20

13.1K 343 40
                                    

Kanna duduk di ruang kerjanya. Pandangannya kosong menatap ke depan. Tangan kanannya memegang pensil yang hanya dipukul-pukulkan ke meja. Pikirannya penuh dengan Ryo. Dia baru saja mendapat kabar dari Bunda kalau Ryo dirawat di rumah sakit karena dipukuli orang. Walaupun bunda tidak memberi tahu siapa pelakunya, Kanna yakin orang yang membuat Ryo sampai dirawat di rumah sakit nggak lain adalah Syabil.

Sekarang Kanna merasa sangat menyesal. Menyesal telah menceritakan masalahnya dengan Ryo kepada Syabil. Harusnya Kanna tau kalau Syabil akan bertindak sebrutal ini. Tapi rasa sakit hati yang teramat sangat membuatnya tidak dapat berfikir jernih.

Kanna bimbang. Di satu sisi dia sangat kecewa dan membenci Ryo. Apa yang dilakukan Ryo sangat keterlaluan. Tapi di sisi yang lain, Kanna merasa menyesal. Walau bagaimanapun, semua ini terjadi karena kesalahannya. Sejahat apapun Ryo, Kanna tetap tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya. Karena jauh di dalam hatinya masih ada rasa sayang terhadap Ryo. Dan rasa itu tidak akan hilang dengan mudahnya.

Tadi, bunda mengajaknya untuk menjenguk Ryo. Tapi Kanna menolak. Dirinya belum siap untuk bertemu Ryo. Rasa bersalah dan rasa benci itu bercampur menjadi satu di dalam hatinya. Entah harus bersikap seperti apa nanti jika dia bertemu Ryo.

Tok tok tok.

Pintu ruang kerja Kanna diketuk. Tidak lama, pintu terbuka. Ella masuk tanpa menunggu Kanna mempersilakannya.

"Mbak ada yang mau ketemu," kata Ella memberitahu.

"Siapa?" tanya Kanna bingung. Seharusnya dia tidak memiliki janji bertemu client atau siapapun sekarang.

"Cowok. Temennya Mas Ryo," jawab Ella.

Kanna diam. Berfikir, siapa temen Ryo yang datang. Kaka? Ibra? Buat apa?

"Suruh masuk aja," sahutnya kemudian.

Ella pun pergi. Tidak lama, Ibra masuk. Tidak ada wajah usil seperti biasanya. Ibra bahkan terlihat tegang dan serius.

"Hai, lagi sibuk?" sapa Ibra basa-basi.

Kanna berdiri dari kursinya. Lalu berjalan menghampiri Ibra.

"Nggak kok. Duduk dulu, Bra," sahut Kanna lalu mempersilakan Ibra duduk di sofa. Sementara Kanna duduk di sofa sebelahnya.

Ibra mengikuti Kanna duduk di sofa kosong di samping Kanna.

"Gue lagi nggak pengen basa-basi sih. Gue cuma mau minta maaf. Sebagai sahabat Ryo," kata Ibra memulai percakapan. "Gue tau yang kami lakuin itu salah. Ryo tadinya juga nggak berminat dengan taruhan ini. Dia terpaksa," tambah Ibra. Matanya menatap mata Kanna dalam-dalam. Berusaha meyakinkan Kanna bahwa dirinya sedang berkata jujur.

"Sayangnya karena keterpaksaan itu dia malah jatuh cinta sama lo. Jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Jadi semua yang Ryo lakuin selama ini buat lo itu bener adanya. Dia sayang sama lo." Ibra mengakhiri kalimatnya.

Kanna diam. Bingung. Sejujurnya ada perasaan lega mendengar semua kata-kata Ibra barusan. Tapi ada bagian di dalam hatinya yang masih ragu.

"Gue cuma mau bilang itu. Gue rasa lo juga udah tau kondisi Ryo saat ini. Gue nggak akan maksa lo. Tapi gue berharap banget lo mau dateng buat nemuin Ryo," kata Ibra lalu berdiri.

Kanna yang masih bingung pun ikut berdiri.

"Gue pamit," pamit Ibra lalu keluar. Meninggalkan Kanna sendirian.

Kanna semakin merasa bimbang. Kalau memang apa yang dikatakan Ibra tadi benar, seharusnya dia segera menemui Ryo. Sungguh walau bagaimanapun, Kanna juga merasakan rindu. Setelah sebulan Ryo selalu hadir setiap hari mengganggunya, Kanna terlanjur terbiasa dengan kehadiran Ryo. Jadi seminggu tanpa Ryo juga pada akhirnya menyiksa dirinya.

When You Love Me (Completed)Where stories live. Discover now