16

4K 200 14
                                    

"Ryo," panggil Kanna ragu-ragu. Dipandangi Ryo yang sedang sibuk fokus mengemudikan mobil.

"Hmm," jawab Ryo tanpa menoleh ke arah Kanna.

"Kamu sakit?" tanya Kanna. Ada cemas di mata bulatnya.

"Nggak. Sehat kok," jawab Ryo masih fokus memandang ke depan.

Mendengar jawaban Ryo, Kanna diam. Dia mengalihkan pandangannya ke jendela di sampingnya, memandang keluar. Setelah kemarin sore, saat Ryo bertemu dengan Syabil kembali, Ryo menjadi aneh. Nggak ada Ryo yang menyambutnya dengan ceria. Ryo bahkan belum melempar rayuan recehnya pagi ini. Kanna sampai bingung harus bersikap seperti apa lagi, karena Ryo hanya berbicara seperlunya saja. Pertanyaan-pertanyaan Kanna pun hanya dijawab sepantasnya saja dari tadi.

Kanna merasa Ryo kecewa dengannya. Gimana nggak kecewa, kalau dia memanfaatkan Ryo untuk membuat Syabil menjauh dengan mengakui Ryo sebagai pacarnya. Padahal Kanna sendiri jelas-jelas belum siap untuk berpacaran dengan Ryo. Sakit hati pertama. Setelah itu Ryo berkelahi dengan Syabil sampai badan dan wajahnya luka. Tapi beberapa hari kemudian, Kanna malah kembali akrab dengan mantannya itu. Seperti nggak pernah terjadi sesuatu yang menyakitkan sebelumnya. Sakit hati kedua. Nyesek pasti kan berada di posisi Ryo?

Kanna bukan sengaja membuat Ryo sakit hati terus-menerus. Kanna paham apa yang dilakukannya memang kurang pantas. Terlalu egois memang. Hanya memikirkan perasaannya sendiri dan mengabaikan perasaan Ryo. Tapi sikap Ryo saat ini sungguh menyiksa Kanna. Dia rindu usilnya Ryo. Rindu sikap manisnya. Kanna mau Ryo yang hangat, bukan Ryo yang mendadak dingin cuek seperti ini. Kanna nggak suka Ryo yang ini.

"Ryo maaf. Maaf kalo aku terus nyakitin kamu. Maaf udah egois, selalu mikirin perasaanku sendiri dan mengabaikan perasaanmu. Aku tau aku salah. Tapi tolong jangan bersikap dingin begini," kata Kanna meminta maaf sambil memandang Ryo. Matanya sudah berkaca-kaca, menahan air mata jatuh.

Ryo hanya melirik Kanna dari sudut matanya. Fokusnya masih ke jalanan yang saat ini cukup ramai.

"Kamu boleh marah. Boleh maki aku. Tapi jangan cuekin aku gini. Aku lebih seneng kamu melampiaskan marahmu ke aku. Bukan diem gini," kata Kanna lagi saat nggak melihat tanda-tanda Ryo yang akan meresponnya.

"Aku kangen kamu. Kangen Ryo yang usil. Kangen semua rayuan Ryo. Kangen Ryo yang selalu bersikap manis," tambah Kanna dengan sedikit bentakan. Air matanya jatuh. Bahunya bahkan sampai bergetar. Kanna  menangis sesenggukan. Entahlah. Kanna sendiri bingung kenapa sampai menangis. Entah karena rasa penyesalan atas keegoisannya yang menyebabkan Ryo terus sakit hati atau Kanna merasa tersiksa dengan sikap dingin Ryo.

Ryo tersenyum. Tangan kirinya mengusap lembut kepala Kanna. Tapi pandangannya masih lurus ke depan.

"Jangan nangis. Ya walaupun aku masih sayang sih kamu nangis juga, tapi kalo nggak pake nangis sayangnya nanti aku tambahin deh," kata Ryo menenangkan Kanna lengkap dengan rayuan recehnya yang sangat dirindukan Kanna.

Kanna tertawa di dalam tangisnya. Dihapusnya air mata yang masih terus jatuh.

"Kamu nyebelin!" omel Kanna.

"Nggak usah nangis lagi ya. Lagi di jalan nih. Rame. Aku nggak bisa meluk kamu." Ryo kembali menggoda Kanna.

Bibir Kanna tertarik berlawanan arah. Dipukulnya lengan Ryo berkali-kali. Gemas. Bisa-bisanya usil saat lagi sedih gini. Ah tapi memang ini yang Kanna suka dari Ryo.

"Ini kamu mau bikin aku sakit beneran ya? Nggak cukup nyakitin hati aku aja nih?" kata Ryo sambil meringis menahan sakit.

Kanna langsung menghentikan pukulannya. "Ah iya. Maaf maaf maaf," kata Kanna penuh penyesalan.

When You Love Me (Completed)Where stories live. Discover now