Chapter 12

251 2 0
                                    

---

Pagi harinya eyang mengajak kami untuk melihat penampilan gamelan dari warga sekitar. Dan aku pun diminta untuk mencoba menari sinden dengan diiringi musik gamelan.

"Apa aku bisa? Apa terasa sulit?" Gumamku sendiri. Adikku yang mendengarnya berkata "Bukankah kamu semalam menari kak? Dan aku melihatmu juga sangat pandai menari bersama perempuan dan anak kecil yang mengiringi kalian." Kata adikku tiba-tiba.

Seketika semua orang di ruangan terdiam dan aku menatap adikku seolah bertanya apa yang kamu katakan. Dan adikku hanya mengendikkan bahunya.

"Sudah sudah ayo kita mulai saja." Eyang ku mencoba untuk mencairkan suasana kembali. Kami pun memulai semuanya dengan baik dan menyenangkan.

Sampai tiba-tiba tarianku tidak terkontrol dan tatapanku sangat liar menatap semua orang.

Setelah itu aku pun tertawa dan tetap menari dengan gemulai sedangkan aura di sekitar ruangan itu sudah sangat mencekam.

Musik gamelan pun diminta untuk berhenti oleh eyang, namun aku tetap menari bahkan tanpa alunan musik. Semua orang berusaha menjauh agar tidak terjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan.

Memang saat aku sekolah menengah pertama, aku sempat mengambil kursus tari tradisional karna ingin bisa dan mengenal, itu pun tari payung bukan tari sinden seperti itu. Seolah semua ada yang mengendalikan.

---

---

Next---

Gending JawaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora