9

4.5K 212 17
                                    

Pagi ini Ryo masih belum bisa antar jemput Kanna seperti biasa lagi. Tugas negara dari Pak Faris, yang nggak lain adalah Papa Ryo, masih belum selesai. Kewajibannya sebagai CEO Diamond Apartment sedang menggunung banyaknya. Ryo sudah minta keringanan, tapi yang ada malah tugasnya ditambah makin banyak. Tanda tangan ini itu, meeting dengan si dia, dia dan dia, evaluasi kinerja karyawan, bahkan sampai mewakili ayahnya tampil di televisi terpaksa Ryo lakukan. Demi menjadi anak berbakti.

"Semakin sering kamu ngeluh, semakin banyak kamu minta keringanan, bakal Papa tambah terus itu kerjaan. Nurut dan selesaikan dengan semaksimal mungkin," ancam Papa yang bosan dengerin anaknya ngerengek minta libur barang sehari. Padahal hari kerja Ryo hanya 5 hari setiap Senin sampai Jumat, dan libur di hari Sabtu dan Minggu. Itu juga jam kerja hanya dari jam 8 sampai jam 3 sore, kecuali ada meeting yang sayangnya Minggu ini hampir setiap pagi dia meeting. Membuat waktunya bertemu Kanna berkurang.

Ancaman Papa ternyata berhasil. Ryo nggak minta keringanan lagi. Dan bahkan jadi rajin kerjanya. Demi bisa menyelesaikan tugas secepat mungkin, yang artinya jadi bisa makin cepet ketemu Kanna.

"Kata siapa sih jadi CEO itu enak? Tukang bohong! Nggak enak padahal. Aku jadi CEO malah jadi sering nahan rindu gara-gara susah ketemu sama kamu," keluh Ryo saat menelepon Kanna di perjalanannya menuju kantor.

Kanna yang mendengar keluhan Ryo malah tertawa. Kalau bisa balas, dia juga mau bilang kalo dirinya juga rindu. Tapi gengsinya masih terlalu besar. Seenggaknya Kanna merasa senang Ryo juga merindukan dirinya. Untung Ryo nggak tau kalau pipinya merah sekarang. Bisa malu setengah mati Kanna.

"Nanti sore di butik kan? Aku samperin ke butik aja ya?" tanya Ryo.

"Iya abis ngampus langsung ke butik kok. Emang urusannya kelar jam berapa?" sahut Kanna sambil memeriksa penampilannya lagi. Kemeja putih plus blue jeans yang sedikit sobek di bagian lutut dan sneaker shoes putih. Sempurna.

"Jam 4 udah bisa sampe butik kok. Udah kangen ya? Iya sama, aku juga kangen," tebak Ryo percaya diri.

"Selalu ya percaya dirinya nggak pernah luntur," komentar Kanna lalu meraih tas dan beranjak keluar kamar.

"Nggak selalu kok. Kemaren juga ancur percaya diriku. Minder banget malah. Tapi kan aku nggak boleh nyerah. Bisa diketawain ayam nanti kalo seorang Ryo Hernawan nyerah gitu aja," sahut Ryo, membuat Kanna menghentikan langkah kakinya.

"Kok bisa minder? Kenapa emang kemaren?" tanya Kanna penasaran. Mana mungkin seorang Ryo Hernawan bisa minder. Kanna kembali melangkahkan kakinya lagi keluar kamar, menuju meja makan.

"Eh nanti mau dibawain apa? Ice cream mau?" Ryo mencoba mengalihkan pembicaraan. Malu mengakui dirinya minder sama mantan terindah yang sekaligus juga menjadi mantan terbusuk Kanna, Syabil.

"Yang coklat ya." Kanna mengiyakan. Waktunya nggak tepat memang buat ngobrol panjang. Ryo lagi nyetir mobil, dan dia harus segera berangkat ke kampus juga.

"Aku udah mau sampe. Udah dulu ya. Sampai ketemu nanti," pamit Ryo sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Iya, see you." Kanna mematikan telepon lalu duduk di meja makan.

Di meja makan, Ayah, Bunda dan Zidane sudah menunggu. Pagi ini Bunda masak bubur ayam buat sarapan. Kanna tergoda, dan langsung mengambil bagiannya. Dia langsung memakannya dengan lahap.

"Ryo nggak jemput lagi Kak?" tanya Bunda sambil minum teh tawar. Minuman wajibnya di pagi hari.

"Nggak Bun, lagi sibuk dia," jawab Kanna dengan mulut penuh bubur.

"Kakak udah jadian sama Ryo?" tanya Bunda lagi.

"Kenapa nanyain itu ih?"

"Bunda seneng kalo Kakak udah bisa move on. Apalagi kalo sama Ryo. Bunda suka kok sama Ryo. Orang tuanya juga sahabat Ayah Bunda. Jadi nggak khawatir kalo Kakak beneran sama Ryo."

When You Love Me (Completed)Where stories live. Discover now