PROLOG

161 14 9
                                    

Puluhan atau bahkan ratusan kelopak bunga sakura yang mekar tampak berjejal dan berdesakan di dahan-dahan pohon. Perpaduan warna putih dan merah muda pada beberapa jenis sakura yang tumbuh berdekatan dan mekar secara bersamaan menciptakan atu simphoni warna yang sangat menakjubkan.

Tak terkecuali bagi Jeanne Renata, seorang Polwan cantik dengan karir yang sangat cemerlang. Kala usianya belum genap 27 tahun, tetapi dengan prestasi berhasil mengungkap satu kejahatan cyber lintas Negara, dirinya mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) dari IPTU menjadi AKP.

Tak ingin menyia-nyiakan pemandangan yang tersaji, Jeeanne bergegas mengeluarkan kamera DSLR dari dalam tas punggungnya. Belum puas dengan bidikan kamera, setelah memastikan tali kamera terkalung dengan sempurna, Jeanne pun mengambil gawai keluaran terbaru dari kantung sakunya.

Andai saja bukan seorang anggota polisi yang memiliki aturan bahwa seluruh anggota dilarang menampulkan gaya hidup mewah termasuk berlibur ke luar negeri, ingin rasanya Jeanne membagikan swa fotonya di beberapa laman media sosial yang dimiliki. Mulutnya tak berhenti berdecak kagum dengan salah satu keindahan ciptaan Tuhan yang tak bisa selalu dinikmati. Namun setidaknya dalam liburan kali ini dirinya akan selalu dimanjakan dengan sakura yang bermekaran di hampir setiap sudut kota.

Jeanne tak pernah menduga jika melihat keindahan bunga sakura mekar secara langsung ternyata jauh lebih indah dan menakjubkan dibandingkan melihatnya dari layar televisi ataupun gambar-gambar yang bertebaran di dunia maya. Sebuah ketakjuban yang tanpa disadari justru membuat kewaspadaan menurun. Jeanne tak tahu ada seseorang yang mengawasinya dari kejauhan sejak gadis itu melangkah keluar dari Stasiun Tokyo.

Ketika Jeanne masih sibuk mengabadikan momen yang terbentang di depannya, sosok laki-laki asing itu berjalan cepat menuju ke arahnya. Tak ubahnya seekor harimau yang hendak memangsa hewan buruannya, langkah laki-laki itu tampak begitu tenang dan meyakinkan, membaur bersama orang-orang lain nan berlalu lalang di stasiun kereta termegah di jantung Kota Tokyo.

Hanya mata sang laki-laki yang terus mengawasi setiap gerak-gerik calon korbannya, sambil terus bergerak untuk mempersempit jarak yang terbentang di antara dirinya dan Jeanne. Kala polwan cantik itu sudah berada dalam jangkauan, kelengahan Jeanne yang membiarkan tas punggung tersampir begitu saja pada salah satu tangannya, dimanfaatkan dengan sangat baik oleh sang penjambret. Hanya dengan sekali sentakan saja tas punggung motif polkadot itu sudah berhasil direbut dari sang pemilik.

Tanpa membuang waktu sang penjambret itu bergegas berlari sekencang mungkin untuk melarikan diri sambil membawa hasil rampasannya. Jeanne yang tak pernah menduga akan menjadi korban penjambretan, ikut terjerembab kala tas punggung di bahu kanannya ditarik dengan kuat.

"Hei ... my bag!" pekik Jeanne ketika menyadari tas punggungnya telah berpindah tangan dengan waktu sekejap.

Beruntung sebagai salah satu anggota polisi, Jeanne sudah terbiasa bekerja dalam tekanan dan kondisi-kondisi yang sering di luar dugaan. Meski sempat tercekat, tetapi hal itu tak berlangsung lama. Kesadaran Jeanne bisa kembali pulih seiring adrenalin yang semakin terpacu dalam setiap aliran darahnya.

Polwan cantik itu segera berdiri dan menitipkan beberapa barang bawaannya ke gadis muda yang pergi bersamanya. Matanya nanar melihat ke sekitar, berharap sosok penjambret itu masih bisa terlihat. Tak perlu membuang waktu lagi, begitu sudut mata Jeanne menangkap bayangan sang penjambret berlari di kejauhan, langkahnya sigap untuk segera mengejarnya sebelum sosok itu benar-benar menghilang.

Tak berselang lama, dengan napas terengah dan keringat membajiri dahi, Jeanne sudah kembali ke halaman Stasiun Tokyo.

"Gimana, penjambretnya bisa Elo tangkap?" tanya Chika, saudara sepupu sekaligus travel mate Jeanne dengan nada khawatir.

"Mampus Gue!" umpat Jeanne kesal sambil menenggak sebotol minuman yang disodorkan Chika sampai tandas.

"Pliss Jeanne ... jangan nakutin orang dong," Chika semakin bergidik membayangkan keengerian apa yang akan mereka lalui selama 10 hari ke depan.

Liburan ke Negeri Matahari Terbit, baru saja dimulai tapi persoalan yang cukup pelik sudah terjadi.

"Kalau penjambret itu tak bisa ditemukan, bukan hanya kita terancam tidak bisa kembali ke Indonesia, tetapi karir yang sudah Gue bangun selama ini bakal hancur seketika. Papa pasti akan jadi orang pertama yang bakal menyalahkan dan memojokkan Gue."

Kepala Jeanne tertunduk. Mata yang semula memancarkan sejuta semangat dan harapan, seketika meredup bagaikan lampu yang kehabisan minyak. Puluhan kuntum sakura yang sebelumnya terlihat sangat indah itu pun seketika kehilangan daya magisnya.

"Jeanne ... apapaunyang terjadi, Gue gak akan pernah ninggalin Elo. Kita masih punya banyak waktuuntuk menikmati keindahan setiap sudut Tokyo sambil mencari jejak sangpencopet." Chika meraih tangan saudara sepupunya itu dan menggenggamnya erat,berharap bisa sedikit menyalurkan semangat dan harapan baru bagi Jeanne.

INCOGNITOWhere stories live. Discover now