kosong~