Part 6

5.6K 914 27
                                    

Napas Amora terengah-engah, berjalan menaiki tangga di lantai tiga menuju rooftop

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Napas Amora terengah-engah, berjalan menaiki tangga di lantai tiga menuju rooftop. Oke, Danish memang gila! Dan Amora pun mulai terkontaminasi kegilaan lelaki itu. Yeah, entah kenapa Amora hanya menurut saja ketika Danish membawanya masuk ke gedung tua dan berjalan menaiki tangga di lantai dasar hingga ke lantai atas.

Gedung kosong itu memiliki penerangan redup. Suasananya sepi dan terasa sangat menyeramkan. Barangkali gedung itu cocok digunakan sebagai tempat uji nyali, di mana banyak makhluk tidak kasat mata menjadi penghuninya, tetapi Amora tidak peduli. Gadis itu beberapa kali harus bersin akibat debu-debu halus di dalam ruangan.

"Kau ingin membunuhku di tempat ini?" Suara Amora terdengar menggema.

"Hem?" Danish bergumam tanpa menoleh pada Amora. "Beri aku ide, cara apa yang tepat untuk membunuh? Menusuk dengan pisau, atau melemparkan tubuhmu dari jendela agar terlihat seolah-olah kau gadis putus asa yang nekat bunuh diri?"

Amora mendengus. "Aku lelah, Bodoh! Bagaimana mungkin aku harus mengimbangi kekuatan tubuh kekarmu?"

"Aish ... entah kenapa wanita selalu saja banyak mengeluh." Danish berbalik, lalu tanpa aba-aba ia meraih tubuh Amora ke dalam gendongannya.

Amora memekik, refleks mengalungkan lengan di leher Danish. "Apa yang kau lakukan?"

"Menggendong bayi besar, memangnya apa lagi?"

"Danish!"

"Diamlah, langkahmu terlalu lambat seperti siput. Kapan kita bisa sampai di puncak gedung jika begitu?"

"Turunkan aku!"

"Diam, atau aku akan melemparmu lewat dari jendela."

Amora mengerucutkan bibir. Akhirnya ia membiarkan Danish melanjutkan langkah sambil menggendongnya. Oke, harus ia akui jika Danish memiliki fisik yang kuat. Lelaki itu sama sekali tidak kesulitan menaiki tangga sekalipun dengan membawa beban seberat Amora. Tidak, bukan berarti Amora mengagumi lelaki berahang tegas itu.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Rooftop gedung tua di tengah ibukota. Danish menurunkan tubuh Amora dari gendongannya. Gadis itu menghela napas lega. Matanya terbelalak lebar melihat pemandangan langka yang sebelumnya tidak pernah ia lihat.

"Wow!" Amora berlari ke tengah rooftop, memejamkan mata dan merentangkan kedua lengan. Angin malam bertiup menerbangkan rambut panjangnya.

"Ini tempat favoritku. Sudah aku duga, kau akan menyukainya."

"Aku bisa menghirup udara bebas di sini." Amora menarik napas dalam-dalam. Sesaat kemudian, ia membuka mata dan menatap Danish tajam. "Jika kau membawaku ke sini hanya untuk mengorek masalah pribadiku-"

"Selalu saja berprasangka buruk," potong Danish. "Otakmu terbuat dari apa, huh? Tidak bisakah sekali saja berpikir positif tentangku?"

"Berpikir positif tentang kriminal sepertimu? Jangan harap!"

Dear Stranger Where stories live. Discover now