Part 9

5.1K 943 123
                                    

Aroma harum khas vanilla cupcakes menguar ke seluruh ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma harum khas vanilla cupcakes menguar ke seluruh ruangan. Senandung kecil terdengar dari bibir Amora, sementara jemari lentiknya dengan telaten memasukkan cupcakes ke dalam box berukuran sedang. Kue-kue kecil dengan whipped cream di atasnya, semakin membuat kue manis itu terlihat cantik.

Rico tidak menepati janjinya. Jika kemarin lelaki itu berjanji akan menjemput Amora dan memberinya kejutan, pagi ini Rico menelepon dan mengatakan ia ingin membatalkan janjinya. Ada desain yang mendadak harus dikerjakan, sehingga terpaksa tidak bisa meninggalkan apartemen.

Amora bisa mengerti, Rico bersikap professional dengan mengutamakan pekerjaan daripada kekasihnya. It's okay! Dan pagi ini Amora ingin memberi semangat dengan memberikan sebuah kejutan. Yeah, Amora membuat cupcakes vanilla kesukaan mereka.

"Hem ... kelihatannya enak." Tiba-tiba Danish muncul dan mengulurkan tangan untuk mencomot sebuah cupcakes, tetapi Amora terlebih dulu menepis tangan lelaki itu.

"Menjauhlah, ini khusus untuk Rico."

"Masih marah? Sejak kemarin kau hanya mendiamkanku."

"Sudah tahu, kenapa masih bertanya?"

Danish meraih kain serbet berwarna putih di atas meja, kemudian membentangkannya serupa bendera. "Aku menyerah kalah. Kita berdamai sekarang?"

Amora mencebikkan bibir. "Hidupku damai selagi kau tidak muncul di hadapanku, Tuan Pengacau!"

"Oke. Mulai hari ini aku tidak akan mencampuri urusanmu. Aku akan melakukan apa pun yang kau mau. Dan sebagai gantinya, aku harap kita bisa berteman."

"Bagaimana jika aku menolak?"

"Aku tidak akan memaksamu, tetapi aku pastikan kau akan menyesal."

"Sinting," dengus Amora. Ia mengambil cupcakes terakhir, namun sayang tangan Danish terlebih dulu mendapatkannya.

"Sisakan satu untukku."

"Pemaksa."

Amora menutup box dengan kesal. Lihatlah, box tidak terisi penuh karena Danish merampas satu cupcakes itu. Entah kapan lelaki itu berhenti mengacau. Bahkan setelah seharian kemarin Amora mendiamkannya, sepertinya Danish tidak jera. Mengibarkan bendera putih? Omong kosong, kenyataannya tangan lelaki itu masih saja bersikap jahil.

Bagaimana mungkin Amora menerima perdamaian yang ditawarkan Danish? Oke, satu bulan ke depan, akan lebih baik jika mereka tidak perlu bertegur sapa sekalipun mereka tinggal seatap. Anggaplah Danish seperti angin lalu. Berembus, tetapi tidak terlihat. Ya, itu bagus.

Amora memasukkan box berisi cupcakes ke dalam tote bag. Satu detik kemudian, gerakannya terhenti saat ia merasa sejak tadi Danish tidak berhenti mengawasinya. Amora balas menatap Danish. Lelaki itu, dengan santai menyantap vanilla cupcakes. Mata tajamnya tidak lepas dari Amora.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

"Saat marah, kau terlihat semakin manis. Sama seperti rasa cupcakes ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang