Bab 20 : Masa yang berbeda

16.8K 1.4K 23
                                    

"Gimana dek, udah ada yang nanggapin lamarannya?" Tanya Danu saat ia melewati kamar adiknya yang pintunya terbuka

"Belum mas, udah mau 4 bulan sejak aku wisuda masih gak ada yang nerima." Terdengar helaan berat Kiran.

"Tetep semangat dek, nanti ada aja rejekinya ketemu kerjaan yang tepat." Danu menyemangati adiknya yang sedang sibuk mengetik surat lamaran di laptopnya.

"Itu lamaran buat kemana?" Lanjutnya.

"Kemana-mana mas, pokoknya yang ada lowongan buat jurusan akuntansi atau semua jurusan." Jawab Kiran sambil mengalihkan fokus ke laptopnya.

"Ada lowongan gak di kantor mas?" Tanya Kiran.

"Ada tapi buat sarjana hukum. Lagi cari Legal Officer. Untuk auditor belum."

Kiran tersenyum, lalu menatap masnya. "Doain aku bisa cepet dapat kerja ya mas. Ntar gaji pertama aku traktir ayah, ibu dan mas makan enak."

Danu tersenyum sambil mengangguk kepala lalu mengelus kan tangannya ke kepala adik cantiknya itu.

Sudah empat bulan berlalu sejak peristiwa makan siang setelah wisuda yang canggung itu. Semenjak itu Zaky sudah tak pernah menganggu hidupnya lagi. Ia lega karena kali ini semua usahanya berhasil. Membuang pria itu dari kehidupan nya.

Empat bulan juga berlalu sejak Kiran bertemu dengan Rizal. Beberapa kali Kiran mencoba mengirim BBM ke lelaki itu namun ditanggapi dengan dingin. Kiran tak tahu apa salahnya hingga dijauhi Rizal seperti ini. Ia kira setelah menepis ucapan cinta Rizal, lelaki itu akan sadar atas rasa suka sesaatnya dan kembali mau berteman akrab dengannya. Sayangnya dugaan Kiran salah kali ini.

Ada rasa kosong dalam dirinya, karena Rizal ibarat oase yang menawarkan pertemanan tulus untuknya. Tapi ungkapan 'tak ada pertemanan tulus antara lelaki dan perempuan' itu ternyata benar adanya. Benar dalam arti menimpa dirinya, entahlah dengan perempuan lain.

Kini Kiran hanya fokus untuk mencari pekerjaan. Ini merupakan langkah baru di hidupnya, Karena dulu setelah wisuda ia disibukkan dengan lamaran dan urusan pernikahan. Ia dilarang bekerja oleh Zaky.

Kiran menge print surat lamaran yang sudah dibuatnya lalu menyusun dan memasukkan nya ke dalam amplop. Ia berdoa, semoga kali ini usahanya membuahkan hasil.

****

Kiran saat ini sedang berdiri gelisah sambil terus merapikan pakaiannya. Blus biru muda lengan panjang dipadukan rok span hitam selutut dan sepatu heels 5 cm. Rambutnya yang biasa terurai kini diikat ekor kuda rapi.

"Pelamar no urut 20-25 silahkan masuk."

Panggilan lantang itu menyadarkan Kiran dari lamunannya. Pelan dia menggerakkan kaki mengikuti pelamar lain yang disebut nomor nya untuk masuk keruang wawancara, Kiran pelamar nomor 23.

Kelima pelamar itu duduk terpisah dengan pewawancara masing-masing. Suasana ruangan tampak sunyi dan tegang, bahkan suara nafas pelan saja terdengar sangking sunyinya.

Dihadapan Kiran saat ini seorang wanita yang Kiran duga usianya 40an. Wanita itu tampak sedang membaca isi berkas lamaran Kiran.

"Kirani Griyaswara, fresh graduate, salah satu lulusan terbaik dengan IPK tinggi. Kenapa melamar kerja disini?"

"Karena saya ingin bekerja, menjadi bagian dari perusahaan ini dan mempunyai penghasilan sendiri Bu."

Kening ibu itu berkerut, karena hampir semua pelamar yang ia tanya hari ini menjawab untuk mengasah kemampuan atau mencari pengalaman. Baru Kiran yang menjawab seperti ini.

"Kamu tidak ingin mengasah kemampuan kamu atau mencari pengalaman, pelamar lain hampir semuanya menjawab seperti ini?"

"Butuh Bu, tapi saya pribadi butuh diterima bekerja dulu baru mencari pengalaman. Karena saya kan baru lulus." Jawab Kiran jujur.

Kening ibu pewawancara itu sedikit berkerut saat mendengar jawaban Kiran barusan.

"Apa yang kamu tahu tentang perusahaan yang kamu lamar ini?"

"Sebelumnya saya hanya mendapat sedikit informasi umum mengenai perusahaan ini. Yang saya tangkap ini perusahaan perkebunan dan pengolahan sawit Bu yang memiliki beberapa cabang pabrik, antara lain pabrik minyak makan dan mentega, pabrik sabun mandi dan kosmetik."

"Kamu melamar untuk auditor kantor, kenapa tidak memilih jadi akuntan pabrik padahal peluang disana lebih besar?"

"Karena lokasi pabriknya agak jauh dari tempat tinggal saya Bu."

"Kamu tahu jawaban kamu ini bisa mengurangi nilai tes wawancara kamu?"

Kiran mengangguk lalu tersenyum tipis sebelum menjawab.

"Gak apa Bu, yang penting saya jujur bukan dibuat-buat demi bisa diterima."

"Sudah tau apa saja pekerjaan auditor kantor?"

"Sudah dari deskripsi lowongan kerja dan saya cari tahu sedikit di internet."

Kening Ibu pewawancara kembali berkerut mendengar jawaban pelamar nya kali ini. Kiran menjawab semua pertanyaannya dengan apa adanya. Ia bukan cenayang yang bisa menduga, tapi ia bisa merasakan kejujuran gadis didepannya itu.

"Berapa jumlah gaji yang kamu harapkan jika diterima bekerja disini?"

Kiran bingung, ia tak tahu harus menjawab apa kali ini, karena ia belum pernah bekerja sebelumnya, jadi tak tau berapa kisaran UMR seorang auditor kantor di kota ini mana ia tak pernah mencari tahu pula sebelumnya.

"Saya tidak berani berharap tinggi Bu, soalnya saya belum berpengalaman dan masih harus belajar. Biar perusahaan saja yang menilai pekerjaan saya pantas dibayar berapa. Karena saya rasa perusahaan ini pasti sudah ada standar gaji sesuai bagian pekerjaannya."

*****

Sebulan berlalu tanpa kabar setelah wawancara terakhir nya, Kiran akhirnya memutuskan membantu usaha rumah makan ibunya. Sebenarnya sang ibu sudah meminta Kiran untuk bekerja bersamanya saja mengurus rumah makan ini setelah lulus, tapi Kiran tolak. Ia ingin mandiri dulu, merasakan gaji dari hasil susah payah melamar kerja kesana kemari. Jadilah ia sekedar membantu saja disana sambil menunggu panggilan kerja dari sekian banyak lamaran yang ia kirim.

Mungkin jika Kiran menikah nanti baru ia akan beralih kerja membantu usaha ibunya. Sekarang Kiran butuh pengalaman menjadi bawahan di perusahaan orang.

Rumah makan yang ibu bangun cukup besar. Dengan empat orang tukang masak, delapan orang pelayan. Sedang ibu jadi kasirnya. 'Warung Rakyat' sesuai namanya rumah makan ibu di isi dengan segala macam makanan rumahan dengan kualitas terjamin, rasa yang enak dan harga yang terjangkau. Itulah yang membuat rumah makan ini ramai pelanggan dan bisa terus berkembang.

Lokasi 'Warung Rakyat' yang cukup strategis, dekat dengan gedung perkantoran, sekolah dan salah satu universitas juga salah satu keuntungan nya. Karena itu ibu sayang melepas rumah makan ini, walau sudah beberapa kali rumah makan besar berniat membeli nya dengan harga tinggi.

*****

Gak ada Zaky sama Rizal di sini, jadi adem ayem cerita di part ini. 😊


Kesempatan KeduaWhere stories live. Discover now