Bab 21 : Hari pertama

15.7K 1.4K 34
                                    

Selamat membaca

*****************

Setelah lima bulan menunggu akhirnya ada satu perusahaan yang tertarik memperkerjakan nya. Kiran bersyukur ia akhirnya diberi kesempatan untuk menikmati hidup barunya.

Saat ini ia dengan pakaian hitam putih khas karyawan baru sedang mendengarkan penjelasan salah satu pria yang sedang berbicara di depan ruangan, mengenalkan tentang profil perusahaan. Ia sedang dalam masa training, jadi sebulan ini dia hanya dapat uang harian, karena belum aktif bekerja.

Sebulan masa training terlewati tanpa terasa, Kiran merasa beruntung bisa masuk ke perusahaan ini, dari ratusan pelamar ia dan 19 orang lainnya bisa diterima bekerja disini.

Hari pertama selalu menjadi hari yang mendebarkan. Dengan langkah pasti Kiran mengetuk ruang HRD untuk melaporkan kedatangannya.

Tok.. tok.. tok..

"Masuk."

Kiran membuka pintu dan melangkahkan kakinya yang terasa bergetar gugup ke dalam ruangan.

"Selamat pagi pak, saya karyawan yang baru selesai training, mau melaporkan kedatangan."

"Duduk."

Kiran lalu menyerahkan berkas yang ia siapkan kepada manager HRD di sini. Berkas tersebut segera di ambil pria dengan papan nama Bakti Purwa itu, lalu dilihatnya dengan seksama. Setelah membolak-balikan berkas yang terdiri dari dua lembar itu, ia menekan nomor di telepon kantor nya.

"Panggil Afri kesini." Perintah pak Bakti kepada seseorang di seberang sana.

"Kirani, nama saya Bakti, manager HRD di sini, kamu bisa panggil saya pak Bakti, sama dengan yang lain. Sebentar lagi ada karyawan di sini yang akan membimbing dan mengarahkan kamu."

Tok.. tok.. tok..

"Masuk Afri."

"Bapak memanggil saya?" Tanya seseorang yang baru masuk itu sambil terus melangkah mendekati meja.

Suara yang tak asing itu membuat Kiran kaget namun enggan membalikkan badannya yang duduk membelakangi pintu masuk.

"Afri, ini ada anak baru bagian auditor kantor. Kamu juga bagian itu kan, jadi saya mau kamu membimbing dan mengarahkan nya."

Tak lama orang yang dipanggil Afri itu langsung menoleh ke sampingnya, dan dia terkejut karena mengenal gadis yang sedang duduk itu.

"Kirani, kenalkan ini Afrizal. Dia bisa dikatakan senior kamu, walau baru masuk enam bulan lalu. Dia salah satu mahasiswa terbaik rekomendasi dosen nya sehingga bisa masuk tanpa harus ikut pembukaan lowongan resmi ke perusahaan ini seperti kamu dan yang lainnya, begitu dia lulus."

Penjelasan pak Bakti, nyatanya tak mengalihkan kegugupan Kiran atas pandangan lekat lelaki yang berdiri disampingnya itu.

"Iya.."

"Saya sudah kenal pak, dia teman sekampus saya, apa kabar Kiran?" Lelaki itu mengulurkan tangan.

"Baik Zal." Kiran membalas uluran tangan itu dan menjabat cepat.

"Baguslah kalau kalian sudah saling kenal, jadi mungkin Afri bisa lebih mudah menjelaskan semua kewajiban, tanggung jawab dan hak kamu selama bekerja di sini. Tak usah membuang waktu, kalian boleh mulai sekarang." Perintah pak Bakti.

"Baik pak." Jawab keduanya serempak, lalu keluar dari ruangan itu.

Kiran berjalan membelakangi Rizal, ia mengikuti langkah lelaki di depannya dengan canggung. Mengingat terakhir kali mereka bertemu, ada masalah yang tak terselesaikan. Dan Rizal memutuskan untuk menjauhinya karena itu. Kiran pun mulai sadar diri dan menjaga jarak agar tak terperangkap lagi ke kisah pertemanan yang tak tulus.

"Jadi gak nyangka ya kita bertemu lagi jadi rekan sekantor." Ucap Rizal memecah kebisuan diantara mereka.

"Iya ya, kamu hebat juga bisa langsung kerja kesini. Direkomendasi dosen lagi." Puji Kiran tulus.

"Ada manfaatnya juga, sifat suka tebar pesona aku, sampe-sampe Bu Ani mau bantuin aku kerja di sini tanpa aku minta." Canda Rizal, karena menurut nya ia tak pernah tebar pesona ke siapapun.

"Jangan bilang Bu Ani juga pernah kamu gebet Zal. Atau jangan jangan kamu dan Bu Ani pacaran?" Terka Kiran.

"Sembarangan kamu, ya gak mungkinlah. Lagian aku gak pernah gebetin siapa-siapa kok. Yah mau gimana lagi coba, punya tampang di atas rata-rata dan sikap yang baik dan ramah dalam artian biasa aja ke mereka, sering disalahartikan sama cewek-cewek itu." Rizal membela diri.

"Itu yang bahaya Zal, lagian sifat ramah dan baik hati dengan gaya kamu itu sama dengan PHP level akut. Kasian entar yang jadi pacar atau istri kamu harus nahan cemburu liat gaya kamu yang suka tebar pesona itu." Ujar Kiran.

"Aduh.." pekik pelan Kiran saat tubuhnya menabrak bagian belakang tubuh Rizal yang berhenti mendadak.

"Harusnya pacar atau istri aku bangga dong liat kebaikan aku yang istimewa."

"Sama aja kamu sama Zaky, apa semua laki-laki sok kecakepen gitu ya sifatnya." Gerutu Kiran.

"Coba dibalik, kalau istri atau pacar kamu tukang tebar pesona hingga kesannya caper ke cowok lain dan mereka itu malah bangga dengan sifatnya, perasaan kamu gimana? Kalo biasa aja atau ikutan bangga. Aku gak tau harus ngomong apa lagi. Karena setau aku, gak ada cewek atau cowok yang biasa aja atau malah bangga digituin. Dan aku gak mau dapat lelaki seperti itu, karena bakalan sering makan hati nahan cemburu." Jelas Kiran sambil menatap balik lelaki di depannya yang sekarang membalikkan badan menatapnya.

"Betul itu. Jangan mau di kadalin sama cowok tukang PHP dan tebar pesona kayak Rizal."

Suara itu membuat mereka sadar dan menoleh ke samping mereka, arah asal suara.

"Kenalin saya, Beni, boleh panggil mas atau Abang tapi jangan bapak, kita cuma beda beberapa tahun doang kok. Kamu Kirani kan pegawai baru?" Beni mengulurkan tanganya yang langsung dibalas Kiran.

"Iya mas, saya Kirani." Balasnya.

"Kelihatannya kalian cukup dekat ya, soalnya manggil pake aku kamu."

"Iya mas, kami temen seangkatan dan sejurus. Makanya sudah saling kenal." Jawab Kiran.

"Tapi belum pernah saya denger Rizal bicara dengan orang lain pakai panggilan ak.."

"Udah ah mas, anak barunya mau masuk. Mau kenalan dengan yang lain juga." Potong Rizal lalu mempersilakan Kiran masuk ke ruangan khusus auditor kantor.

****

Hari pertama berlalu cukup cepat, begitu masuk Kiran berkenalan dengan karyawan lainnya. Di ruangan ini terdiri dari 5 karyawan, 6 bersama Kiran. Tiga lelaki dan tiga perempuan. Rizal dan Kiran merupakan anak baru disini. Tapi Rizal terlihat sangat akrab dengan para senior nya.

Kiran tersenyum melihat kerjaan pertamanya, masih belum banyak, tapi cukup membuatnya kewalahan, karena baru menyesuaikan diri. Meskipun begitu ia senang karena ini pertama kalinya dalam hidupnya ia bekerja.

*****

Bersambung

Kesempatan KeduaМесто, где живут истории. Откройте их для себя