19

4.7K 167 0
                                    

Last part aja oke?
Terima kasih udah mau baca sampai part ini.

Ada yang berbeda dengan Kanna. Sejak pagi Kanna selalu tersenyum lebar. Setelah melepaskan beban perasaan yang dipendamnya selama ini, Kanna merasa seperti mempunyai energi baru untuk menjalani hidup yang lebih indah.

Menyesuaikan hatinya yang sedang berbunga-bunga, hari ini Kanna menggunakan sleeveless dress merah dengan motif bunga warna-warni yang panjangnya sedikit di bawah lutut, dipadukan dengan jaket jins kebesaran dan sneaker shoes putih. Rambut panjangnya dibiarkan terurai tanpa aksesoris apapun. Dengan make up natural, Kanna hari ini benar-benar terlihat segar.

Kanna berjalan menuju ruang kelasnya melewati taman kampus yang pagi ini masih sepi. Masih terlalu pagi buat nongkrong di taman kampus. Deretan bangku yang mengelilingi taman, kosong tanpa ada satu pun yang duduk di sana. Hanya ada beberapa orang lewat.

Langkah Kanna terhenti. Seorang wanita berdiri di hadapannya, menghalangi jalannya. Kanna memperhatikan wanita di hadapannya dari atas ke bawah, sedikit mengintimidasi. Berharap dia takut dan memberikan jalan pada Kanna. Sayang wanita itu tidak bergeming. Dia malah membalas tatapan Kanna dengan tatapan meremehkan, lengkap dengan senyum miring mengejek.

Kanna yang enggan berurusan dengannya pun mencoba menghindar. Hari ini terlalu baik untuk dinodai dengan berdebat nggak penting bersama dia. Kanna melangkah ke kiri, berniat melewatinya. Tapi wanita itu mengikuti langkah Kanna dan menutupi jalan Kanna. Kanna melangkahkan kakinya ke kanan, masih berusaha menghindar. Dan wanita itu pun terus menghalangi Kanna. Sadar usahanya akan sia-sia, Kanna berhenti. Dia menghela nafas berat secara terang-terangan.

"Mau Lo apaan sih? Dina?" tanya Kanna dengan ketus.

"Heh enak banget Lo ganti-ganti nama gue. Gue Dinda buka Dina," protes Dinda sambil melotot.

"Ya terserah lah siapa nama Lo. Nggak penting ini," sahut Kanna malas.

"Gue ke sini dengan niat baik ya. Harusnya Lo berterima kasih sama gue. Bukan malah musuhin gue gini," kata Dinda. Nada suaranya sudah lebih bersahabat tapi ekspresi wajahnya masih meremehkan.

Kanna hanya memutar kedua bola matanya. Enggan menanggapi ocehan Dinda yang Kanna yakin akan sangat merusak moodnya hari ini. Karena setiap bertemu dengan Dinda, selalu saja ada masalah. Dinda belum menyerah untuk menjauhkan Ryo dari Kanna. Walaupun caranya lebih sopan, nggak ada lagi teror sadis yang menghantui Kanna. Entah apa yang dilakukan Ryo untuk menghentikan Dinda menerornya lagi. Ryo tidak pernah menceritakannya secara detail pada Kanna.

"Lo udah jadian sama Ryo?" tanya Dinda.

"Kalo iya apa urusan lo?" sahut Kanna masih ketus.

Dinda tertawa. Meremehkan.

"Kalo iya, berarti lo udah masuk perangkap. Gue kasian sama lo. Terlalu polos. Jadi gampang dipermainkan," kata Dinda setelah tawanya reda.

Dahi Kanna berkerut. "Maksud lo apaan sih?" tanyanya sama sekali nggak paham dengan kata-kata Dinda.

"Lo beneran nggak tau apa beneran bego sih?" ejek Dinda.

"Lo mau ngomong apaan sih? Gue nggak punya waktu buat dengerin lo ngoceh nggak jelas begini. Gue permisi," pamit Kanna lalu berjalan melewati Dinda dan dengan sengaja menyenggol lengan kanan Dinda.

Dinda meringis. Lalu tersenyum sinis.

"Gue kasih tau lo. Ryo deketin lo cuma gara-gara taruhan. Dia nggak bener-bener cinta sama lo," kata Dinda sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan.

When You Love Me (Completed)Where stories live. Discover now