Bab 23 : Berjumpa kembali

15.1K 1.3K 46
                                    

Selamat membaca.

*************

Tiga hari yang menyebalkan akhirnya berlalu, hari ini Kiran kembali bekerja di kantor pusat. Membuat laporan hasil pemeriksaan keuangan nya. Kenapa menyebalkan, karena Rizal tak henti menghubunginya. Lelaki itu semakin bersikap aneh sejak kedatangan Kiran di kantor ini.

Namun, begitu kembali bekerja di sini lelaki itu malah hilang entah ke mana, Kiran penasaran tapi enggan untuk menghubungi nya duluan. Ia gengsi, takut lelaki itu terbawa perasaan seperti sebelumnya dan ia juga takut ikut terbawa perasaan karena memang perlakuan Rizal belakang ini agak berlebihan padanya, hingga membuat jantungnya bekerja lebih keras dari sebelumnya.

Dan buruk nya lagi Rizal selalu menghubungi nya saat ia berkumpul bersama dua senior bagian pengawasan itu. Entah itu berkumpul saat sarapan, makan siang dan makan malam bersama atau saat mereka sedang berdiskusi mengenai temuan masing-masing.

Sontak saja kejadian itu membuat dua orang pegawai senior di kantornya jadi penasaran dan curiga akan kedekatan mereka. Beruntung kedua seniornya itu laki-laki jadi tidak doyan bergosip. Kiran hanya bisa tersenyum dan menjelaskan bahwa mereka teman seangkatan dan sejurusan saat kuliah dulu.

"Hei.. kok melamun. Kesepian ya di tinggal Rizal?" Bang Beni menepuk pelan pundak Kiran yang terlihat melamun tadi.

"E...eh.. saya melamun ya." Kaget Kiran sambil berucap pelan.

"Iya me..la..mun, kenapa kangen Rizal? Kasian, kamu datang Rizal nya malah ditugaskan keluar kota tiga hari, yang sabar ya." Ucap bang Beni sambil duduk di depan meja kerjanya.

Kiran kaget, "Rizal kok gak ngabarin aku ya." Bisiknya bertanya kepada dirinya sendiri dengan suara lirih.

"Eh iya, laporan kamu udah ditungguin pak bos, cepetan diantar." lanjut bang Beni.

Kiran segera beranjak pergi sambil membawa dua berkas laporan hasil audit nya tiga hari lalu, ia sudah tiga kali mengecek isi laptop itu agar tidak ada salah data dan typo.

*****

"Adek.."

Terdengar panggilan suara pria tak asing yang sangat tak ingin ditemuinya itu. Sebenarnya ingin ia abaikan dengan pura-pura tak mendengar lagipula dia tak menyebut namanya.

"Dek Kiran." Lelaki itu sedikit berlari mengejar nya.

Jika saat ini ia sedang tak bersama Sari, salah satu teman sedivisi yang menegurnya saat mendengar panggilan namanya tadi, ia akan berjalan cepat menjauhi suara itu. Entah dosa apa dia hari ini hingga diharuskan bertemu dengan lelaki ini.

"Oh, hai." Balas Kiran acuh.

Zaky tersenyum kecut, ia pikir Kiran sudah melupakan dan berdamai dengan kejadian dulu. Mereka juga sudah putus, jadi tak bisakah Kiran menyambutnya dengan baik, layaknya teman.

"Lagi ngapain disini, eh adek sama siapa?" Zaky tetap berbasa basi sambil menampilkan senyum ramahnya.

Kiran mendengus, benaknya berkata, "ternyata lagi modus mau deketin Sari, ckk." Memang Sari gadis yang cukup manis, kulitnya kecoklatan dengan dua lesung pipi menyembul saat sedang tersenyum maupun tertawa. Yah, sekalinya buaya tetap saja buaya.

"Saya Sari temen se kantor Kiran." Sapa gadis di sampingnya dengan senyum manis, walaupun Zaky tak bertanya.

Mungkin Sari menduga lelaki ini kakaknya karena memanggil dia adik tadi. Cihh adik, Kiran lalu merinding mengingatnya.

"Kami udah mau pulang, yuk mbak Sari." Ajak Kiran enggan berlama-lama bertemu lelaki itu.

"Eh baru juga sampai belum duduk dan pesan makan, kok jadi pulang." Protes Sari.

Mereka saat ini sedang berada dalam salah satu restoran ketika Sari mengajak Kiran makan siang bersama tadi. Namun siapa sangka begitu melangkahkan kaki memasuki restoran ini, Zaky langsung berteriak memanggil namanya tanpa malu. Padahal sedang ramai pengunjung di sini.

Kiran mendelik tak suka pada seniornya ini. Sepertinya Sari sudah terkena pesona buaya itu, Ahh sudahlah Kiran enggan ikut campur, biar mereka nanti yang memutuskan mau jadi apa. Dia tak peduli. Ditambah juga ia semakin tak punya alasan untuk mengabaikan mantannya itu.

"Kebetulan mas makan sendirian nih duduk sama-sama aja yuk." Zaky seakan tak peduli dengan tatapan malas dan sikap acuh Kiran.

Jujur saja, tampilan Kiran dengan seragam kerja hari ini terlihat sangat berbeda, Kiran tampak cantik dan dewasa. Blus katun lengan pendek berwarna hitam dengan kombinasi warna coklat muda dengan bawahan rok span coklat muda selutut terlihat pas membungkus tubuh Kiran. Rambut Kiran yang dulunya sebahu kini sudah lebih panjang. Kiran benar-benar berubah, membuatnya terlihat semakin terpesona.

Zaky menyesal menjadi bajingan saat masih berpacaran dengan Kiran dulu, dia lupa serapat apapun bangkai ditutupi tetap saja baunya pasti tercium. Seaman-amannya ia bermain belakang, pasti akan terbongkar juga. Yang tersisa hanya tinggal penyesalan dan kata seandainya.

"Tidak us.."

"Boleh yuk, kasian masnya makan sendirian lagian udah gak ada meja yang kosong nih." Sari memotong ucapan Kiran dengan suara yang lebih besar.

Ckk, Kiran menyesal menyetujui ajakan Sari tadi, ia tak menduga seniornya ini ternyata ganjen juga. Kiran berjanji dalam hati tak akan mengiyakan ajakan seniornya itu lain kali. Niat awal ingin membangun kedekatan dengan sesama karyawan wanita selama Rizal pergi, malah berakhir menyebalkan seperti ini.

Yah sejak awal kerja Rizal selalu berada di sekitar Kiran, hingga tak ada karyawan perempuan yang mendekatinya dan Kiran pun sulit menjalin keakraban dengan rekan sesama jenis nya. Selama beberapa bulan ia bekerja hanya Rizal dan bang Beni yang sering menyapa dan mengobrol dengannya. Mengingat Rizal ia ingat ingin menghubungi lelaki itu, tapi tidak sekarang, mungkin nanti malam.

Suasana di meja itu hanya dipenuhi obrolan dari dua orang. Kiran hanya sibuk menghabiskan makanannya sambil memainkan hp, yah Kiran sudah mengganti BlackBerry nya dengan hp berlogo apel digigit yang ia beli dari uang gajinya.

Zaky sebenarnya jengah dengan sikap sok akrab teman Kiran, niatnya mengajak duduk bergabung karena ingin mengobrol dengan mantan pacarnya itu. Pertemuan mereka beberapa bulan lalu berjalan sangat buruk, mereka yang berselisih saat Zaky ingin melamarnya, bertengkar saat dia sedang makan dengan Adel dan saat wisuda gadis itu.

Ia ingin berbicara baik-baik kali ini dengan Kiran, meluruskan kesalahpahaman dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh kepada gadis itu. Gadis yang menggangu pikiran nya setelah lamaran gagal itu. Kembali Zaky mengutuk dirinya yang bajingan saat itu.

Namun melihat teman Kiran yang sepertinya tak terganggu dengan tanggapan biasa Zaky padanya, membuatnya harus memutar otak memulai pembicaraan dengan gadis cantik di depannya itu. Ini bisa jadi kesempatan terakhir nya bisa bertemu dengan Kiran tanpa sengaja. Karena gadis itu telah memblokir nomor ponselnya.

Kesempatan KeduaWhere stories live. Discover now