Bab 5 : Kejutan

27.1K 1.9K 35
                                    

Kiran menunduk, menatap cemilan dengan pikiran yang mendadak kosong, nafsu makannya pun ikut menghilang. Jadi nyatanya ia telah kalah. Penegasan Zaky atas keputusan hatinya membuat luka menganga di hati Kiran tergores lebih dahsyat lagi.

Sesakit inikah tak dipilih, di tinggalkan demi orang lain. Topeng wajah yang di pertahankan Kiran perlahan retak, air matanya berlomba-lomba ingin keluar, walau sudah sekuat tenaga ia tahan.

'Tidak, aku mohon jangan keluar,' pinta Kiran dalam hati.

Ia tak ingin terlihat terpuruk di hadapan pasangan ini. Ijinkan ia menyelesaikan drama kehidupannya malam ini dengan baik. Dengan mengumpulkan sedikit kekuatan yang tersisa, ia harus mengakhiri tugasnya, karena keputusan sudah di ambil dan ia tak akan menganggu gugat keputusan itu, apalagi memaksa untuk merubahnya. Jadilah ia hanya bisa menerima dengan perasaan tak menentu.

"Jadi itu keputusan kamu? Oke, aku hormati dan terima itu, tapi ijinkan aku untuk terakhir kalinya bilang kalau berkat malam ini, aku merasa menyesal mengenal kamu, amat sangat menyesal. Terjebak perasaan dan pernikahan dengan kamu adalah kesalahan terbesar di hidupku. Silahkan lanjutkan hubungan asmara kalian berdua. Selamat." Kiran menarik nafasnya karena suaranya mulai bergetar.

Pertanda ia di titik akhir pertahanan dirinya, kata saya yang ia ucapkan pun sudah berubah menjadi aku karena kali ini ia sudah hampir di batas kesadarannya. Dua tahun berdekatan dan lima tahun menikah bukan waktu sebentar untuk menghapus perasaan. Sebenci, sekesal dan semarah apapun dirinya pada Zaky, nyatanya ia masih memiliki rasa sayang dan cinta. Walau akhirnya harus terluka seperti ini.

"Aku yakin akan ada balasan atas perbuatan kalian, di tunggu saja. Bagaimana pun hubungan yang di mulai dengan cara tercela tak akan berakhir dengan bahagia, apalagi bahagia selamanya, itu hanya dongeng. Segera urus perceraian kita Zaky, aku juga ingin segera terbebas dari kamu. Terakhir maaf, aku belum bisa memaafkan kalian, entah sampai kapan. Selamat tinggal dan semoga kita selamanya tak pernah bertemu lagi. Eh iya, selamat menikmati karma awal kalian." Kiran berdiri meninggalkan mereka bergerak menuju meja yang terletak dua meja di depan mereka.

Kiran menghampiri dan memeluk pasangan itu. Perlahan keringat dingin mengalir di dahi dan tubuh Zaky, tubuhnya seketika terasa kaku melihat postur tak asing pasangan yang
memeluk Kiran itu.

"Maafin Kiran Mah, Pah. Kiran tidak berhasil membuat anak kalian sadar dan memilih Kiran, Kiran pamit." Kiran memeluk pria dan wanita paruh baya tersebut bergantian.

"Maafin anak Mamah ya sayang. Mamah tak menyangka Zaky bisa seperti ini." Ucap Helena, Mamah Zaky sedih saat memeluk Kiran.

"Kamu sudah bener Kiran, sekarang biar urusan Zaky Papah yang tangani. Kamu harus bahagia, hanya itu harapan Papah. Jaga diri kamu baik-baik ya." Giliran Agus, Papah Zaky berucap saat memeluk Kiran.

Tangan kedua orang tua itu menghapus air mata yang mengalir di pipi menantu yang akan jadi mantan menantunya bergantian. Tak di pungkiri ada sedikit harapan jika Zaky tadi memilihnya, sadar akan kesalahannya berselingkuh, menyesal, meminta maaf karena telah mengkhianati pernikahan mereka lalu berjanji memperbaiki diri.

Dia bahkan sempat berkhayal sebelum sampai tadi, jika Zaky menyesal, membujuk dirinya agar kembali menjalani pernikahan mereka, namun itu semua hanya angan semu, harapan Kiran ternyata langsung di hempas kenyataan pahit.

Kiran membalikkan tubuhnya sambil terus melangkah, meninggalkan semua luka, sakit dan perih yang ada di belakangnya. Kini saatnya ia melanjutkan hidup. Kiran melangkah memasuki mobilnya. Di dalamnya sudah terdapat tiga koper besar serta beberapa tas kecil berisi pakaian, perhiasan dan perlengkapan penting milikinya.

Sejak sore ia sudah menyiapkan itu guna menghadapi kemungkinan terburuk. Dan nyatanya memang itulah takdir Tuhan atas dirinya. Pelan ia menghidupkan mesin, menjalankan mobil menuju rumah orangtuanya sambil mengingat apa yang ia lakukan siang tadi hingga berhasil membawa kedua orangtua Zaky. Jadi ia tak perlu berkata apapun lagi karena mereka sudah melihat dan mendengar langsung kenyataan tersebut dari mulut anak lelakinya sendiri.

Karena tak lama setelah Zaky berangkat Kiran langsung menelpon Ibu mertuanya agar menjadi saksi nasib rumah tangganya. Panggilan yang dijawab setelah dering ketiga.

"Halo sayang." Sapa Helena hangat seperti biasa.

"Halo Mah lagi ngapain, sibuk gak?"

"Kiran kenapa sayang kok suaranya serak begitu, kayak habis menangis, ada masalah?" Tanya Helena to the point.

Inilah salah satu keistimewaan ibu Zaky, peka dengan keadaan serta mempunyai insting yang tajam. Bahkan ia bisa mengetahui kondisi Kiran hanya dari suaranya saja.

Kiran tertawa sumbang mendengar pertanyaan ibunya Zaky, sudah ia duga ibu Zaky akan dengan cepat menangkap kejanggalan lawan bicaranya walau nada bicaranya hampir tak kentara.

"Kiran butuh bantuan Mamah dan Papah, nanti malam jam 8 Kiran tunggu Mamah dan Papah di kafe D'Rain ya. Semua sudah Kiran atur, Mamah dan Papah tinggal datang aja." Jelas Kiran tanpa basa-basi juga.

"Apa ini ada hubungannya dengan anniversary pernikahan kalian nak? Mamah dan Papah pasti datang." Jawab Helena antusias.

"Yah gitu deh Mah."

"Dari jawaban kamu barusan, entah kenapa Mamah merasa ada yang gak beres ya Kiran, apa ada sesuatu yang terjadi?"

Kiran menghela nafas kasar, tak ada gunanya juga ia menutupi masalah yang di hadapinya kali ini kepada ibu mertuanya.

"Kiran butuh kehadiran Mamah dan Papah untuk jadi saksi malam ini. Apapun yang terjadi Kiran harap Mamah dan Papah siap ya. Kiran gak bisa jelaskan sekarang, karena semua akan terjawab nanti. Biar Mamah dan Papah tidak bingung Kiran kirim sesuatu ya sebagai clue-nya."

"Iya Nak segera dikirim ya Mamah tunggu."

"Iya Mah."

Tut..

Sambungan telepon itupun terputus.

Pelan Kiran memilih gambar yang telah ia kirim dari ponsel Zaky tadi, gambar yang paling tepat menjelaskan masalah yang ada di antara mereka. Sambil berdoa agar orangtua Zaky kuat, Kiran mengirim 3 gambar screenshot yang berisi percakapan dan 2 gambar Zaky berpose mesra dengan Adelina.

Dan akhirnya kejadian di kafe malam ini sebagai hasil akhir dari usaha yang telah ia lakukan siang tadi.

Selepas peninggalan Kiran di kafe D'Rain itu, Zaky dan Adelina mengadapi kemurkaan orangtuanya. Tamparan keras dilayangkan Mamah Zaky ke pipi anak semata wayang dan selingkuhannya. Sungguh mereka kecewa, orangtuanya mana yang tak terluka melihat anaknya telah melakukan kesalahan fatal dalam pernikahannya, mereka merasa gagal mendidik anak yang selalu di banggakannya itu.

Zaky diseret paksa sang Ayah menuju rumahnya. Mobil Zaky dibawa oleh supir Ayahnya, sedang sang Ayah mengendarai mobilnya dengan Zaky duduk di belakang sembari tertunduk malu, sedang Adelina, di tinggalkan begitu saja setelah di permalukan, bahkan Zaky pun tak bisa melindungi wanita itu dari kemurkaan orangtuanya tadi. Ia terlalu kaget dengan kenyataan yang tiba-tiba itu.

Awalnya ia sudah menyusun rencana akan mengenalkan Adel setelah ia resmi bercerai, orangtuanya tak boleh tahu ia sudah berselingkuh, lagipula ia yakin Kiran bukan wanita pengadu. Tapi nyatanya perkiraannya salah besar, Kiran wanita cerdas, ia tak perlu berkata apapun kepada orangtuanya tapi langsung membawa mereka agar menjadi saksi akan kesalahannya.

Sedang Adelina yang ditinggal hanya bisa termenung dengan tatapan kosong. Pikiran buruknya langsung menjadi nyata, wajah memerah bekas tamparan ibunya Zaky, ditambah caci maki menghina di lontarkan oleh pengunjung kafe tersebut.

Beruntung kejadian ini tak di viralkan, sehingga ia tak harus menerima kecaman dari netizen yang akan menonton videonya itu nanti. Manajer kafe menghimbau pengunjung yang lain agar tak merekam dan mau kooperatif menjaga nama baik pengunjung lainnya serta nama baik kafe itu tentu saja.

Namun salah satu orang suruhan Kiran tetap merekam kejadian itu, di mana wajah Adelina terlihat jelas, sementara wajah orang tua Zaky tak tampak karena membelakangi kamera. Kiran sengaja mengabadikan momen itu untuk jaga-jaga, jika Adelina mulai bertindak macam-macam.

Kesempatan KeduaWhere stories live. Discover now