15.5

2.3K 284 20
                                    

He's Our Son?!

-

Chapter 15.5

.

.

.

.

.

Termenung, Jihoon kembali mengingat kenangan beberapa tahun lalu yang telah tersimpan di memori otaknya. Kenangan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Tidak diketahui ayahnya, apalagi ibunya. Dirinya merasa senang, namun juga sedikit sedih jika mengingat kenangan itu. Rasa senang karena di dalam kenangan itu dia dapat melihat ayahnya yang bahagia bersama Paman Namjoon. Dan rasa sedih karena dirinya hanya bisa melihat ayahnya 'bersama' dengan Paman Namjoon di kenangan itu. Di dunia yang lain. Di dunia paralel yang telah ia ciptakan.

Tapi dirinya puas. Dirinya cukup puas dan dia tidak memiliki penyesalan atas perjalanan waktu yang dia lakukan beberapa tahun yang lalu. Dirinya cukup puas meskipun dia tidak akan pernah bisa melihat kebahagian kedua ayahnya di dunia yang lain itu lagi. Tidak akan pernah bisa bertemu kembali dengan mereka. Tidak akan pernah bisa memanggil keduanya dengan sebutan 'Papa' dan 'Appa' lagi.

"Jihoon-ah, kau sudah siap?"

Jihoon tersentak dari pikirannya ketika ayahnya memanggil namanya. Jihoon menatap ayahnya itu yang tampak sudah rapi dan siap untuk berangkat. Mengangguk, Jihoon pun bangkit dari duduknya dan dengan sigap memakai tas ransel miliknya yang tadi tergeletak di sampingnya. Bocah berusia delapan tahun itu mendekati sang ayah.

"Ayo kita berangkat Jihoon-ah," ucap sang ayah sembari tersenyum.

.

.

.

.

.

"Hyung, sudah kubilang kau tidak perlu repot-repot datang ke sini setiap akhir pekan."

Yoongi menggeleng, "Siapa yang repot? Aku tidak repot. Lagi pula Jihoon juga menikmati setiap kami menghabiskan akhir pekan kami di apartemenmu, benar kan Jihoon-ah?" tanya Yoongi sambil tersenyum.

Jihoon mengangguk, "Ne Ayah," ucapnya singkat. Dia kemudian bergerak menatap Namjoon, "Paman tenang saja. Aku suka kok menghabiskan waktu di sini. Lagi pula kalau di sini aku jadi bisa bertanya tentang PRku ke Paman, kan!" ucap Jihoon sembari terkekeh kecil.

Yoongi mendelik ke arah putranya itu, "Ya. Memangnya Ayah setidak meyakinkan itu untuk mengecek PRmu, eoh?"

Jihoon hanya tertawa kikuk menanggapi Yoongi. Namjoon ikut tertawa melihat kelakuan ayah dan anak itu. Kelakuan keduanya benar-benar hiburan bagi Namjoon di akhir pekan memang.

.

.

.

.

.

Jihoon sedang sibuk menonton televisi di ruang tengah apartemen Paman Namjoon. Sedangkan paman dan ayahnya sendiri kini tengah berada di dapur. Sang ayah tengah sibuk memasak sedangkan Paman Namjoon sendiri hanya duduk menemaninya dari kursi rodanya. Kedua orang dewasa itu saling berbincang-bincang juga entah mengenai apa. Jihoon hanya dapat mendengar sayup-sayup suara keduanya. Meskipun demikian, Jihoon cukup senang melihatnya. Dia senang melihat ayahnya yang selalu dapat lebih ceria setiap kali mereka berkunjung ke apartemen Paman Namjoon. Dirinya senang menghabiskan akhir pekannya bersama sang ayah dan sang paman di sini.

Jihoon kembali memfokuskan pandangannya ke layar televisi. Namun melihat tontonan animasi yang terputar di layar, Jihoon jadi berpikir untuk tenggelam saja di dalam pikirannya sendiri. Bocah berusia delapan tahun itu kembali termenung. Mengingat-ingat beberapa kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu, usai dirinya keluar dari rumah sakit.

Kejadian yang paling Jihoon ingat adalah perpisahan antara ayah dan ibunya. Hmm, mungkin hal itu terjadi sekitar dua tahun yang lalu? Jihoon sendiri agak lupa. Yang pasti, dirinya mengingat bahwa setelah dia keluar dari rumah sakit, dirinya tidak menemukan sang ibu di dalam rumah. Ayahnya sendiri mulai mejelaskan secara perlahan kepada Jihoon mengenai situasi yang tengah terjadi. Jihoon sendiri waktu itu hanya mengangguk dan mencoba mengerti. Sebenarnya, dirinya sendiri tidak terlalu terkejut akan hal itu. Toh ibunya memang suka pergi keluar sesukanya.

Keabsenan sang ibu di dalam rumah akhirnya berujung dengan perceraian kedua orang tuanya. Ah, apa itu kata yang tepat?

Yang pasti, sekarang ayah dan ibunya sudah berpisah. Dan Jihoon tinggal bersama sang ayah. Ya, hak asuh atas dirinya jatuh kepada sang ayah. Sang ibu sendiri bahkan tidak berniat sedikit pun untuk merebut hak asuh atas dirinya. Hmm, Jihoon sendiri tidak terlalu sedih akan hal itu. Toh, jika disuruh memilih, Jihoon sendiri akan lebih memilih untuk tinggal bersama sang ayah. Ayahnya jauh lebih baik dalam segala hal. Dan Jihoon memang sangat menyukai sang ayah. Jadi hal tersebut tidak terlalu mengganggu pikiran Jihoon.

Hal lain yang terjadi beberapa tahun terakhir tentunya adalah kelumpuhan yang terjadi pada Paman Namjoon. Akibat kecelakaan yang menimpa Paman Namjoon waktu itu, sekarang sang paman tidak dapat menggunakan kedua kakinya lagi untuk berjalan. Sekarang pamannya itu harus menggunakan kursi roda. Jihoon selalu sedih jika mengingat betapa sendu wajah pamannya itu saat mengetahui kenyataan tersebut. Dirinya ada di sana bersama sang ayah dan juga beberapa paman lain yang merupakan sahabat dekat Paman Namjoon.

Kenyataan yang menimpa pamannya itu tidak dapat diterima secara langsung oleh sang paman. Jihoon ingat akan cerita ayahnya bahwa Paman Namjoon tengah mengalami waktu yang berat saat itu. Dan saat itu pula ayahnya harus membantu Paman Namjoon karena Paman Namjoon adalah orang yang sangat berharga bagi sang ayah. Jihoon sendiri tidak keberatan dan mengangguk saat sang ayah mengajaknya untuk mampir ke apartemen sang paman. Dan kebiasaan dari mampir itu berubah menjadi kebiasaan menginap. Yah meskipun kebiasaan menginap itu biasanya hanya terjadi di akhir pekan.

Tapi Jihoon tidak keberatan. Dia senang menghabiskan waktu bersama ayah dan pamannya.

Karena hal tersebut mengingatkan Jihoon akan kenangannya saat bersama sang 'Appa' dan 'Papa'. Meskipun kenyataannya sedikit berbeda di sini, di dunianya, tapi Jihoon tetap mensyukuri hal itu. Hmm... meskipun dirinya masih berharap. Berharap di dunia yang lain itu, papa dan appa-nya dapat hidup lebih bahagia. Dapat tersenyum dan menghabiskan waktu bersama dengan lebih baik. Lebih baik dari dunianya di sini.

.

.

.

.

.

to be continued

.

.

.

.

.

Author's note:

Cuplikan dari kehidupan di dunia yang lain~ semoga kalian tidak kebingungan :")

He's Our Son?!Where stories live. Discover now