Part 7

5.3K 875 36
                                    

"Bagaimana perasaanmu? Sudah merasa lebih baik?" tanya Danish sembari berjalan di lorong apartemen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bagaimana perasaanmu? Sudah merasa lebih baik?" tanya Danish sembari berjalan di lorong apartemen.

"Hehem ...." Amora bergumam lesu. "Pergilah, kau bisa tidur di hotel atau di rumah temanmu."

"Tidak bisa."

"Danish! Mengertilah, kau tidak mungkin tidur di kamar yang ditempati mama maupun di ruang tamu, apalagi di kamarku."

"Aku tidak akan pergi. Uang sewa kamar sudah kubayar lunas untuk sebulan ke depan."

"Aku akan mengembalikan uangmu."

"Setiap detik, setiap waktu, kita selalu berdebat. Ayolah, Amor, jangan mengingkari kesepakatan yang sudah kita buat hanya karena kehadiran mamamu."

"Keras kepala!" Amora menggertakkan gigi. "Seorang gadis tidak sepatutnya berada di kamar yang sama dengan seorang gadis."

"Aku akan tidur di lantai. Sumpah, aku tidak akan berbuat macam-macam." Telunjuk dan jari tengah Danish teracung ke atas membentuk huruf 'V'.

"Ya Tuhan, kenapa aku harus dipertemukan dengan lelaki sepertimu?"

"Menurutmu kenapa? Sebuah kebetulan? Atau takdir?"

"Sebuah kesialan, mungkin."

Danish terkekeh, berjalan membuntuti Amora menuju kamar paling ujung. Sebenarnya, dia bisa saja menginap di rumah Randy atau di hotel seperti saran Amora. Tapi, Danish tidak bisa melakukan itu. Ia tidak tega meninggalkan Amora sendirian. Sepertinya, bertengkar dengan Danish jauh lebih baik ketimbang Amora harus sendirian.

Rasa kesepian akan membuat Amora terluka, dan tidak menutup kemungkinan gadis itu menyakiti dirinya lagi. Tunggu! Sejak kapan Danish merasa sebegitu peduli pada seorang gadis? Hem, barangkali karena mereka sama-sama memiliki masa lalu yang menyakitkan. Bertemu teman senasib, bukankah sudah seharusnya saling menguatkan?

"Kita akan membuat batas wilayah," ucap Amora sesampai di kamar. "Jangan membantah, aku sudah lelah berdebat denganmu."

"Tidak masalah."

Amora menarik selimut tebal dan menghamparkannya di lantai samping ranjang. "Garis tepi selimut ini merupakan batas wilayahmu. Jika kau melewati batas meski hanya satu senti, aku akan mengusirmu."

"Argh ... aku harap mamamu cepat pergi. Ingat, besok aku tidak ingin ada kejadian seperti ini lagi. Aku tidak ingin bersembunyi dari orang lain yang menginap di sini. Kamar sebelah akan tetap menjadi milikku." Danish duduk di hamparan selimut. Sebuah bantal melayang ke arah lelaki itu dan mendarat tepat di wajahnya.

"Okay, fine! Sekarang tidurlah dan jangan berdebat denganku lagi."

Amora mengambil selimut lain dari lemari. Naik ke atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Hening. Gadis cerewet itu tenggelam di dalam selimut dan tidak mengoceh lagi. Sayangnya, hal itu hanya bertahan selama beberapa menit. Karena di menit ke lima Amora menyembulkan kepala.

Dear Stranger Where stories live. Discover now