Bab 4 : Keputusan Akhir

27.8K 1.8K 52
                                    

"Kiran-"

"Sebentar, saya belum selesai ngomong." Potong Kiran.

"Jadi bagaimana hubungan kalian berdua sekarang? Pasti bahagialah, iya kan. Bagaimana tidak bahagia lelaki idaman yang di incar dari jaman kuliah sudah ada di genggaman. Iya kan Del?" Sinis Kiran lagi, sambil menatap tajam wanita di samping Zaky yang kini duduk dengan gelisah.

"Maafkan aku Mbak Kiran. Karena belum bisa move on dari masa lalu, awalnya niat aku hanya ingin menjalin silaturahmi saja, tapi ternyata balasan bang Zaky membuat rasa yang sudah lama aku pendam muncul lagi. Aku tahu aku salah Mbak, tapi bagaimana kalau sudah cinta." Jawab Adelina dengan suara bergetar membela diri.

Tak dipungkiri dia takut dengan Kiran, senior tomboy saat kuliah dulu yang bisa mengintimidasi junior yang suka bertingkah tanpa takut, berani dan pandai berbicara membuatnya di segani sebagai senior dulu.

"Alah, silaturahmi macam apa yang di mulai dari pesan malam-malam, isinya cuma tanya 'sudah tidur belum bang?', 'lagi apa bang?','aku ganggu ga? 'boleh gak aku bilang kalau aku kangen sama Abang?' Wah, masih mau berdalih apalagi Del, saya sudah baca WA kalian dan hebatnya modus kamu di tanggapi dengan manis oleh pria bodoh ini, cocok memang kalian." Kiran mendengkus emosi.

"Kiran.." Geram Zaky, menahan amarah saat dibilang bodoh oleh istrinya.

"Jangan salahin Adel, kamu seharusnya berkaca salah kamu apa? Tak mungkin aku selingkuh sama Adel kalau kamu tak salah." Sanggah Zaky membela diri.

Egonya sebagai laki laki tersentil, ia tak suka di rendahkan, apalagi oleh ucapan menohok Kiran barusan.

"Bisa sebutkan apa kesalahan saya sehingga kamu berselingkuh?" Tantang Kiran, ia tak terima saat Zaky mengatakan bahwa ia lah penyebab Zaky melirik wanita lain.

"Karena dari awal kita menikah, saya selalu menuruti dan menerima semua kemauan kamu tanpa bantahan." Lanjut Kiran.

Zaky terdiam, sebenarnya ia hanya merasa bosan dan semakin lama pernikahannya terasa hambar, jadilah dia bingung apa kesalahan besar Kiran hingga ia bisa berpaling dengan gampang. Apa hanya karena ia terbiasa melihat istrinya setiap hari dengan tampilan normal ala ibu rumah tangga yang tak lagi menggoda seperti awal menikah bisa disebut sebagai kesalahan fatal.

Karena selebihnya Kiran memang sempurna sebagai istri, Kiran bersedia menemaninya saat awal merintis karir dengan rela merubah penampilan dan gaya hidup demi dirinya, tak pernah berkeluh kesah saat harus hidup sederhana berdua sampai akhirnya dia di percaya untuk memimpin sebagai kepala cabang.  Kiran bahkan tetap setia tampil sederhana, tanpa banyak tuntutan.

Melayani semua kebutuhannya, meski setahun belakangan hubungannya terasa tak nyaman karena ia telah berani bermain api, bukan lagi membagi hati, ia bahkan menyerahkan hampir seluruh perasaannya kepada Adelina. Walau begitu saat butuh pelepasan, Kiran tetap melayani dengan baik. Ah iya, dia ingat anak, anaklah kesalahan  Kiran.

"Aku tidak mau ngomong ini sebenarnya Kiran, tapi karena kamu meminta maka terpaksa aku ucapkan. Mau tahu salah kamu apa? Anak, iya anak. Kamu tak bisa memberi aku keturunan Kiran, kamu tahu kan betapa pentingnya anak dalam rumah tangga? Namun kamu tak bisa menghadirkan itu, jadi itulah kesalahan kamu hingga aku memutuskan mencintai orang lain, dan orang lain itu adalah." Zaky menatap penuh kasih ke wanita di sampingnya, ia menjawab pertanyaan Kiran dengan percaya diri, Zaky yakin Kiran tak akan berkutik saat mendengarnya.

Namun sayangnya alih-alih terdiam, Kiran malah tertawa kecil, tawa yang terdengar dibuat-buat, sengaja untuk mengejek jawaban Zaky yang terdengar tak masuk akal barusan.

"Alasan yang terlalu dipaksa Zak, karena masalah anak itu kuasa Tuhan, kamu sama saja menyalahkan Tuhan bukan saya. Dan tak pantas juga kamu hanya menyalahkan saya, anak tak akan hadir jika saya berusaha sendirian, harus ada dua orang berbeda jenis kelamin bekerjasama untuk menghadirkannya. Apa perlu saya ingatkan jika kamu selalu menolak setiap kali saya ajak konsultasi ke dokter kandungan. Kenapa? Apa kamu takut kalau ternyata kamulah yang mandul?" Kiran sengaja menyebut kata itu, ia ingin membalas Zaky yang menyebutnya mandul di salah satu percakapan WA-nya kepada Adelina.

Zaky terkesiap menyadari kebodohannya. Entah kenapa hari ini otaknya tidak bisa bekerja dengan baik. Padahal biasanya ia sangat lancar berkata-kata bahkan berdebat sekalipun. Tapi hari ini semua kemampuannya seolah hilang entah ke mana.

"Dan asal kamu tahu, saya sudah cek ke dokter kandungan, hasilnya rahim saya sehat dan subur." Lanjut Kiran telak sambil mengeluarkan amplop putih berlogo rumah sakit ibu dan dan anak yang berisi  hasil pemeriksaan rahimnya.

Meletakkan dengan kasar ke hadapan mereka. Pasangan itu terdiam. Adelina yang sadar diri dan Zaky yang lupa akan sifat Kiran sebenarnya tersadar. Di matanya Kiran adalah sosok yang penurut, lembut dan tak pernah membantah, hingga ia merasa yakin bahwa Kiran sudah berubah. Padahal tidak, sifat alaminya itu hanya ditekan Kiran demi membahagiakan suaminya.

"Sifat keras kepala dan melawan ini juga yang tak aku suka dari kamu Kiran, membuat aku merasa kamu dom-"

"Gak usah playing victim Zak. Selama kita menikah tak sekalipun saya gak menuruti semua permintaan kamu, baru hari ini saya melakukan ini, itupun bukan tanpa alasan. Kamu tahu kan apa alasannya?" Sanggah Kiran memutus omongan tak masuk akal Zaky.

"Saya sudah baca semua WA mesra kalian berdua. Semuanya." Kiran sengaja menekankan kata itu.

"Apa yang kamu rasakan saat menjelek-jelekkan istri kamu hampir di setiap perbincangan, kepada selingkuhan kamu ini Zaky? Seburuk itukah saya di mata kamu, sehingga pantas di hina oleh kalian berdua? Sesempurna apa kalian sehingga merasa layak merendahkan saya?" Sesal Kiran dengan nada gusar.

Air mata mulai menggenang, namun segera Kiran normalkan perasaannya. Tak boleh air matanya tumpah di hadapan pasangan tak tahu malu ini.

"Memang sejauh apa sih hubungan kalian? Mengingat 'kemandulan' saya yang jadi alasan kalian atau kamu Zak memulai hubungan ini? Hubungan pacaran ala anak remaja apa hubungan suami istri ala orang dewasa?" Tanya Kiran tanpa basa basi.

"Mbak Kiran-"

"Cukup Kiran, hubungan kami tak serendah yang kamu pikir, Adel itu wanita baik." Bantah Zaky tetap membela diri.

"Wah, manis banget pacar idaman kamu ini Del. Belain kamu terus dari tadi." Sarkas Kiran.

"Memangnya menjalin hubungan dengan suami orang itu ciri wanita baik ya, selingkuh itu bukan perbuatan tercela ya, wah baru tau saya. Sejak kapan pola pikir masyarakat kita berubah, kelamaan ngurusin rumah tangga, suami dan dapur bikin saya jadi kurang pergaulan sepertinya." Lanjut Kiran sok polos.

Melihat kebungkaman pasangan di depannya, ia meminum es jeruk kelapa muda di depannya. Terlalu banyak bicara membuat tenggorokannya terasa kering, ia butuh air. Sedang minuman yang sudah ia pesankan buat pasangan itu bahkan belum di sentuh sama sekali.

Kiran menikmati cemilan yang sudah mendingin di depannya. Satu mangkuk ukuran sedang berisi keripik singkong bertabur bumbu balado.

"Eh, kok jadi diam-diaman begini. Ayo di minum itu minumannya, harus di habiskan. Jangan di biasakan buang-buang makanan. Lagian baru kali ini kan kalian lihat istri sah mentraktir suami dan selingkuhannya untuk diminum. Biasanya buat disiram ke muka atau ke kepala pasangan yang berselingkuh."

"Kiran, aku tahu kami salah. Tapi setahun bersama Adel buat aku merasa lebih bahagia, ditambah dengan pertemuan kita malam ini. Membuat aku semakin yakin dengan keputusan ku, maaf aku lebih memilih bersama Adel di banding kamu." Tegas Zaky sambil menatap lembut Adelina penuh cinta.

Sedang yang di tatap terkejut tak menyangka jika pria pujaan hatinya ini memilih dia ketimbang istrinya, wanita yang sangat cantik yang duduk di depannya. Bolehkah ia berbangga.

_____________________________

Double up, karena minggu lalu aku kelupaan post cerita ini.

Semoga suka. 😊

Kesempatan KeduaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin