Part 8

5.6K 884 72
                                    

Namanya Rico, seorang arsitek muda yang berhasil membuka hati Amora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Rico, seorang arsitek muda yang berhasil membuka hati Amora. Mereka menjalin hubungan sejak satu tahun yang lalu. Pertemuan tidak sengaja di sebuah café, berlanjut dengan saling bertukar nomor ponsel dan saling menghubungi satu sama lain.

Anggaplah itu sesuatu yang luar biasa. Entah bagaimana caranya, Rico merupakan satu di antara seribu lelaki yang mampu mengetuk pintu hati Amora dan perlahan-lahan menyusup ke dalamnya. Seperti pencuri yang tanpa ampun menaklukan Amora dengan perhatian dan kehangatan.

Yeah, setidaknya Rico mampu menghangatkan hati Amora yang dingin. Lelaki berperawakan tinggi tegap itu begitu sabar mendekati Amora. Sering mengirimkan bunga dan kartu ucapan, tidak lupa boneka dan cokelat favorit para wanita. Meski awalnya barang-barang tersebut hanya akan berakhir di tempat sampah, tetapi Rico tidak pernah menyerah.

Rico jatuh cinta pada pandangan pertama. Amora berbeda dengan gadis lain yang terang-terangan selalu menyambut uluran tangan Rico. Apa yang pertama kali terjadi ketika Rico duduk di bangku café tepat di depan Amora? Gadis itu melemparkan tatapan dingin. Namun, bagi Rico menaklukan gadis seperti Amora adalah sebuah tantangan.

"Surprise!" Rico berseru saat pintu apartemen terbuka.

"Rico, ini benar-benar kejutan. Bukankah kau kembali dari Bali dua bulan lagi, hum?" Amora menyambut kekasihnya dengan pelukan.

"Mana mungkin aku bisa kuat menahan rindu selama itu, Honey?" Rico membisikkan kalimat itu tepat di telinga Amora.

Rona merah menjalar di kedua pipi Amora. Selalu saja ada kata-kata yang membuat hati Amora melambung tinggi. Ayolah, selalu ada kata-kata romantis yang semakin membuat Amora percaya bahwa lelaki muda di hadapannya sangat mencintainya.

"Masuklah, kau pasti lelah. Dari bandara langsung ke sini, 'kan?" Amora menunjuk jaket denim dan ransel yang tergantung di punggung Rico.

Rico tertawa. "Entah kenapa aku tidak sabar ingin bertemu denganmu. Ah ya, bunga untukmu."

"Wah, indahnya." Senyum di bibir Amora semakin mengembang. Ia menerima buket bunga lily berwarna putih. Aroma segar menyeruak saat gadis itu mendekatkan hidungnya ke arah kelopak memanjang serupa terompet.

"Suka?"

"Tentu saja. Seperti biasa, kau romantis. Masuklah, Rico. Aku akan meletakkan bunga ini di vas."

Amora mengambil sebuah vas kristal tembus pandang dan mengisinya dengan air. Satu per satu, tangkai bunga lily dimasukkan ke sana. Dengan begitu, kesegaran bunga lily akan tahan lebih lama. Salah satu hal wajib yang akan dibawa Rico saat berkunjung, salah satunya bunga. Terlebih ketika lelaki itu baru pulang dari luar kota. Seakan cintanya tidak akan sempurna tanpa mempersembahkan kelopak-kelopak nan indah.

"Mau minum apa?" Amora berseru dari dapur, matanya tertuju pada Rico yang duduk santai di ruang tamu.

"Seperti biasa."

Dear Stranger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang